Ambon, EKOIN.CO – Empat gempa bumi mengguncang beberapa wilayah Indonesia pada Minggu, 15 Juni 2025, menurut laporan resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Kejadian ini terjadi sejak pagi hingga malam hari, dan menciptakan peringatan bagi masyarakat di daerah terdampak.
Gempa pertama tercatat pada pukul 11.08.44 WIB di Masohi, Maluku Tengah, Maluku. Pusat gempa berada di darat pada kedalaman 10 km, dengan kekuatan magnitudo 3,3. Masyarakat di Amahai melaporkan merasakan getaran intensitas III Modified Mercalli Intensity (MMI) .
Tak lama berselang, pada pukul 13.49.45 WIB, gempa kedua mengguncang wilayah Rejang Lebong, Bengkulu. Lindu bermagnitudo 3,5 terjadi pada kedalaman 6 km dan terasa intensitas III MMI di Curup.
Gempa ketiga terjadi pada pukul 14.42.14 WIB di Lumajang, Jawa Timur. Dengan magnitudo 3,1 dan kedalaman 15 km, getarannya terasa pada tingkat II–III MMI di Lumajang .
Gempa terakhir dilaporkan terjadi pada pukul 18.28.23 WIB di Pidie Jaya, Aceh. BMKG mencatat magnitudo 4,4 dengan kedalaman 5 km, dan warga di Lamno serta Aceh Jaya merasakan intensitas II–III MMI, sedangkan Mane mencatat tingkat III MMI .
Berdasarkan koordinatnya, episentrum gempa pertama berada di 3,36° LS–129,16° BT, kedua di 3,52° LS–102,51° BT, ketiga di 8,24° LS–112,99° BT, dan keempat di 4,81° LU–96,11° BT .
Sebagai tambahan, pada hari sebelumnya, gempa juga sempat mengguncang Bontang, Kalimantan Timur pada Senin, 16 Juni 2025 .
Kejadian berturut‑turut ini menunjukkan pola aktivitas seismik yang perlu diwaspadai, terutama di wilayah dengan pusat gempa di darat dan kedalaman dangkal—faktor yang meningkatkan potensi kerusakan.
BMKG menegaskan bahwa gempa kecil seperti magnitudo 3 hingga 4 memang umum terjadi di Indonesia, namun meski skala kecil dapat menyebabkan kerusakan ringan jika pusatnya dekat permukaan dan dekat pemukiman.
Di Maluku Tengah, belum ada laporan kerusakan atau korban jiwa akibat gempa pagi. Warga setempat mengaku hanya merasakan getaran singkat.
Sementara di Bengkulu, beberapa rumah tua di Curup mengalami retakan ringan. Kepala Desa Curup, namun belum ada data kerusakan signifikan yang dilaporkan.
Di Lumajang, kondisi serupa juga terjadi. Warga di pusat kota menyebut “ada getaran, tapi tidak kuat” dan tidak sampai menimbulkan kerusakan berarti.
Aceh juga tercatat aman. Masyarakat di Pidie Jaya dan sekitarnya mengaku terganggu sebentar, namun tidak ada laporan kerusakan ataupun luka-luka.
Para ahli geologi dari BMKG pun mengimbau masyarakat agar tetap tenang, dan menguatkan pemahaman mitigasi. Mereka menekankan pentingnya kesiapsiagaan terhadap gempa tektonik, terutama di daerah rawan.
Selain itu, masyarakat disarankan untuk memeriksa dan memperkuat struktur bangunan rumah, terutama bagian atap dan dinding, agar tahan terhadap getaran ringan hingga sedang.
Tim respons cepat BMKG masih melakukan pemantauan lanjutan serta pengolahan data gempa untuk mengetahui akar penyebab dan potensi replikasi.
Peristiwa ini juga memicu kesadaran publik untuk memperbarui kembali rencana evakuasi keluarga di rumah dan institusi pendidikan.
Pemerintah daerah di wilayah terdampak telah diimbau untuk meningkatkan patroli dan sosialisasi terkait mitigasi gempa.
Sekolah‑sekolah juga diminta menggelar simulasi dan penyuluhan singkat untuk siswa terkait respons saat terjadi gempa.
BMKG membuka kanal konsultasi seismik bagi warga melalui situs dan aplikasi resmi mereka guna memudahkan akses informasi.
“Kami terus mengawasi aktivitas gempa susulan dan akan segera memberi informasi jika terjadi gempa signifikan,” kata juru bicara BMKG, dalam siaran resmi.
Lebih lanjut, BMKG juga menyarankan masyarakat agar selalu waspada, menyimpan nomor darurat, dan mengikuti perkembangan melalui media resmi termasuk BMKG dan instansi penanggulangan bencana.
Secara teknis, gempa dengan pusat di daratan berpotensi menyebabkan kerusakan ringan, berbeda dengan gempa laut yang dapat memicu gelombang tsunami.
Untuk saat ini, tidak ada peringatan tsunami yang dikeluarkan karena semua gempa terjadi di wilayah darat dan memiliki skala kecil.
Dengan demikian, warga dihimbau lebih proaktif: mengecek kondisi bangunan, mempersiapkan peralatan darurat seperti senter dan obat, serta menyusun jalur evakuasi keluarga.
Masyarakat di daerah gempa hendaknya melakukan pengecekan berkala terhadap struktur rumah, terutama bangunan tua dan rawan retakan. Menyusun jalur evakuasi dan menggelar latihan gempa keluarga serta sekolah akan meningkatkan kesiapan merespons gempa berikutnya. Simpan peralatan dasar darurat seperti lampu senter, obat-obatan, air bersih, dan suplemen energi. Ikuti perkembangan gempa melalui kanal resmi BMKG dan instansi penanggulangan bencana setempat. Terlibat aktif dalam program mitigasi warga akan menambah kekuatan komunitas dalam menghadapi bencana.
Empat gempa bumi dengan skala ringan hingga sedang mengindikasikan aktivitas seismik tinggi di beberapa wilayah Indonesia pada 15 Juni 2025. Meski tidak menimbulkan korban jiwa, gempa pusat darat berpotensi menyebabkan kerusakan lokal. Pemantauan terus dilakukan oleh BMKG untuk mencegah dampak yang lebih luas. Kesiapsiagaan publik menjadi kunci dalam meminimalisir risiko terhadap gempa susulan. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga mitigasi menjadi fondasi utama menjaga keselamatan. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
