Istanbul EKOIN.CO – Turkish Aerospace Industries (TAI) secara resmi menandatangani kontrak ekspor 48 unit jet tempur generasi kelima KAAN ke Indonesia. Kesepakatan ini diumumkan dalam Pameran Industri Pertahanan Internasional (IDEF 2025) yang berlangsung di Istanbul, Turki, pada Sabtu, 26 Juli 2025. Penandatanganan perjanjian tersebut dilakukan oleh dua perusahaan pertahanan Indonesia, PT Republik Aero Dirgantara (PT RAG) dan PT Dirgantara Indonesia (PT DI), bersama pihak TAI.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Kesepakatan ini mencakup penjualan, rekayasa bersama, serta pertukaran teknologi strategis. Dalam kesempatan tersebut, Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin bersama Sekretaris Industri Pertahanan Turki Prof Haluk Gorgun menandatangani nota kesepahaman (MoU) yang mengawali kontrak pembelian. Penandatanganan kontrak dilanjutkan oleh Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan Marsdya Yusuf Jauhari dengan CEO TAI Mehmet Demiroglu.
Seperti dilaporkan laman Hurriyetdailynews, jet tempur KAAN yang dipesan akan dikirimkan secara bertahap selama 120 bulan. Produksi jet-jet ini akan menggunakan mesin buatan dalam negeri Turki. Perjanjian ekspor ini disebut-sebut sebagai yang pertama dalam sejarah industri dirgantara militer Turki, khususnya untuk jet tempur generasi kelima.
Dukungan Presiden Erdogan dan Potensi Kolaborasi
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebelumnya mengungkapkan rencana ekspor jet tempur tersebut pada pertengahan Juni 2025. Erdogan menyatakan bahwa kolaborasi ini akan memperkuat posisi Turki sebagai eksportir industri pertahanan. Dalam pidatonya, Erdogan menekankan pentingnya kerja sama strategis antara Ankara dan Jakarta, khususnya dalam pengembangan sistem pertahanan masa depan.
Menurut informasi dari akun resmi X TurDef @turdefcom, kerja sama ini bukan hanya mencakup pembelian jet tempur, namun juga membuka peluang produksi bersama dan pengembangan teknologi baru yang akan melibatkan ahli-ahli dirgantara dari kedua negara.
CEO TAI Mehmet Demiroglu menyatakan, “Kami menyambut baik kemitraan ini dan siap mendukung Indonesia dalam modernisasi armada udara tempurnya.” Hal serupa juga disampaikan Kabaranahan Kemenhan RI Marsdya Yusuf Jauhari yang menyebut kontrak ini sebagai langkah besar dalam penguatan pertahanan nasional Indonesia melalui teknologi canggih.
Teknologi KAAN dan Rencana Implementasi
Jet tempur KAAN dirancang sebagai pesawat tempur generasi kelima yang menggabungkan kemampuan siluman, kecepatan tinggi, manuver canggih, serta sistem avionik terintegrasi. Dalam pameran IDEF 2025, TAI memamerkan kemampuan KAAN dalam simulasi tempur udara-ke-udara dan udara-ke-darat, termasuk penggunaan sistem radar AESA dan teknologi kecerdasan buatan untuk misi operasional.
Pesawat ini dikembangkan untuk menggantikan armada F‑16 yang saat ini digunakan oleh Angkatan Udara Turki. Namun, dengan ekspor ke Indonesia, TAI membuka jalur baru kerja sama pertahanan jangka panjang di kawasan Asia Tenggara.
Pengiriman jet tempur akan dimulai pada awal 2026 secara bertahap dan diperkirakan selesai pada 2035. Proses ini akan disertai pelatihan teknisi dan pilot Indonesia di Turki, serta pembangunan fasilitas pendukung di Indonesia yang akan dilaksanakan oleh PT DI dan PT RAG.
Selain itu, Kementerian Pertahanan RI menargetkan agar transfer teknologi dalam kontrak ini dapat meningkatkan kemandirian industri pertahanan nasional dan mempercepat program pengembangan jet tempur lokal di masa mendatang.
Presiden Erdogan dalam pidatonya menegaskan bahwa Turki berkomitmen penuh terhadap kesuksesan proyek ekspor ini. “Kami melihat Indonesia sebagai mitra strategis dalam pertahanan dan ekonomi,” ujar Erdogan, seperti dikutip Hurriyetdailynews.
Sebagai bagian dari kontrak, TAI juga membuka kemungkinan pembelian tambahan jika Indonesia membutuhkan armada tambahan hingga 72 unit pada dekade berikutnya. Perjanjian ini juga memuat klausul perawatan dan dukungan logistik hingga 2040.
Pihak TAI dan Kementerian Pertahanan Indonesia belum merinci nilai kontrak, namun sejumlah analis memperkirakan nilai ekspor ini mencapai lebih dari USD 6 miliar. Kesepakatan ini dianggap sebagai penanda masuknya Turki dalam pasar ekspor jet tempur global.
Dengan selesainya penandatanganan kontrak ini, Indonesia menjadi negara pertama di luar Turki yang membeli jet tempur KAAN. Kedua negara juga merencanakan pertemuan lanjutan guna membahas potensi kerja sama di bidang drone dan sistem pertahanan siber.
Kerja sama ini diharapkan meningkatkan kapabilitas pertahanan udara Indonesia dan mengurangi ketergantungan terhadap pasokan pesawat tempur dari negara-negara Barat.
Penandatanganan ini juga menjadi bukti komitmen kedua negara dalam membangun aliansi industri pertahanan yang saling menguntungkan serta memperkuat hubungan bilateral Indonesia-Turki di berbagai sektor strategis.
untuk Indonesia adalah memperkuat pengawasan terhadap pelaksanaan transfer teknologi dari proyek ini, agar nilai strategisnya dapat dimaksimalkan dalam jangka panjang. Pihak terkait juga perlu memastikan kesiapan sumber daya manusia dalam pengoperasian sistem canggih ini. Dalam jangka menengah, Indonesia disarankan meningkatkan kapasitas produksi lokal melalui PT DI agar ketergantungan impor berkurang. Dukungan anggaran pertahanan perlu disesuaikan agar program ini berjalan lancar dan tepat waktu. Terakhir, kerja sama internasional seperti ini bisa menjadi momentum untuk membangun kemitraan serupa dengan negara lain di sektor strategis.
Kesimpulannya, kontrak pembelian jet tempur KAAN merupakan langkah besar bagi Indonesia dalam memperkuat pertahanan udara nasional. Kolaborasi ini sekaligus menandai peningkatan hubungan diplomatik dan industri antara Indonesia dan Turki. Proses pengiriman selama satu dekade memberikan waktu untuk adaptasi teknologi secara bertahap. Investasi ini diharapkan berdampak pada pengembangan industri dirgantara nasional. Seluruh pihak terkait perlu memastikan implementasi kontrak berjalan sesuai rencana dan memberikan hasil maksimal bagi pertahanan negara. (*)