Jakarta, EKOIN.CO — Tagar #KaburAjaDulu mendadak viral di media sosial dalam beberapa pekan terakhir. Fenomena ini mencerminkan keresahan generasi muda Indonesia terhadap kondisi dalam negeri, dan meningkatnya minat untuk merantau atau bekerja di luar negeri demi mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.
🔍 “Kabur” Bukan Berarti Lari, Tapi Mencari Peluang
Dalam unggahan-unggahan di TikTok dan X (dulu Twitter), ribuan anak muda membagikan kisah dan rencana mereka untuk “kabur” ke negara lain seperti Jepang, Korea Selatan, Jerman, hingga Australia. Alasan paling dominan: biaya hidup yang tinggi, minimnya lapangan kerja berkualitas, dan sistem sosial yang dinilai tidak berpihak pada rakyat kecil.
“Bukan karena nggak cinta Indonesia. Justru karena cinta, aku ingin belajar di luar dan kembali membawa perubahan. Tapi untuk sekarang… #KaburAjaDulu,” tulis akun @raniwrites di X.
📈 Peningkatan Minat Migrasi dan Studi ke Luar Negeri
Data dari sejumlah lembaga pendidikan menunjukkan peningkatan 20–30% pendaftaran program magang dan kuliah ke luar negeri dalam kurun waktu enam bulan terakhir. Konsultan migrasi juga melaporkan lonjakan permintaan visa kerja dan studi.
“Setiap minggu, ada ratusan konsultasi dari anak muda usia 20–30 tahun yang ingin pindah,” ujar Yulia P., konsultan migrasi di Jakarta.
💬 Komentar Netizen: Antara Harapan dan Keputusasaan
Berikut beberapa komentar netizen yang ramai di linimasa:
- 🧠 @aryofi_: “Negara lain bisa kasih gaji layak untuk barista, sopir, sampai petani. Di sini? Bertahan hidup aja udah mewah. #KaburAjaDulu”
- 🥲 @hanifzone: “Capek kerja 3 shift buat gaji UMR. Kalo Jerman bisa bayar 5x lipat untuk kerja yang sama, ya kabur lah!”
- 🌍 @titikbalik: “Aku nggak kabur, aku sedang berinvestasi masa depan di negara yang menghargai skill dan waktu.”
- 😢 @tanyabayi: “Sedih sih harus jauh dari keluarga, tapi lebih sedih lihat masa depan di sini kayak jalan buntu.”
🧭 Refleksi untuk Pemerintah
Fenomena ini memunculkan alarm serius bagi pemerintah. Jika dibiarkan, potensi brain drain atau migrasi besar-besaran tenaga muda terdidik bisa menjadi kenyataan. Dibutuhkan langkah nyata dalam perbaikan ekonomi, pendidikan, dan iklim kerja yang sehat agar anak muda tak merasa harus ‘kabur’ demi bisa hidup layak.(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v