Jakarta, EKOIN.CO – Meningkatnya kebutuhan energi listrik rumah tangga di Indonesia membuat masyarakat mulai mencari solusi untuk menekan tagihan bulanan. Salah satu cara yang kini banyak digunakan adalah dengan memanfaatkan alat penghemat listrik yang beredar di pasaran. Alat ini diklaim dapat membantu mengurangi konsumsi energi, menjaga stabilitas tegangan, serta memperpanjang usia peralatan elektronik.
Alat penghemat listrik mulai populer dalam lima tahun terakhir, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung. Bentuknya kecil, praktis, dan cukup mudah digunakan karena hanya perlu dicolokkan ke stop kontak. Sejumlah produsen menawarkan beragam merek dengan harga bervariasi, mulai dari Rp100.000 hingga Rp500.000, tergantung fitur dan kapasitasnya.
Menurut informasi dari Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, alat penghemat listrik bekerja dengan cara menstabilkan arus listrik dan mengurangi daya reaktif. Daya reaktif adalah beban listrik yang tidak digunakan oleh peralatan, namun tetap dihitung dalam tagihan.
Kepala Subdirektorat Efisiensi Energi, Yuni Rahmawati, menjelaskan bahwa alat tersebut tidak serta-merta menurunkan tagihan secara signifikan, tapi sangat membantu mengurangi fluktuasi listrik dan menghindari pemborosan energi. “Prinsipnya bukan sulap, tapi membantu efisiensi konsumsi yang tidak perlu,” kata Yuni saat ditemui di acara sosialisasi energi hemat di Jakarta, Kamis (12/6/2025).
Sejumlah pengguna juga merasakan manfaat positif. Dimas Nugroho (38), warga Cibubur, menyatakan bahwa tagihan listrik rumahnya turun sekitar 15 persen sejak menggunakan alat tersebut. “Biasanya saya bayar Rp900.000 per bulan, sekarang bisa Rp750.000,” ungkapnya.
Selain menghemat, alat ini juga mampu mengurangi panas pada kabel dan mencegah kerusakan pada alat elektronik akibat lonjakan tegangan. Hal ini disampaikan oleh teknisi listrik senior, Bambang Hartono. “Arus yang stabil bisa memperpanjang umur TV, kulkas, AC dan alat lainnya,” jelasnya.
Sebuah studi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) juga membuktikan bahwa penggunaan alat penghemat listrik bisa menurunkan konsumsi daya sebesar 5 hingga 18 persen, tergantung pola penggunaan dan jenis peralatan di rumah.
Dari sisi lingkungan, penghematan listrik tentu berdampak pada berkurangnya beban pembangkit listrik nasional. “Kalau tiap rumah hemat 10 persen saja, itu sangat besar kontribusinya untuk pengurangan emisi,” ucap Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, dikutip dari Kompas.com.
Walaupun begitu, Kementerian ESDM mengingatkan masyarakat agar membeli alat yang telah terverifikasi dan bersertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI). Banyak produk tidak resmi yang justru tidak memiliki efek apapun atau bahkan berbahaya.
BPOM-nya kelistrikan, yakni Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, pernah menemukan beberapa alat palsu yang hanya berisi kapasitor kecil tanpa sistem stabilisasi yang benar. “Konsumen harus teliti. Jangan tergiur harga murah,” ujar Yuni menegaskan.
Penggunaan alat ini bisa dimaksimalkan dengan perilaku hemat lainnya seperti mematikan lampu saat siang hari, mencabut charger yang tidak digunakan, dan menggunakan peralatan elektronik dengan label hemat energi.
Riset LIPI pada tahun 2023 menunjukkan rumah tangga yang mengombinasikan penggunaan alat penghemat dengan gaya hidup hemat mampu menurunkan tagihan hingga 25 persen per bulan. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi dan kesadaran bisa berjalan beriringan.
Menurut data PLN, konsumsi listrik sektor rumah tangga masih menjadi yang tertinggi dibandingkan sektor industri dan komersial. Oleh karena itu, inovasi di ranah rumah tangga sangat krusial untuk mengendalikan beban nasional.
PLN juga menyambut baik inisiatif ini dan menyarankan pelanggan untuk tetap mengecek alat yang digunakan secara berkala agar tidak terjadi kebocoran listrik atau kerusakan. “Kami terbuka untuk edukasi terkait alat penghemat ini,” kata Agung Mulyadi, perwakilan PLN Distribusi Jakarta.
Salah satu merek yang banyak dipakai adalah Power Saver X, Smart Electric Saver, dan EcoVolt. Produk-produk ini dapat dibeli secara online maupun di toko elektronik besar dengan panduan penggunaan yang cukup jelas.
“Jangan terlalu berharap tagihan langsung turun setengahnya. Tapi dari sisi teknis, alat ini memang membantu efisiensi,” ucap Dedy Suryadi, dosen Teknik Elektro di Universitas Indonesia.
Beberapa distributor juga memberikan garansi hingga satu tahun sebagai jaminan kualitas. Ini menjadi pertimbangan penting saat membeli agar konsumen merasa aman.
Namun, perlu dipahami bahwa alat ini tidak akan efektif jika rumah tangga tetap boros listrik. Misalnya, penggunaan AC berlebihan, lampu menyala 24 jam, atau alat pemanas yang tidak dimatikan.
Oleh sebab itu, edukasi tetap menjadi kunci utama dalam membentuk pola konsumsi energi yang hemat dan berkelanjutan. Pemerintah pun telah menjalankan kampanye “Energi Kita, Tanggung Jawab Kita” sejak awal 2024.
Kampanye ini melibatkan berbagai elemen masyarakat, dari sekolah, kantor, hingga rumah ibadah. Tujuannya untuk menanamkan kebiasaan hemat sejak dini.
“Kesadaran masyarakat menjadi pondasi penghematan nasional,” kata Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam sambutannya di Hari Hemat Energi Nasional, 10 Agustus 2024 lalu.
Dari sisi regulasi, pemerintah tengah menyusun standar alat penghemat listrik agar tidak ada lagi produk yang menyesatkan konsumen. Aturan ini diharapkan rampung tahun 2026.
Saat ini belum ada kewajiban sertifikasi untuk semua alat hemat listrik, namun pemerintah mendorong industri untuk patuh terhadap standar keamanan.
Sementara itu, konsumen diimbau untuk mengecek kelayakan produk, termasuk ulasan dari pembeli lain sebelum memutuskan membeli alat penghemat listrik.
“Salah satu indikator kualitas adalah banyaknya testimoni positif dari pengguna,” jelas Ratna Dewi, pelaku usaha di bidang elektronik rumahan.
Seiring meningkatnya tren penggunaan alat hemat listrik, para penjual juga terus berinovasi dengan menambahkan fitur digital monitoring, seperti pemantau konsumsi daya via aplikasi.
Fitur ini membantu pengguna memantau efektivitas alat dan mengatur pemakaian harian secara real-time, sehingga penghematan menjadi lebih terukur.
Dengan inovasi yang terus berkembang, penggunaan alat penghemat listrik tampaknya akan menjadi bagian dari gaya hidup modern yang efisien dan ramah lingkungan.
Langkah kecil dari rumah ini memberi dampak besar jika dilakukan secara masif dan konsisten oleh seluruh masyarakat.
Dalam jangka panjang, penghematan listrik tidak hanya mengurangi beban biaya rumah tangga, tapi juga menyumbang pada keberlanjutan lingkungan hidup.
Untuk itu, sinergi antara teknologi, edukasi, dan regulasi perlu dijaga agar manfaat alat hemat listrik bisa dirasakan luas oleh masyarakat Indonesia.
Alat hemat listrik bukan solusi tunggal, melainkan pelengkap dari kebijakan dan kebiasaan hemat energi yang saling mendukung satu sama lain.
**
Saran:
Pemerintah disarankan untuk mempercepat penerapan standar kualitas alat penghemat listrik di pasaran guna melindungi konsumen dari produk palsu atau tidak efektif. Perlu dibuat sistem sertifikasi dan pelabelan resmi yang mudah dikenali masyarakat.
Pelaku industri alat hemat listrik juga diharapkan meningkatkan transparansi produk, termasuk menyertakan hasil pengujian laboratorium independen yang menunjukkan efektivitasnya. Ini penting agar konsumen bisa menilai sebelum membeli.
Masyarakat sebaiknya melakukan pengecekan berkala terhadap instalasi listrik di rumah, termasuk arus bocor, sambungan kabel, dan efisiensi penggunaan alat. Langkah ini memperkuat manfaat dari alat hemat listrik.
Pendidikan energi hemat sebaiknya dimasukkan dalam kurikulum sekolah dasar dan menengah sebagai bagian dari pendidikan karakter dan kewarganegaraan, agar budaya hemat tumbuh sejak dini.
Komunitas lingkungan dapat menjadi motor penggerak perubahan gaya hidup hemat energi dengan membentuk kelompok edukasi dan pelatihan penggunaan alat hemat listrik di tingkat RT/RW.
**
Kesimpulan:
Alat penghemat listrik adalah salah satu inovasi teknologi praktis yang membantu masyarakat mengontrol penggunaan daya secara lebih efisien dan aman. Dengan penggunaannya yang mudah dan terjangkau, alat ini mulai banyak digunakan di berbagai kota.
Manfaat yang dirasakan mencakup tagihan yang lebih rendah, perangkat elektronik yang lebih tahan lama, serta jaringan listrik rumah tangga yang lebih stabil. Hal ini memperkuat pentingnya pemanfaatan teknologi dalam kehidupan sehari-hari.
Meski begitu, efektivitas alat sangat bergantung pada pola konsumsi listrik rumah tangga. Jika tidak diiringi kesadaran dan perilaku hemat, manfaatnya tidak akan maksimal.
Untuk hasil optimal, penggunaan alat ini harus didukung dengan edukasi masyarakat, regulasi pemerintah yang kuat, dan partisipasi aktif semua pihak, termasuk industri dan konsumen.
Dengan kombinasi antara alat hemat listrik dan kesadaran kolektif, masa depan energi yang lebih efisien, murah, dan ramah lingkungan bukanlah hal yang mustahil untuk dicapai.(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v