LEBAK, EKOIN.CO – Harga gabah di Kabupaten Lebak, Banten, mengalami penurunan signifikan seiring berlangsungnya panen raya di sejumlah wilayah. Berdasarkan laporan petani, harga gabah kering pungut (GKP) kini berada di angka Rp6.500 per kilogram, lebih rendah dibanding sebelumnya Rp7.500 per kilogram. Penurunan harga gabah ini terjadi karena tingginya pasokan hasil panen yang masuk ke pasaran.
Gabung WA Channel EKOIN
Seorang petani asal Rangkasbitung, Misbah, mengatakan bahwa harga gabah saat ini mengikuti skema Harga Pembelian Pemerintah (HPP). “Hari ini GKP hasil panen ditampung pengusaha penggilingan sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Rp6.500 per kg,” ujarnya pada Minggu.
Meskipun harga gabah turun, Misbah menyebut petani masih bisa mendapatkan keuntungan karena pembelian dilakukan sesuai dengan ketentuan HPP. Ia mengaku menjual sebanyak 5 ton gabah dengan nilai Rp32,5 juta.
Hal serupa diungkapkan Yana, petani asal Blok Tambakbaya, Kabupaten Lebak. Ia menuturkan harga gabah yang semula Rp7.500 kini ditampung penggilingan padi seharga Rp6.500 per kilogram. Menurutnya, harga gabah tersebut masih terbilang wajar karena diserap langsung oleh banyak penampung.
Harga Gabah Ikut Panen Raya
Yana menjelaskan, panen di wilayahnya mencakup sekitar 70 hektare sawah. Banyaknya penampung, bahkan hingga dari luar daerah, membuat petani tetap memiliki pasar untuk menjual hasil panennya.
“Kami panen seluas dua hektare dengan produktivitas 10 ton. Jika dijual Rp6.500 per kg maka menghasilkan uang Rp65 juta,” kata Yana.
Kondisi serupa juga dialami petani di wilayah lain di Kabupaten Lebak. Melimpahnya produksi gabah pada musim panen raya ini menyebabkan harga menurun, namun masih dalam batas aman karena sesuai HPP.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Rahmat, mengatakan pihaknya terus mendorong percepatan tanam agar swasembada pangan tetap terjaga. “Kami minta petani, kelompok tani juga Gapoktan serta petugas penyuluh lapang dapat menargetkan angka tanam Agustus 2025 seluas 9.300 hektare,” ucapnya.
Gabah dan Program Swasembada Pangan
Rahmat menambahkan, faktor curah hujan yang masih tinggi turut mendukung percepatan tanam di wilayah Lebak. Hal ini dinilai dapat memperlancar pertumbuhan padi pada musim berikutnya.
Menurutnya, keberhasilan panen dan percepatan tanam menjadi salah satu pilar penting dalam mendukung program swasembada pangan nasional. Dengan target luas tanam 9.300 hektare, pemerintah daerah optimistis kebutuhan pangan di daerah ini dapat terpenuhi.
Ia menegaskan, kolaborasi petani dan kelompok tani sangat dibutuhkan dalam menjaga ketersediaan gabah. Selain itu, peran penyuluh lapang juga dinilai penting dalam memberikan pendampingan agar hasil panen tetap optimal.
Di sisi lain, harga gabah yang mengikuti standar HPP memberikan kepastian kepada petani dalam menjual hasil panennya. Meski tidak setinggi harga sebelumnya, penyerapan oleh penggilingan padi membantu menjaga kestabilan pendapatan petani.
Para petani berharap pemerintah terus menjaga mekanisme harga gabah di pasar agar tetap menguntungkan. Dengan begitu, petani dapat tetap bersemangat meningkatkan produksi pada musim tanam berikutnya.
Kondisi ini sekaligus mencerminkan bahwa panen raya membawa dua sisi: hasil panen berlimpah, namun harga mengalami penurunan. Meski demikian, dengan adanya HPP, petani masih terlindungi dari kerugian.
Pemerintah Kabupaten Lebak menilai bahwa pengaturan pola tanam dan pengendalian pasokan akan menjadi kunci dalam menjaga keseimbangan harga gabah. Hal ini penting agar petani tetap memperoleh keuntungan meski di tengah musim panen raya.
Ke depan, dukungan program swasembada pangan diharapkan bisa memperkuat ketahanan pangan nasional. Kabupaten Lebak sebagai salah satu daerah lumbung padi di Banten diproyeksikan menjadi wilayah yang strategis dalam pencapaian target tersebut.
Dengan sinergi antara petani, pemerintah daerah, dan pengusaha penggilingan, harga gabah diharapkan dapat stabil serta memberikan manfaat bagi semua pihak. Situasi panen raya saat ini menjadi pembelajaran bahwa kestabilan harga harus terus dijaga agar petani tidak dirugikan.
Penurunan harga gabah di Kabupaten Lebak menunjukkan adanya dampak langsung dari panen raya yang melimpah. Meski harga turun, petani tetap memperoleh keuntungan berkat mekanisme HPP.
Kebijakan percepatan tanam yang digalakkan Dinas Pertanian setempat juga menjadi faktor penting dalam menjaga ketahanan pangan. Dukungan curah hujan yang tinggi membuat program ini dapat berjalan optimal.
Peran petani, kelompok tani, dan penyuluh lapangan sangat menentukan keberhasilan target tanam yang dicanangkan pemerintah. Keterlibatan semua pihak dibutuhkan agar produksi gabah tetap stabil.
Harga gabah yang mengikuti HPP menjadi penyangga utama bagi kesejahteraan petani. Hal ini memberi jaminan bahwa mereka tidak merugi meski harga di pasaran menurun.
Dengan langkah strategis pemerintah dan kerja keras petani, Kabupaten Lebak diharapkan terus menjadi penopang penting program swasembada pangan nasional. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v