Jakarta EKOIN.CO – Dalam era peperangan modern, drone tempur menjadi bagian penting dari kekuatan militer global. Teknologi ini menawarkan kemampuan pengintaian, akuisisi target, hingga serangan presisi tinggi tanpa risiko terhadap pilot. Data terbaru ArmedForces tahun 2025 mengungkap daftar 13 negara dengan jumlah drone tempur terbanyak, menunjukkan persaingan ketat dalam pengembangan armada UAV (Unmanned Aerial Vehicle) di seluruh dunia.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Amerika Serikat dan Turki Dominasi Armada UAV Tempur
Amerika Serikat menempati peringkat pertama dengan 444 unit drone tempur aktif. Negeri tersebut telah lama mengandalkan drone canggih seperti MQ-9 Reaper dan MQ-1 Predator dalam berbagai misi militer global. Keunggulan teknologi UAV AS menjadi faktor utama dalam mempertahankan dominasi mereka.
Turki mengejutkan dunia dengan menempati posisi kedua hanya terpaut satu unit, yakni 443 drone tempur aktif. Keberhasilan Turki didukung oleh produksi dalam negeri seperti Bayraktar TB2 dan Akinci yang digunakan secara luas dan juga diekspor ke berbagai negara. Keberhasilan ini menjadikan Turki sebagai kekuatan baru dalam industri drone militer dunia.
China berada di posisi kelima dengan 160 drone tempur, lebih rendah dari Iran yang memiliki 328 unit dan Arab Saudi 306 unit. Data ini menunjukkan bahwa meski China memiliki industri pertahanan besar, mereka masih fokus pada pengembangan kualitas drone ketimbang kuantitas saat ini.
Iran dan Arab Saudi yang sama-sama berada di Timur Tengah menunjukkan kebutuhan tinggi akan kekuatan udara tak berawak dalam situasi konflik regional. Iran secara konsisten meningkatkan kemampuan drone mereka untuk misi pertahanan dan ofensif.
Rusia mencatatkan 105 unit drone tempur aktif, menempati posisi keenam. Meski termasuk dalam lima besar kekuatan militer dunia, Rusia tampaknya belum menempatkan UAV sebagai ujung tombak utama strategi militernya.
Indonesia Masuk Daftar, Israel Alami Penurunan
Israel, yang dikenal sebagai pelopor UAV, hanya berada di peringkat ke-11 dengan 15 unit drone tempur aktif. Produk-produk unggulan Israel seperti IAI Heron dan Harop tampaknya lebih banyak digunakan oleh negara lain daripada oleh angkatan bersenjata mereka sendiri.
Dikutip dari ArmedForces, penurunan posisi Israel kemungkinan karena data hanya mencakup unit aktif, bukan total produksi atau ekspor. Hal ini menjadi indikator bahwa penggunaan domestik Israel terhadap drone lebih terbatas dibanding kemampuan produksinya.
Sementara itu, Indonesia masuk daftar dengan 6 unit drone tempur aktif. Meski jumlahnya belum signifikan, kehadiran Indonesia menandai langkah awal dalam membangun kapabilitas UAV tempur nasional secara mandiri.
Pakistan dengan 95 unit, Mesir 32 unit, dan Polandia 24 unit juga menunjukkan pertumbuhan penggunaan drone tempur. Mereka memanfaatkan teknologi ini untuk memperkuat keamanan nasional sekaligus adaptasi terhadap perang modern.
Prancis berada di urutan ke-10 dengan 16 unit drone tempur aktif. Negara Eropa lainnya seperti Ukraina mencatatkan 12 unit, seiring meningkatnya kebutuhan UAV dalam konflik yang tengah berlangsung di wilayahnya.
Drone tempur kini bukan hanya alat bantu, tetapi menjadi tulang punggung strategi militer modern. Negara-negara berlomba memperkuat armada UAV untuk meningkatkan efektivitas serangan dan pengintaian dengan risiko minimum.
Indonesia, meski masih dalam tahap awal, menunjukkan keseriusan dalam pengembangan UAV. Langkah ini dinilai strategis untuk memperkuat pertahanan nasional dan mengurangi ketergantungan pada alutsista impor.
Dengan teknologi drone tempur yang terus berkembang, peta kekuatan militer dunia pun ikut berubah. Negara dengan kemampuan UAV tinggi memiliki keunggulan dalam operasi militer modern.
Berikut daftar lengkap 13 negara pemilik drone tempur terbanyak tahun 2025 versi ArmedForces:
- Amerika Serikat: 444 unit
- Turki: 443 unit
- Iran: 328 unit
- Arab Saudi: 306 unit
- China: 160 unit
- Rusia: 105 unit
- Pakistan: 95 unit
- Mesir: 32 unit
- Polandia: 24 unit
- Prancis: 16 unit
- Israel: 15 unit
- Ukraina: 12 unit
- Indonesia: 6 unit
Persaingan kekuatan drone tempur akan terus berlangsung, dan setiap negara dituntut adaptif terhadap perkembangan teknologi militer berbasis UAV.
Kehadiran Indonesia dalam daftar ini memberikan optimisme bagi pengembangan industri pertahanan lokal. Hal ini bisa menjadi momentum strategis dalam upaya membangun kekuatan militer berbasis teknologi tinggi.
Dalam menghadapi potensi ancaman global, keunggulan UAV menjadi kunci dalam memenangkan konflik tanpa mengorbankan jiwa pasukan. Efisiensi dan presisi menjadi nilai utama dari teknologi ini.
dari data tersebut adalah, negara-negara nontradisional seperti Turki dan Iran kini mulai mengambil alih dominasi dalam hal jumlah drone tempur aktif, menggantikan peran tradisional negara-negara besar seperti Rusia dan China.
Ke depannya, negara-negara yang memiliki visi strategis dalam teknologi UAV akan mendominasi medan perang modern. Hal ini membutuhkan investasi jangka panjang dan pengembangan sumber daya manusia di bidang teknologi pertahanan.
Peningkatan produksi dan penggunaan drone tempur juga menimbulkan tantangan baru dalam aspek hukum dan etika perang modern. Negara-negara pemilik drone perlu menetapkan batas penggunaan secara bertanggung jawab.
Indonesia diharapkan bisa terus mengembangkan industri drone nasional agar tidak tertinggal dalam perlombaan teknologi pertahanan ini. Kerja sama dengan negara lain juga bisa menjadi alternatif dalam percepatan pembangunan kekuatan UAV.
Secara keseluruhan, daftar ini menjadi gambaran dinamika militer global yang kini lebih fokus pada efisiensi, teknologi, dan pengurangan risiko dalam operasi tempur. (*)