Tepi Barat EKOIN.CO – Duta Besar Amerika Serikat untuk Israel, Mike Huckabee, menunjukkan sikap yang jauh lebih tegas terhadap tindakan pemukim Israel setelah terjadinya serangkaian serangan terhadap komunitas Kristen Palestina di wilayah pendudukan. Perubahan nada dari Huckabee ini terjadi menyusul kunjungannya ke kota Kristen Palestina, Taybeh, pada Sabtu (19/7), yang menjadi lokasi serangan kekerasan terbaru.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Kunjungan tersebut dilakukan di tengah maraknya laporan pelecehan oleh pemukim Yahudi terhadap warga Kristen lokal, termasuk insiden pembakaran di dekat reruntuhan Gereja St George. Dalam tanggapannya, Huckabee menyebut tindakan itu sebagai “kejahatan terhadap kemanusiaan dan Tuhan.”
Menurut laporan The Times of Israel, serangan di Taybeh telah terjadi dalam beberapa minggu terakhir, menimbulkan keresahan di antara penduduk dan para pemimpin gereja lokal. Mereka menyampaikan bahwa serangan-serangan tersebut dilakukan oleh pemukim ekstremis, dengan insiden pembakaran menjadi yang paling menonjol.
Para pemimpin gereja di Tanah Suci mengunjungi Taybeh pada Senin dan menuding pemerintah Israel telah membiarkan tindakan pelecehan tersebut terus terjadi. Mereka mengkritik tidak adanya upaya konkret dari otoritas setempat untuk menindak pelaku kekerasan.
Huckabee menyuarakan keprihatinan serupa dalam pernyataannya melalui media sosial X. Ia menekankan bahwa ia bertugas untuk melindungi seluruh warga negara Amerika di Israel, baik Yahudi, Muslim maupun Kristen. “Ketika mereka diteror atau menjadi korban kejahatan, saya akan menuntut mereka yang bertanggung jawab untuk bertanggung jawab dengan konsekuensi yang nyata,” tulisnya.
Dalam pernyataan terpisah yang dirilis oleh Departemen Luar Negeri AS, Huckabee menyebut pembakaran tersebut sebagai “tindakan teror.” Ia juga menyerukan agar pelaku dijatuhi “konsekuensi yang keras,” menunjukkan perubahan signifikan dari sikapnya sebelumnya yang dikenal sangat pro-Israel.
Ia juga secara tersirat mengkritik otoritas Israel karena tidak melakukan penegakan hukum terhadap para pelaku kekerasan pemukim. “Orang-orang harus membayar harga atas tindakan yang merusak bukan hanya milik orang lain, tetapi milik Tuhan. Itu penistaan,” katanya.
Ketegangan Meningkat di Wilayah Kristen Palestina
Sementara itu, pemerintah Israel belum memberikan tanggapan resmi atas insiden di Taybeh, termasuk pembunuhan dua warga Palestina pekan lalu di dekat desa Sinjil, Tepi Barat. Salah satu korban, seorang warga AS, diduga dipukuli hingga tewas oleh pemukim Yahudi.
Insiden-insiden tersebut menambah daftar kekerasan yang menimpa komunitas Kristen Palestina, terutama di tengah meningkatnya ketegangan antar kelompok di wilayah pendudukan. Meningkatnya kekerasan juga memicu keprihatinan dari berbagai pihak internasional, termasuk pemerintahan AS.
Kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengeluarkan pernyataan pada Kamis (18/7) terkait insiden terpisah di Gaza, di mana tembakan tank IDF menewaskan tiga warga sipil di gereja Katolik satu-satunya di wilayah tersebut. Kejadian ini juga memicu kemarahan dari Presiden AS Donald Trump yang secara langsung menegur Netanyahu.
Insiden di gereja tersebut menambah sorotan terhadap perlakuan Israel terhadap komunitas agama minoritas, khususnya umat Kristen. Tekanan internasional terhadap Israel pun meningkat, terutama dari negara-negara sahabat seperti Amerika Serikat.
Pernyataan Huckabee menandai momen langka di mana seorang diplomat AS yang dikenal pro-Israel secara terbuka mengecam tindakan pemukim dan menuntut pertanggungjawaban dari otoritas Israel. Banyak pihak melihat hal ini sebagai langkah penting untuk menyeimbangkan pendekatan diplomatik AS di Timur Tengah.
Respons AS Terhadap Kekerasan Pemukim
Sikap Huckabee yang kini lebih keras mencerminkan meningkatnya tekanan dari dalam negeri AS agar pemerintahnya tidak membiarkan sekutunya bertindak semena-mena. Tindakan keras terhadap pemukim diharapkan dapat mencegah kekerasan lebih lanjut di wilayah Palestina.
Pernyataan Huckabee juga memberikan pesan tegas bahwa AS tidak menoleransi kekerasan atas dasar agama di wilayah manapun. Dia menegaskan bahwa pelaku kekerasan harus diadili dan tidak cukup hanya ditegur.
Banyak pihak gereja menyambut baik kunjungan Huckabee ke Taybeh sebagai bentuk solidaritas dan perlindungan atas komunitas Kristen Palestina yang merasa terancam. Dukungan internasional menjadi penting di tengah lemahnya perlindungan dari otoritas lokal.
Para pemimpin gereja menyebut bahwa serangan terhadap tempat ibadah harus dikutuk secara universal tanpa memandang agama. Mereka menekankan bahwa gereja bukan hanya milik umat Kristen, tapi juga bagian dari warisan spiritual umat manusia.
Seiring dengan meningkatnya sorotan media dan tekanan internasional, beberapa analis memperkirakan bahwa Israel harus menunjukkan komitmen lebih dalam menindak pelaku kekerasan pemukim agar tidak kehilangan dukungan diplomatik dari sekutu terkuatnya, Amerika Serikat.
dari rangkaian kejadian ini memperlihatkan bahwa kekerasan terhadap komunitas Kristen di wilayah pendudukan Palestina telah menjadi isu serius yang mempengaruhi hubungan diplomatik antara Israel dan AS. Sikap keras Huckabee merupakan sinyal penting bagi pemerintah Israel bahwa dukungan tanpa syarat bukanlah jaminan.
Kejadian ini menegaskan bahwa perlindungan terhadap tempat ibadah dan hak komunitas minoritas harus ditegakkan secara adil dan setara. Negara-negara pendukung Israel, terutama AS, mulai menuntut pertanggungjawaban lebih besar terhadap tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh pemukim ekstremis.
Ke depan, langkah yang diambil pemerintah Israel dalam menyikapi kekerasan di Taybeh akan menjadi tolok ukur dalam mempertahankan citra dan hubungan diplomatiknya di mata dunia. Komunitas internasional berharap agar Israel tidak hanya menyesali insiden, tetapi juga mengambil langkah konkret.
Kepedulian terhadap komunitas Kristen dan penolakan terhadap kekerasan berbasis agama harus menjadi prioritas dalam setiap kebijakan luar negeri. AS memiliki peran penting untuk memastikan bahwa sekutunya menjalankan prinsip-prinsip tersebut secara konsisten.
Sebagai bentuk pencegahan, dibutuhkan sistem perlindungan hukum yang adil dan tegas agar kejadian serupa tidak terus berulang. Dukungan dari masyarakat internasional dan tekanan diplomatik dapat membantu mendorong perubahan yang dibutuhkan di wilayah konflik tersebut.(*)