Moskow, EKOIN.CO – Maskapai penerbangan nasional Rusia, Aeroflot, menjadi korban serangan siber besar-besaran yang dilancarkan oleh kelompok peretas pro-Ukraina. Insiden yang terjadi pada Selasa, 29 Juli 2025, itu mengakibatkan lumpuhnya layanan penerbangan secara menyeluruh, dengan lebih dari 50 penerbangan dibatalkan dan ribuan penumpang terdampak.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Kremlin menyatakan keprihatinan mendalam atas kejadian ini, sementara para anggota parlemen Rusia menggambarkannya sebagai ancaman serius terhadap keamanan nasional. Jaksa penuntut di Rusia menegaskan bahwa insiden ini disebabkan oleh peretasan dan telah membuka penyelidikan pidana atas gangguan terhadap sistem Aeroflot.
Anggota parlemen senior Anton Gorelkin menyatakan bahwa Rusia saat ini tengah menghadapi serangan digital secara masif. “Kita tidak boleh lupa bahwa perang terhadap negara kita berlangsung di semua lini, termasuk digital,” kata Gorelkin, dikutip dari Reuters. Ia menambahkan bahwa pihak yang bertanggung jawab kemungkinan didukung negara-negara tidak bersahabat.
Serangan terhadap sistem Aeroflot menyebabkan kekacauan penerbangan
Dua kelompok peretas yang dikenal dengan nama Silent Crow dan Belarusian Cyberpartisans mengaku bertanggung jawab atas serangan ini. Mereka menyebut telah menghancurkan sekitar 7.000 server milik Aeroflot dan menguasai komputer pribadi staf, termasuk manajemen tingkat atas. Kelompok tersebut juga mengancam akan membocorkan data pribadi seluruh warga Rusia yang pernah menggunakan layanan Aeroflot.
Akibat serangan ini, Bandara Sheremetyevo di Moskow mengalami gangguan operasional parah. Banyak penerbangan tertunda hingga berjam-jam, sementara penumpang menyampaikan kemarahan mereka di media sosial karena tidak adanya informasi yang jelas mengenai penerbangan mereka.
Sejak dimulainya invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, gangguan terhadap layanan penerbangan di Rusia bukan hal baru. Namun, serangan siber yang menimpa Aeroflot kali ini dianggap sebagai insiden paling merusak terhadap industri penerbangan nasional Rusia hingga saat ini.
Dampak jangka panjang dan potensi kebocoran data besar-besaran
Mantan pilot Aeroflot dan pakar penerbangan, Andrei Litvinov, menyebut serangan ini sebagai bencana serius. “Penundaan penerbangan masih bisa ditoleransi, tapi kerugian bagi perusahaan milik negara sebesar ini sangat besar,” ujarnya.
Litvinov menyoroti risiko kebocoran data internal perusahaan, termasuk korespondensi penting yang bisa dimanfaatkan oleh pihak asing. “Dulu drone, sekarang serangan dari dalam,” tambahnya, mengacu pada meningkatnya kerentanan sistem dalam negeri Rusia.
Gangguan teknis akibat peretasan ini berdampak pada seluruh sistem Aeroflot, termasuk sistem reservasi, pengelolaan kru, dan layanan pelanggan. Ribuan penumpang dilaporkan terdampar di bandara tanpa kepastian keberangkatan.
Menurut pihak keamanan siber Rusia, penyelidikan terhadap asal muasal serangan terus dilakukan. Mereka menduga penggunaan perangkat lunak canggih oleh kelompok peretas menunjukkan adanya dukungan dari entitas negara asing.
Pemerintah Rusia mendesak peningkatan pengamanan infrastruktur digital, terutama di sektor-sektor vital seperti transportasi dan energi. Selain itu, pihak Aeroflot belum dapat memastikan kapan sistem mereka akan kembali beroperasi penuh.
Dalam konferensi pers, perwakilan Aeroflot menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh penumpang yang terdampak dan berjanji akan memberikan kompensasi sesuai ketentuan hukum. Namun, mereka belum dapat mengungkap skala kerusakan secara menyeluruh.
Para analis keamanan menilai serangan ini bisa menjadi preseden baru dalam konflik siber antara Rusia dan pihak-pihak yang menentang invasinya ke Ukraina. Mereka juga memperingatkan kemungkinan serangan lanjutan terhadap sektor lain.
Sejumlah negara telah memperingatkan warganya untuk menghindari penerbangan dengan maskapai Rusia dalam waktu dekat hingga sistem kembali stabil. Beberapa penerbangan internasional yang dioperasikan Aeroflot juga terpaksa dibatalkan.
Media pemerintah Rusia mengimbau masyarakat untuk tidak menyebarkan spekulasi mengenai skala kerusakan. Mereka juga meminta agar informasi yang beredar di media sosial diverifikasi terlebih dahulu.
Sementara itu, pihak berwenang menekankan bahwa seluruh langkah hukum akan ditempuh untuk memburu pelaku dan mengamankan sistem digital negara dari ancaman lanjutan.
Pakar keamanan siber Rusia menyatakan bahwa pemulihan total dari serangan ini bisa memakan waktu berminggu-minggu. Proses pembersihan sistem dan pemulihan server yang terinfeksi memerlukan kehati-hatian agar tidak memperparah kerusakan.
dari insiden ini menunjukkan adanya celah besar dalam sistem keamanan digital Rusia yang menjadi target dalam perang siber. Kelemahan ini dapat dimanfaatkan untuk serangan lanjutan jika tidak segera ditangani dengan langkah komprehensif.
Rusia kemungkinan besar akan memperkuat kerja sama internasional di bidang keamanan siber, namun tantangan politik bisa memperlambat proses tersebut. Kerja sama domestik antara pemerintah dan sektor swasta juga akan menjadi krusial dalam membangun sistem pertahanan digital yang kuat.
Dampak terhadap kepercayaan publik terhadap Aeroflot akan signifikan, terutama jika kebocoran data benar terjadi. Pemerintah harus memastikan transparansi penanganan insiden untuk menghindari keresahan masyarakat lebih luas.
Perlu juga adanya pelatihan ulang dan peningkatan kompetensi staf teknologi informasi di sektor-sektor penting, agar bisa merespons insiden serupa dengan cepat dan efisien.
Masyarakat diharapkan tetap waspada terhadap informasi palsu terkait serangan ini dan mengikuti perkembangan resmi dari pemerintah. Kewaspadaan kolektif dan ketahanan digital akan menjadi kunci dalam menghadapi tantangan serupa di masa depan. (*)