Batu EKOIN.CO – Pecel Ndoweh menjadi salah satu kuliner favorit di Kota Batu, Jawa Timur. Sajian khas berupa nasi pecel dengan bumbu kacang gurih serta lauk tambahan ini dirintis oleh Dwi Rinawati (53) sejak tahun 2021. Usaha tersebut lahir di masa pandemi ketika keluarga kehilangan penghasilan dari sektor pariwisata.
Berawal dari meja sederhana di depan rumah, Dwi Rinawati bersama anak dan menantunya menawarkan hidangan pecel untuk warga sekitar. Lokasi warung yang berada di Desa Binangun, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, kini menjadi tujuan kuliner masyarakat maupun wisatawan. Ia menuturkan pengalaman membuat bumbu pecel didapat dari kakek dan neneknya di Madiun, kemudian dibawa ke Kota Batu.
“Awalnya ya di depan sini pakai meja, sama juga jualan untuk latihan sepak bola di lapangan. Kan anak saya itu melatih, sekalian kita bawa jualan di mobil,” ungkap Dwi Rinawati di warungnya, Senin (2/9/2024).
Menu Pecel Ndoweh disajikan dengan piring bambu berlapis daun pisang. Paket seharga Rp8 ribu dilengkapi peyek, acar, mendoan, orek tempe, serta srundeng. Pengunjung juga dapat menambah lauk seperti telur dadar, ayam, atau sarang tawon dengan harga tambahan. “Banyak orang yang suka dan diterima masyarakat sini,” jelasnya.
Warung sederhana itu hadir pada awal pandemi Covid-19, ketika anak dan menantunya dirumahkan dari pekerjaan di bidang pariwisata. Situasi tersebut mendorong keluarga mencari alternatif usaha demi menopang kebutuhan hidup bersama dua anak dan dua cucu.
Dukungan modal usaha
Seiring berjalannya waktu, permintaan terus meningkat. Dwi Rinawati bahkan kerap mengantar pesanan ke rumah pelanggan, termasuk warga yang sedang menjalani karantina. Sambel pecel produksinya juga dijual terpisah dan dititipkan ke beberapa warung di sekitar.
Suatu ketika, putrinya mendapat informasi dari teman yang bekerja di Dinas Perdagangan Kota Batu tentang adanya bantuan usaha. Ia mengajukan permohonan modal usaha dan namanya masuk daftar penerima bantuan dari BRI.
“Bantuan senilai Rp2,4 juta itu kemudian direalisasikan dalam bentuk mesin penggilingan bumbu pecel, sesuai peruntukannya untuk mendukung usaha kuliner. Dengan adanya mesin tersebut, produksi sambel pecel meningkat sehingga mampu memenuhi kebutuhan warung sekaligus permintaan luar,” tutur Dwi Rinawati.
Produksi sambel pecel semakin berkembang, bahkan sudah pernah dikirim hingga Kalimantan, Sulawesi, dan Bali. Selain bantuan mesin, Dwi Rinawati juga memperoleh akses pembiayaan Ultra Mikro (UMi) dari BRI untuk memperluas usahanya.
Komitmen pemberdayaan usaha kecil
Keberhasilan Rinawati membangun usaha pecel membuktikan manfaat nyata program permodalan. Ia mengaku hingga kini tetap menjadi nasabah aktif BRI, serta terus merasakan dukungan pendanaan dan pendampingan usaha.
Kini, Pecel Ndoweh bukan lagi sekadar warung sederhana, melainkan sudah berkembang menjadi tempat makan permanen yang direkomendasikan banyak pengunjung di Kota Batu.
Pada kesempatan terpisah, Direktur Mikro BRI, Akhmad Purwakajaya, menegaskan bahwa kisah Dwi Rinawati mencerminkan komitmen BRI dalam mendukung pelaku usaha ultra mikro.
“Kisah usaha ini menjadi contoh bahwa pemberdayaan oleh BRI itu ternyata tidak cukup dikasih pinjaman/kredit saja. Yang paling penting, dua hal yaitu dikasih kredit dan diberikan pemberdayaan untuk terus berkembang. Semoga bisa menjadi kisah inspiratif yang dapat ditiru oleh pelaku usaha lainnya,” ujarnya.
Pernyataan tersebut sejalan dengan program BRI yang menekankan pendampingan, bukan hanya pinjaman semata. Strategi ini diyakini mampu membangun daya tahan usaha kecil agar tetap berkembang.
Kisah Rinawati sekaligus menambah daftar contoh sukses pelaku usaha ultra mikro di Jawa Timur yang mampu bertahan dari krisis pandemi. Model usaha keluarga yang sederhana ini kini menjadi inspirasi banyak orang.
Selain sebagai alternatif ekonomi keluarga, kehadiran Pecel Ndoweh juga mendukung geliat pariwisata Kota Batu yang dikenal sebagai salah satu destinasi utama di Jawa Timur.
Warung pecel itu terus berinovasi dalam pelayanan maupun pengolahan produk. Dengan adanya mesin penggiling, produksi bumbu lebih cepat dan higienis, sehingga meningkatkan daya saing.
Rinawati berharap ke depan usahanya dapat menjangkau pasar yang lebih luas, termasuk melalui distribusi sambel pecel secara daring. Hal tersebut dinilai mampu membuka peluang bagi pemasaran kuliner khas daerah ke berbagai wilayah Indonesia.
Hadirnya dukungan lembaga perbankan, menurutnya, memberi kepastian modal serta motivasi untuk terus melangkah. Ia optimistis Pecel Ndoweh tetap menjadi pilihan masyarakat dan wisatawan.
Dampak positif juga dirasakan masyarakat sekitar yang terbantu dengan adanya lapangan pekerjaan tambahan, meski dalam skala kecil. Hal ini sekaligus memperlihatkan peran usaha mikro dalam menggerakkan ekonomi lokal.
Cerita Dwi Rinawati membuktikan bahwa tekad dan inovasi dapat mengubah keterbatasan menjadi peluang. Modal kecil di masa sulit kini menjelma usaha kuliner yang dikenal luas.
Melihat perkembangan tersebut, langkah menjaga kualitas produk, menjaga pelayanan, serta memperluas pasar perlu terus dilakukan. Peran masyarakat dalam mendukung usaha lokal pun sangat penting untuk keberlanjutan usaha.
Dengan demikian, Pecel Ndoweh bukan sekadar kuliner khas, melainkan juga simbol ketangguhan usaha kecil menghadapi tantangan. Dukungan dari berbagai pihak diharapkan mampu memperkuat keberadaan usaha mikro di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat.
Akhirnya, kisah ini mengingatkan bahwa pemberdayaan usaha kecil tidak hanya sebatas modal, melainkan juga pendampingan yang berkelanjutan. Dengan langkah nyata, usaha kecil mampu tumbuh dan memberi manfaat luas bagi masyarakat.(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v