BALIKPAPAN, EKOIN.CO – Seluruh jamaah haji asal Kota Balikpapan kini tengah menjalani pemantauan kesehatan ketat selama 21 hari sejak kepulangan mereka dari Arab Saudi pada Senin malam, 16 Juni 2025.
Langkah ini diambil sebagai bentuk kewaspadaan terhadap penyebaran penyakit menular, khususnya COVID-19 dan MERS-CoV, yang masih menjadi perhatian global.
Kepala Balai Kekarantinaan Kesehatan Balikpapan, Dr. Bangun Cahyo Utomo, menyatakan bahwa pemantauan dilakukan secara langsung dan digital.
Anda bilang:
ChatGPT bilang:
BALIKPAPAN, EKOIN.CO – Seluruh jamaah haji asal Kota Balikpapan kini tengah menjalani pemantauan kesehatan ketat selama 21 hari sejak kepulangan mereka dari Arab Saudi pada Senin malam, 16 Juni 2025.
Langkah ini diambil sebagai bentuk kewaspadaan terhadap penyebaran penyakit menular, khususnya COVID-19 dan MERS-CoV, yang masih menjadi perhatian global.
Kepala Balai Kekarantinaan Kesehatan Balikpapan, Dr. Bangun Cahyo Utomo, menyatakan bahwa pemantauan dilakukan secara langsung dan digital.
“Kami tetap melakukan pemantauan kesehatan selama 21 hari pasca kepulangan,” ujar Bangun di Balikpapan, Selasa (17/6/2025).
Ia menjelaskan pemantauan dilakukan menggunakan dua sistem utama: Buku Kesehatan Jemaah Haji elektronik (e-BKJH) dan Kartu Kesehatan Jemaah Haji elektronik (e-KKJH).
Pemantauan Berbasis Data Terintegrasi
Kedua sistem itu memungkinkan pemantauan status kesehatan jamaah secara terintegrasi dan real-time.
Menurut Bangun, sistem tersebut terhubung dengan Sistem Informasi Kesehatan Haji (Siskohatkes) milik Kementerian Kesehatan.
“Petugas puskesmas di wilayah domisili jamaah akan memantau secara berkala berdasarkan data dari Siskohatkes,” jelasnya.
Sebelumnya, seluruh jamaah haji kloter pertama asal Balikpapan telah tiba di Bandara SAMS Sepinggan, Senin (16/6) pukul 23.05 WITA.
Mereka menumpang pesawat Garuda Indonesia Airbus A330-900 Neo dengan nomor penerbangan GIA 44101.
Tahapan Skrining di Asrama Haji Batakan
Setelah mendarat, jamaah langsung diarahkan ke Asrama Haji Batakan untuk menjalani skrining awal.
Pemeriksaan ini mencakup pengukuran suhu tubuh dengan thermal scanner untuk mendeteksi gejala awal.
“Jika ada gejala seperti demam, batuk, atau pilek, kami langsung ambil sampel swab menggunakan VTM,” kata Bangun.
Sampel tersebut selanjutnya dikirim ke laboratorium di Jakarta untuk dianalisis lebih lanjut.
“Semua prosedur sudah kami siapkan,” tambahnya.
Respons Cepat Jika Ada Gejala Mencurigakan
Apabila ditemukan gejala mencurigakan, data segera dilaporkan ke Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR).
Bangun menegaskan, langkah ini bertujuan mendeteksi dan menanggulangi penyebaran penyakit sejak dini.
Hingga saat ini, belum ditemukan kasus aktif COVID-19 dari jamaah haji asal Balikpapan.
Namun, terdapat sembilan orang yang diawasi lebih lanjut karena faktor kelelahan dan usia lanjut.
“Beberapa sempat dirawat ringan selama di Arab Saudi, tapi saat ini semuanya stabil,” ujar Bangun.
Jumlah Jamaah dan Kondisi Kesehatan Umum
Seluruh jamaah haji asal Balikpapan kloter pertama berjumlah 360 orang, termasuk empat petugas.
Semua jamaah tersebut dilaporkan dalam kondisi sehat saat mendarat di tanah air.
“Tidak ada yang sakit saat kepulangan,” tegas Bangun.
Namun, ia mengingatkan bahwa pemantauan tetap diperlukan karena gejala penyakit bisa muncul belakangan.
“Potensi penularan masih ada meski gejalanya belum terlihat,” tambahnya
Penggunaan Formulir SSHP Sebelum Kepulangan
Bangun menjelaskan bahwa semua jamaah telah mengisi formulir Satu Sehat Gaul Patuh (SSHP).
Formulir ini menjadi acuan awal untuk menilai status kesehatan masing-masing jamaah.
Data dari SSHP dikelompokkan dalam tiga kategori warna: hijau, kuning, dan merah.
Jika ditemukan tanda klinis, swab langsung dilakukan dan sampel dikirim ke laboratorium.
“SSHP sangat penting untuk skrining awal, terutama dalam klasifikasi potensi risiko,” tuturnya.
Proses Karantina Bersifat Terbuka dan Humanis
Pemantauan dilakukan tanpa menimbulkan ketegangan di kalangan jamaah dan keluarga.
Pihak Balai Kekarantinaan menekankan pendekatan persuasif dan edukatif selama proses pengawasan.
“Kami tidak ingin menambah beban psikis jamaah, apalagi setelah perjalanan panjang,” kata Bangun.
Petugas puskesmas juga diminta berinteraksi secara santun dan informatif kepada jamaah dan keluarganya.
Langkah ini bertujuan menjaga kenyamanan sekaligus meningkatkan kesadaran kesehatan masyarakat.
Peran Tenaga Kesehatan di Lapangan
Bangun menjelaskan bahwa semua tenaga kesehatan yang ditugaskan telah dibekali pelatihan khusus.
Pelatihan tersebut mencakup pemantauan, deteksi dini, serta prosedur pelaporan ke SKDR.
Mereka juga dibekali perangkat pelindung diri dan alat komunikasi dengan sistem pusat.
“Kami pastikan semua petugas siap menjalankan tugasnya hingga masa pemantauan selesai,” ujar Bangun.
Koordinasi lintas instansi dilakukan setiap hari untuk memastikan proses berjalan lancar.
Kesiapan Infrastruktur dan Koordinasi Lintas Instansi
Balai Kekarantinaan Kesehatan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dan Kantor Kemenag setempat.
Bandara SAMS Sepinggan juga menjadi lokasi koordinasi untuk arus masuk jamaah.
Fasilitas seperti ruang isolasi, alat pelindung diri, dan logistik medis disiapkan sejak jauh hari.(Gambar diambil dari Kaltim Post)
“Skenario darurat sudah kami susun, termasuk rujukan rumah sakit bila ada kasus berat,” kata Bangun.
Pemerintah daerah turut berperan aktif dalam membantu pelaksanaan protokol pemantauan ini.(*)
Berlangganan gratis WANEWS EKOIN lewat saluran WhatsUp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v