JAKARTA, EKOIN.CO – Kebijakan tarif impor baru yang diberlakukan Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump ke lebih dari 90 negara dinilai membuka peluang besar bagi Indonesia untuk menarik lebih banyak investasi. Peluang ini muncul di tengah perombakan rantai pasok global yang sedang berlangsung.
[Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v]
Menurut Chief Indonesia and India Economist HSBC Global Research, Pranjul Bhandari, dampak tarif ini terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif kecil, sekitar 0,3%. Namun, efek itu bisa menjadi positif jika Indonesia mampu memanfaatkan momentum untuk memperluas basis industrinya.
Pranjul menyebutkan bahwa saat ini produsen multinasional mulai mencari lokasi baru untuk memproduksi dan memasarkan produk mereka. Sektor yang paling terdampak mencakup manufaktur, barang konsumen, furnitur, hingga tekstil.
“Perusahaan multinasional mencari tujuan baru di mana mereka dapat berproduksi dan menjual. Dan menurut saya, setelah badai tarif mereda, Indonesia sebenarnya dapat diuntungkan,” ujar Pranjul dalam media briefing daring, Jumat (8/8/2025).
Peluang Investasi dari Perubahan Rantai Pasok
Berdasarkan data yang dipaparkan Pranjul, ekspor Indonesia ke China hampir sepenuhnya didominasi komoditas. Sementara itu, ekspor ke Amerika Serikat dan Uni Eropa lebih banyak berupa produk konsumsi seperti tekstil, furnitur, dan alas kaki.
Meski demikian, kontribusi ekspor sektor tersebut masih tergolong kecil. Ekspor pakaian jadi, misalnya, hanya menyumbang 25% dari total, jauh di bawah Vietnam yang menjadi pemain besar di pasar tersebut.
Pranjul menilai, jika Indonesia berani menonjolkan diri sebagai basis produksi, arus investasi dapat meningkat. Hal ini akan memperkuat daya saing industri dan membuka lebih banyak lapangan kerja.
Ia menekankan pentingnya pemerintah untuk mengambil langkah strategis, bukan hanya menunggu peluang datang. Infrastruktur, perjanjian perdagangan, dan kemudahan perizinan menjadi kunci agar Indonesia tidak tertinggal dari negara pesaing.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia juga dianggap mutlak, mengingat sektor manufaktur membutuhkan tenaga kerja yang terampil. Langkah ini, menurut Pranjul, dapat menarik minat produsen global yang tengah mencari lokasi dengan biaya efisien dan iklim usaha kondusif.
Langkah Strategis Menuju Arus Investasi Asing
Pranjul memperkirakan, jika perbaikan dilakukan secara cepat dan tepat, dalam dua hingga tiga tahun ke depan Indonesia bisa menikmati lonjakan arus masuk Foreign Direct Investment (FDI).
Ia mengingatkan bahwa negara-negara pesaing seperti Vietnam, Thailand, dan Malaysia sudah lebih dulu mempersiapkan strategi mereka untuk menarik produsen global.
Dengan memperbaiki infrastruktur pelabuhan, jalan, serta sistem logistik, biaya distribusi akan menurun, sehingga memperbesar daya tarik bagi pelaku industri untuk menanamkan investasi.
Selain itu, kesepakatan perdagangan bebas dengan mitra strategis dapat mempermudah akses pasar ekspor. Hal ini akan menambah keyakinan investor bahwa Indonesia mampu menjadi hub produksi di kawasan Asia Tenggara.
Perubahan iklim investasi juga memerlukan penyederhanaan regulasi. Pemerintah diharapkan memangkas prosedur perizinan yang berbelit agar para pelaku usaha asing dapat memulai produksi lebih cepat.
Sektor pendidikan dan pelatihan vokasi juga menjadi perhatian, karena industri manufaktur modern membutuhkan pekerja dengan kemampuan teknis tinggi.
Pemerintah diingatkan untuk tidak sekadar mengandalkan kekayaan sumber daya alam, tetapi juga memperkuat daya saing produk olahan yang bernilai tambah tinggi.
Jika langkah-langkah ini dijalankan, Indonesia berpeluang menjadi salah satu tujuan utama investasi di kawasan, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Peluang yang tercipta dari perubahan rantai pasok global adalah kesempatan emas bagi Indonesia. Namun, tanpa langkah nyata dari pemerintah, momentum ini bisa hilang.
Kebijakan yang tepat dan cepat akan menentukan keberhasilan menarik arus masuk investasi asing.
Kolaborasi pemerintah dan sektor swasta menjadi kunci untuk memperkuat basis industri.
Infrastruktur, SDM, dan regulasi yang ramah investasi adalah fondasi utama pertumbuhan jangka panjang.
Persaingan dengan negara tetangga akan semakin ketat, sehingga strategi harus adaptif dan progresif.
Percepat pembangunan infrastruktur industri dan logistik.
Perluas perjanjian dagang dengan negara mitra potensial.
Dorong pendidikan vokasi untuk memenuhi kebutuhan industri.
Pangkas perizinan yang menghambat proses investasi.
Fokus pada pengembangan produk bernilai tambah untuk pasar ekspor.
(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v