Washington , EKOIN.CO – Presiden Amerika Serikat Donald Trump dikabarkan tengah meninjau serangkaian rencana penyerangan terhadap Iran, namun belum memberikan perintah final sementara diplomasi masih coba dijajaki. Keputusan akhir kemungkinan akan diambil dalam dua pekan ke depan.
Ketegangan di Timur Tengah Memuncak
Sejak awal konflik udara antara Israel dan Iran yang dimulai 13 Juni 2025, ketegangan mereda sementara setelah serangkaian pembicaraan diplomatik di Jenewa, namun ultimatum AS menambah ketidakpastian .
Delegasi Iran dan Eropa bertemu selama beberapa jam dalam upaya menurunkan tensi, namun tak ada hasil signifikan . Di tengah itu, Trump menyatakan AS bisa bergabung dalam serangan jika Iran tak mundur dari pengayaan uranium
Persiapan Militer dan Rencana Serangan
Menurut Wall Street Journal, Trump telah secara pribadi menyetujui rencana serangan, namun belum mengeluarkan perintah operasional . Rencana tersebut mencakup serangan udara terarah ke fasilitas nuklir di Iran, khususnya situs Fordow .
Pejabat senior militer AS, termasuk Ketua Kepala Staf Gabungan dan Komandan CENTCOM, dilaporkan aktif mengasah opsi operasi tempur . Sementara itu, Menteri Pertahanan Pete Hegseth menegaskan kesiapan militer untuk menghadapi perintah apa pun dari Trump .
Pergerakan Intelijen dan Diplomasi
AS telah mengerahkan kembali kapal induk USS Gerald R. Ford serta memindahkan sejumlah kapal dan pesawat tempur dari basis rawan, seperti Al Udeid Qatar—yang aksesnya juga dibatasi sementara oleh Kedutaan AS
Dalam kolaborasi intelijen, media menyebut pembicaraan intensif antara utusan AS Steve Witkoff dan Menlu Iran Abbas Araqchi telah berlangsung sejak pekan lalu
Eskalasi Militer Israel–Iran
Israel melakukan gelombang serangan udara menarget sistem rudal dan situs nuklir Iran, termasuk fasilitas berat Airak dan Fordow . Iran membalas dengan serangan misil dan drone, salah satunya menargetkan rumah sakit Soroka di Beersheba, menewaskan beberapa warga sipil
Juru bicara militer Israel, Brigjen Effie Defrin, menuduh penggunaan cluster munition sebagai “teror negara” yang melanggar hukum internasional . PM Netanyahu pun menyatakan keinginan melemahkan rezim Iran hingga tumbang, tapi menekankan hal itu bergantung pada dukungan rakyat .
Sikap Keras Iran
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei memperingatkan bahwa jika AS melakukan intervensi militer, itu akan mengakibatkan “kerusakan yang tak dapat diperbaiki” Menhan Iran Aziz Nasirzadeh juga menyebut pangkalan AS di wilayah akan menjadi target jika AS mendukung Israel
Faktanya, Ser Guard Iran menyatakan akan menanggapi setiap agresi AS dan Israel dengan respons keras
Tekanan Politik di Dalam Negeri AS
Trump mendapat tekanan dari dua kubu: sebagian pendukung garis keras dan kelompok isolasionis MAGA. Senator Rand Paul serta Steve Bannon mendesak agar Trump mencari persetujuan Kongres sebelum melangkah lebih jauh
Beberapa anggota parlemen dan tokoh internal juga meragukan konsistensi jadwal dua minggu Trump, dengan Senator Chris Murphy menyebutnya sebagai “tak bisa dipercaya” .
Diplomasi versus Militer
Gedung Putih masih menyatakan membuka peluang diplomasi, bahkan Karoline Leavitt menyampaikan Trump akan memilih jalur damai jika tersedia, namun menegaskan prioritasnya adalah mencegah Iran memperoleh senjata nuklir
Sementara itu, Eropa—termasuk Inggris, Prancis, Jerman—tekan Iran untuk melakukan negosiasi baru, sekaligus mendesak AS menahan diri .
Spekulasi Serangan Akhir Pekan
Beberapa laporan Bloomberg menyebut AS telah menyiapkan opsi serangan akhir pekan sebagai bagian dari rencana cadangan jika diplomasi gagal . Namun belum ada perintah resmi keluar.Posisi Trump yang Mengambang
Presiden Trump mengatakan ia akan membuat keputusan pada saat terakhir demi fleksibilitas, dan mengungkap AS mengetahui lokasi tersembunyi Khamenei namun tak berniat menyerangnya “untuk saat ini”
Ia juga menyatakan Iran bisa saja mempunyai bom nuklir dalam hitungan minggu, meski intelijen AS membantah program nuklir aktif .
Analis mengingatkan bahwa intervensi AS dapat memperluas konflik, memicu serangan balasan terhadap instalasi AS, dan berpotensi mengancam jalur pelayaran strategis seperti Selat Hormuz .
Secara umum, AS berada di persimpangan: memilih dukung Israel lewat jalur militer atau menahan diri demi diplomasi. Namun kesiapan operasional sudah tinggi dan tenggat dua pekan menjadi sorotan utama. Pemerintah AS sebaiknya menjaga keseimbangan antara upaya diplomasi dan kesiapan militer untuk mencegah eskalasi konflik.
DPR AS perlu diberi ruang memperdebatkan otorisasi penggunaan kekuatan guna menegakkan kontrol demokratis.
Eropa dan negara-negara regional harus memperkuat upaya mediasi agar tekanan eskalatif bisa mereda.
Publik global perlu mendapat informasi penuh dan akurat demi mencegah arus berita menyesatkan di masa krisis.
Jika diplomasi gagal, komunitas internasional wajib bersiaga menghadapi risiko meluasnya konflik besar. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v