Penajam Paser Utara EKOIN.CO- Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur, menggencarkan pengembangan rumput laut jenis gracilaria sebagai komoditas unggulan.
Langkah strategis ini diambil demi meningkatkan kesejahteraan nelayan dan petani tambak di wilayah pesisir.
Pendampingan intensif diberikan oleh Dinas Perikanan Kabupaten Penajam Paser Utara melalui pelatihan langsung.
Pelatihan tersebut mencakup teknik budi daya di tambak serta di perairan laut terbuka.
“Kami dampingi nelayan dan petani tambak berikan pelatihan tata cara budi daya rumput laut di tambak maupun di perairan laut,” kata Rozihan Asward, Kepala Dinas Perikanan, Minggu (1/6).
Pelatihan ini diharapkan memperluas wawasan masyarakat tentang teknik budi daya berkelanjutan.
Tujuannya, agar rumput laut dapat terus menjadi sumber ekonomi jangka panjang.
Gracilaria diketahui dapat dipanen dalam kurun 40 hari hingga dua bulan.
Selain itu, rumput laut ini mampu mempercepat pertumbuhan ikan bandeng.
Potensi Besar dan Polikultur
Model polikultur atau budi daya kombinasi menjadi pendekatan utama dalam pengembangan ini.
Rozihan menjelaskan bahwa rumput laut dapat tumbuh berdampingan dengan ikan bandeng dalam satu area tambak.
“Rumput laut juga bisa jadi sumber pakan ikan bandeng dan menjaga kualitas air,” tambahnya.
Hal ini tidak hanya meningkatkan hasil produksi tetapi juga efisiensi pengelolaan tambak.
Keunggulan tersebut menjadikan sistem polikultur sebagai solusi bagi petani dalam memaksimalkan pendapatan.
Petani tak hanya mengandalkan satu komoditas, tapi juga menjaga lingkungan tambak tetap sehat.
Rumput laut jenis gracilaria sendiri kini dikembangkan luas di Kecamatan Babulu.
Namun, pemerintah mendorong agar pengembangannya menyebar ke kecamatan lainnya.
Dukungan Pemerintah dan Lonjakan Produksi
Rozihan menekankan bahwa keberhasilan ini berkat dukungan penuh pemerintah daerah.
“Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara terus mendorong pengembangan rumput laut jenis gracilaria,” ujarnya.
Pada tahun 2024, produksi gracilaria mencapai 9.270 ton, melampaui target awal yang hanya 8.000 ton.
Angka ini menunjukkan potensi besar sektor perikanan budi daya di wilayah tersebut.
“Capaian produksi rumput laut itu lampaui target sekitar 15 persen dari target,” jelas Rozihan.
Data ini menunjukkan bahwa komoditas gracilaria semakin diminati oleh petani tambak.
Meningkatnya produksi juga menunjukkan efektivitas pelatihan dan pendampingan yang diberikan.
Petani tidak hanya diberi teori, tetapi juga praktik langsung di lapangan.
Target 2025 dan Penguatan Ekosistem Tambak
Pada tahun 2025, target produksi ditingkatkan menjadi 9.500 ton.
Angka ini naik sekitar 18 persen dari target tahun sebelumnya.
Optimisme ini didasari oleh tren peningkatan minat masyarakat terhadap budi daya rumput laut.
Tambak-tambak baru mulai dibuka, dan banyak petani mencoba sistem polikultur.
Penguatan ekosistem tambak dilakukan melalui penyediaan bibit, pelatihan, dan dukungan teknis.
Rozihan menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan swasta.
Kehadiran gracilaria juga turut memperbaiki kualitas air di tambak, mengurangi pencemaran.
Hal ini menjadikan budidaya rumput laut sebagai bagian dari pendekatan ramah lingkungan.
Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan
Dampak langsung dari peningkatan produksi ini dirasakan oleh petani tambak dan nelayan.
Pendapatan mereka meningkat karena nilai jual rumput laut cukup stabil.
Selain dijual langsung, gracilaria juga dimanfaatkan untuk bahan baku industri lokal.
Permintaan dari sektor pangan dan kosmetik pun mulai tumbuh.
Pemerintah berharap dengan penguatan budi daya, petani tak lagi bergantung pada hasil tangkap semata.
Mereka bisa mengandalkan tambak sebagai sumber penghasilan utama.
Beberapa petani bahkan mulai berinovasi dengan produk turunan seperti agar-agar dan pupuk organik.
Inovasi ini didorong oleh adanya pelatihan lanjutan dari Dinas Perikanan.
Babulu Sebagai Pusat Percontohan
Kecamatan Babulu menjadi pusat percontohan budi daya gracilaria.
Sebagian besar tambak di wilayah ini kini telah menerapkan sistem polikultur.
Pemerintah menetapkan Babulu sebagai sentra karena infrastruktur dan kesiapan masyarakatnya.
Petani di Babulu juga dianggap cepat menyerap pelatihan yang diberikan.
Kesuksesan Babulu diharapkan menjadi inspirasi bagi kecamatan lain.
Langkah ini dinilai strategis untuk merata sebaran produksi rumput laut.
Pemerintah pun mulai mengidentifikasi lokasi potensial baru di sepanjang pesisir.
Analisis wilayah dilakukan berdasarkan kualitas air dan kesesuaian lahan.
Kebutuhan Akan Akses Pasar dan Kemitraan
Tantangan ke depan adalah memastikan rumput laut yang dihasilkan dapat terserap pasar.
Kebutuhan akan kemitraan dengan pelaku industri menjadi fokus perhatian.
Pemerintah menjajaki kerja sama dengan pelaku usaha lokal dan nasional.
Hal ini agar rantai pasok dari tambak ke industri tetap terjaga.
Rozihan menyebut perlunya dukungan dalam bentuk alat pascapanen dan pengemasan.
Tujuannya agar rumput laut memiliki daya simpan dan nilai jual lebih tinggi.
Langkah-langkah promosi produk gracilaria juga mulai dilakukan oleh pemerintah daerah.
Pameran dan festival pangan laut dijadikan sarana memperkenalkan hasil petani lokal.(*)
Berlangganan gratis WANEWS EKOIN lewat saluran WhatsUp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v