Jakarta, EKOIN.CO – Kementerian Kehutanan (Kemenhut) memperingati Hari Penanggulangan Degradasi Lahan dan Kekeringan Sedunia atau World Day to Combat Desertification and Drought (WDCD) 2025 di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, pada Rabu (09/07).
Peringatan yang jatuh setiap tanggal 17 Juni ini mengangkat tema “Restore the Land. Unlock the Opportunities”, menyoroti pentingnya pemulihan lahan sebagai pintu masuk menuju kesejahteraan ekonomi, sosial, dan ekologis.
Wakil Menteri Kehutanan, Sulaiman Umar Siddiq, dalam sambutannya menyampaikan bahwa tema tersebut sejalan dengan UN Decade Ecosystem Restoration 2021–2030 dan prioritas nasional dalam membangun ketahanan pangan, energi, air, serta ekonomi hijau.
“Tema WDCD tahun ini sangat relevan dengan fokus Dekade Restorasi Ekosistem PBB dan sejalan dengan visi dan misi kehutanan,” ujar Sulaiman di hadapan para peserta.
Sebagai National Focal Point dari United Nations Convention to Combat Desertification (UNCCD), Kemenhut menyelenggarakan talkshow dan diskusi publik guna meningkatkan kesadaran terhadap pemulihan lahan sebagai fondasi pembangunan berkelanjutan.
Strategi Nasional dan Tantangan Ekologis
Wamenhut menjelaskan bahwa pendekatan berbasis tapak menjadi strategi utama Kemenhut untuk menciptakan dampak ekologis, sosial, dan ekonomi yang berkelanjutan.
Pendekatan tersebut meliputi tiga hal: menjaga keanekaragaman hayati dan ketahanan ekosistem, mendukung produksi untuk pembangunan wilayah dan ketahanan pangan, serta penguatan jejaring sosial berbasis tapak hutan.
Indonesia memiliki hutan seluas 120,5 juta hektare atau sekitar 63% dari total luas daratan, namun masih menghadapi tantangan serius dalam pemulihan 12,7 juta hektare lahan kritis.
Sejak 2017, telah diberlakukan moratorium izin baru di hutan alam dan lahan gambut seluas sekitar 66 juta hektare sebagai upaya perlindungan kawasan.
Target Indonesia adalah mencapai kondisi net sink pada sektor kehutanan pada 2030 melalui program FOLU Net Sink 2030 yang melibatkan pencegahan deforestasi, konservasi, serta pengelolaan lahan gambut.
Capaian Rehabilitasi dan Pendanaan
Dalam periode 2015–2024, lebih dari 2 juta hektare hutan dan lahan telah direhabilitasi. Luas kebakaran hutan dan lahan juga turun 19,6% dari angka tahun 2019.
Kemenhut terus memperkuat strategi pendanaan dengan mengakses dana global seperti GEF, GCF, CIF, REDD+, ITTO, dan AFOCO serta memanfaatkan Dana Reboisasi (DR) untuk rehabilitasi dan pencegahan kebakaran hutan.
Kebijakan Multiusaha Kehutanan turut didorong untuk mendiversifikasi produk, membuka peluang investasi, dan menciptakan lapangan kerja.
Program perhutanan sosial juga berkembang pesat. Hingga 2024, akses kelola lahan oleh masyarakat telah mencapai lebih dari 8 juta hektare.
“Melalui keanggotaan Indonesia dalam UNCCD dan momentum WDCD 2025, Kemenhut mengajak seluruh elemen masyarakat untuk turut serta dalam aksi nyata pemulihan hutan dan lahan,” ungkap Wamenhut.
Kolaborasi dan Komitmen Bersama
Direktur Jenderal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan, Dyah Murtiningsih, menambahkan pentingnya kolaborasi pemerintah dan masyarakat dalam pemulihan lahan.
“Terdapat 3 langkah yang dilakukan untuk mencegah degradasi lahan,” jelas Dyah saat sesi diskusi bersama peserta.
Langkah pertama adalah membangun kesadaran kolektif dalam menjaga lingkungan dari dampak pembangunan yang merusak. Kedua, mengajak seluruh pihak melakukan rehabilitasi vegetatif dan teknis.
Ketiga, menurut Dyah, adalah membangun komitmen bersama. “Dengan komitmen yang kuat akan mampu mengatasi degradasi lahan yang ada di Indonesia,” tegasnya menutup paparan.
Peringatan WDCD 2025 ini diselenggarakan secara hibrid dengan lebih dari 250 peserta hadir langsung, serta partisipan daring melalui Zoom dan siaran langsung YouTube.
Peringatan WDCD 2025 menjadi momentum nasional dalam memperkuat komitmen pemulihan hutan dan lahan yang telah dilakukan secara sistematis dan terukur. Pemerintah mendorong strategi berbasis tapak sebagai jalan menuju pembangunan berkelanjutan.
Langkah nyata seperti moratorium, rehabilitasi, dan pengelolaan kebakaran hutan menunjukkan kemajuan konkret. Pendekatan kolaboratif dengan masyarakat memperbesar peluang keberhasilan pemulihan lahan kritis dan penurunan degradasi.
Melalui dukungan pendanaan global dan nasional serta semangat kolaborasi, Kemenhut optimistis bahwa tujuan FOLU Net Sink 2030 dapat tercapai. Momentum WDCD 2025 menjadi panggilan aksi bagi seluruh pihak untuk terlibat secara aktif dalam pelestarian ekosistem.(*)