Naypyidaw EKOIN.CO – Myanmar secara mengejutkan menduduki peringkat teratas dalam hal jumlah pesawat tempur terbanyak di kawasan Asia Tenggara. Data terbaru memperlihatkan bahwa negara ini memiliki total 218 unit pesawat tempur, yang mayoritas berasal dari Rusia dan China.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Informasi tersebut menjadi sorotan dalam laporan terbaru tentang kekuatan militer udara di Asia Tenggara, seperti dikutip dari sejumlah sumber militer dan data internasional. Myanmar bahkan mengungguli negara-negara besar di kawasan ini, termasuk Indonesia, Thailand, dan Vietnam, dalam hal jumlah armada pesawat tempur.
Pesawat tempur andalan Myanmar terdiri dari berbagai tipe, seperti MiG-29 buatan Rusia sebanyak 38 unit, SU-30 sebanyak 6 unit, serta JF-17 hasil kolaborasi antara Pakistan dan China sebanyak 13 unit. Selebihnya, Myanmar masih memiliki ratusan unit pesawat tempur lain dengan berbagai konfigurasi.
Peningkatan Kapasitas Militer Myanmar
Menurut analisis militer dari Global Firepower, peningkatan jumlah pesawat tempur Myanmar tak lepas dari kebijakan pertahanan negara tersebut yang fokus pada penguatan angkatan udara. Selain itu, kerja sama strategis dengan Rusia dan China dalam pengadaan alutsista turut memperbesar kekuatan udara Myanmar.
Myanmar telah lama menjalin kerja sama militer dengan kedua negara tersebut, yang memungkinkan mereka untuk memperoleh pesawat tempur dengan harga kompetitif. Selain itu, beberapa pesawat juga didatangkan melalui hibah atau skema transfer teknologi terbatas.
Laporan ini juga menyebutkan bahwa Myanmar menginvestasikan cukup besar anggaran pertahanan untuk pengadaan dan pemeliharaan pesawat tempur. Hal itu dianggap sebagai langkah untuk memperkuat posisi strategisnya di kawasan, terutama dalam konteks geopolitik yang berubah-ubah.
Kekuatan udara Myanmar sebagian besar ditempatkan di pangkalan-pangkalan utama yang tersebar di wilayah strategis. Hal ini memungkinkan mereka untuk merespons dengan cepat setiap ancaman udara yang muncul, baik dari dalam maupun luar negeri.
Lima Negara Teratas Asia Tenggara
Di bawah Myanmar, Indonesia menempati posisi kedua dengan jumlah pesawat tempur sebanyak 110 unit. Indonesia memiliki armada pesawat tempur beragam, termasuk F-16 buatan AS dan SU-27/30 dari Rusia. Selanjutnya, Thailand memiliki sekitar 79 unit pesawat tempur, disusul oleh Vietnam dengan 78 unit, dan Malaysia dengan 52 unit.
Data ini menunjukkan bahwa Myanmar unggul hampir dua kali lipat dibandingkan Indonesia dalam hal jumlah armada tempur. Namun, secara teknologi, beberapa negara lain memiliki pesawat tempur yang lebih modern dibandingkan Myanmar.
Sebagai catatan, laporan tersebut tidak hanya menghitung pesawat tempur aktif, tetapi juga mencakup pesawat yang berada dalam kondisi siaga dan operasional terbatas. Ini menunjukkan bahwa Myanmar telah menempatkan penguatan udara sebagai prioritas nasional.
Sementara itu, analis pertahanan regional menilai bahwa kekuatan udara Myanmar harus dipandang sebagai bagian dari strategi pertahanan nasional yang menyeluruh. Meski demikian, ada kekhawatiran bahwa tingginya jumlah pesawat tidak selalu mencerminkan kesiapan tempur yang sesungguhnya.
Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari pemerintah Myanmar mengenai alasan strategis di balik besarnya armada tempur mereka. Namun, para pengamat menilai bahwa kondisi politik dan keamanan dalam negeri turut mendorong penguatan militer udara tersebut.
Negara-negara tetangga pun mulai mencermati dinamika ini, terutama karena peningkatan armada tempur Myanmar berpotensi mempengaruhi keseimbangan militer di kawasan Asia Tenggara. Hal ini juga memicu diskusi di kalangan ASEAN mengenai transparansi alutsista dan pengendalian senjata.
Dari sisi pengadaan, beberapa pesawat tempur Myanmar diketahui dalam kondisi operasional terbatas akibat usia dan keterbatasan suku cadang. Namun demikian, akumulasi jumlah tetap menjadikan Myanmar sebagai negara dengan armada terbanyak di kawasan.
Di tengah persaingan regional, kekuatan udara menjadi indikator penting dalam geopolitik Asia Tenggara. Negara-negara di kawasan ini berlomba-lomba mengakuisisi teknologi pesawat tempur terbaru guna mempertahankan kedaulatan udara.
Secara umum, kondisi ini mencerminkan semakin ketatnya kompetisi pertahanan udara di Asia Tenggara. Peningkatan jumlah pesawat tempur oleh masing-masing negara menunjukkan betapa pentingnya supremasi udara dalam menjaga stabilitas kawasan.
Sebagai data terbaru tentang kekuatan pesawat tempur Asia Tenggara menegaskan pergeseran keseimbangan militer, dengan Myanmar sebagai negara yang memiliki armada terbesar. Perkembangan ini menjadi sorotan berbagai pihak, termasuk lembaga internasional pemantau pertahanan.
Dalam konteks pertahanan regional, Myanmar telah menunjukkan langkah signifikan dalam memperkuat armada udara. Hal ini bisa menjadi pemicu dinamika baru di kawasan yang selama ini relatif stabil dalam hal perlombaan senjata.
Pemerintah dan masyarakat internasional perlu terus mencermati perkembangan kekuatan udara di Asia Tenggara. Koordinasi antarnegara serta dialog terbuka mengenai transparansi alutsista menjadi penting untuk mencegah potensi eskalasi militer.
Penguatan alutsista udara sebaiknya diimbangi dengan langkah diplomasi yang proaktif. Terlebih lagi, stabilitas kawasan sangat bergantung pada komunikasi dan kerja sama antarnegara ASEAN.
Peningkatan jumlah pesawat tempur di Myanmar memberikan pelajaran bahwa kekuatan militer tidak hanya soal jumlah, tetapi juga kesiapan, teknologi, dan kemampuan operasional. Oleh karena itu, negara lain perlu menilai kebijakan pertahanan secara menyeluruh dan berimbang.
( * )