Palo Alto EKOIN.CO – CEO Nvidia Jensen Huang dan CEO Tesla Elon Musk memberikan pandangan menarik mengenai arah pendidikan masa depan, khususnya terkait penguasaan ilmu fisika dan matematika. Dalam pernyataan yang disampaikan secara terpisah, keduanya menyarankan generasi muda untuk lebih fokus mempelajari dasar-dasar ilmu pengetahuan alam ketimbang hanya mengejar keterampilan kecerdasan buatan (AI) atau pemrograman komputer.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Pernyataan pertama datang dari Jensen Huang yang dikenal sebagai CEO Nvidia, perusahaan semikonduktor paling bernilai di dunia saat ini. Dalam wawancara yang dikutip dari Moneycontrol pada Jumat (1/8/2025), Huang mengatakan bahwa jika dirinya memiliki kesempatan kembali ke usia 22 tahun, ia akan memilih untuk mempelajari ilmu fisika.
“Saya mungkin akan mempelajari ilmu fisika,” ujar Huang. Ia menambahkan bahwa meskipun dirinya telah membangun Nvidia menjadi pionir chip AI global, masa depan teknologi tersebut tetap berakar pada pemahaman fundamental tentang dunia nyata, termasuk fisika.
Huang menegaskan bahwa sistem AI masa depan, terutama yang berhubungan dengan robotika dan lingkungan fisik, memerlukan pemahaman mendalam tentang konsep-konsep seperti gesekan, kelembaman, serta hubungan sebab akibat dalam dunia nyata. Hal ini menjadi krusial ketika sistem AI beroperasi secara fisik dan bukan hanya dalam bentuk perangkat lunak.
Lebih lanjut, Huang melihat bahwa AI generasi selanjutnya tidak cukup hanya dikembangkan oleh ahli komputer. Diperlukan kolaborasi lintas bidang, termasuk fisika, teknik, dan biologi untuk merancang sistem yang berfungsi efektif di dunia nyata.
Elon Musk Dukung Penguasaan Fisika dan Matematika
Senada dengan Huang, Elon Musk yang dikenal sebagai CEO Tesla dan pendiri SpaceX juga menyatakan pandangannya mengenai pentingnya penguasaan ilmu dasar. Musk menanggapi unggahan CEO Telegram Pavel Durov yang mengajak pelajar fokus belajar matematika.
Dalam tanggapannya, Musk menekankan bahwa siswa perlu belajar fisika di samping matematika. Ia menulis singkat namun tegas, “Fisika (dengan matematika),” sebagai dorongan kepada siswa untuk menguasai dua ilmu dasar tersebut.
Pernyataan Musk tersebut menggarisbawahi pentingnya ilmu fisika sebagai fondasi dalam memahami dan merancang teknologi canggih di masa depan, termasuk eksplorasi luar angkasa yang sedang ia pimpin melalui SpaceX.
Pernyataan dari dua tokoh teknologi global ini menyoroti tren baru dalam pendekatan terhadap pendidikan sains, yakni bahwa pemahaman dasar lebih penting untuk jangka panjang dibanding keahlian teknis semata seperti coding atau machine learning.
Pemerintah Indonesia Dorong Penguatan STEM
Di Indonesia, tren serupa juga mulai digalakkan. Menteri Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi (Mendikti Saintek) Brian Yuliarto menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen meningkatkan dukungan terhadap pendidikan di bidang Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM).
Dalam pernyataannya yang dikutip dari laman resmi Kemendikti Saintek pada Senin (28/7/2025), Brian menyatakan bahwa alokasi beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) akan difokuskan pada bidang STEM, dengan porsi mencapai 80 persen.
“Sebanyak 80 persen beasiswa akan dialokasikan untuk bidang Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM), yang dibagi menjadi riset fundamental dan terapan,” ujar Brian.
Ia juga menyebutkan bahwa beasiswa lainnya akan diarahkan untuk mendukung industrialisasi nasional. Menurutnya, kebijakan ini menjadi bagian dari strategi transformasi industri berbasis pengetahuan yang dilakukan pemerintah.
Brian menekankan bahwa kebijakan beasiswa ini harus adaptif terhadap perkembangan zaman dan diarahkan untuk menjawab tantangan nasional, terutama dalam transformasi ekonomi dan teknologi.
Selain itu, Brian mengungkapkan bahwa kebijakan tersebut bukan hanya soal akses pendidikan, tetapi juga menjadi instrumen kunci dalam memobilisasi sumber daya manusia unggul yang siap mendorong kemajuan industri strategis.
Pemerintah berharap, melalui fokus pada STEM, Indonesia dapat mencetak lebih banyak tenaga ahli di bidang sains dan teknologi, yang kelak dapat berkontribusi dalam pengembangan industri dalam negeri.
Di tengah arus globalisasi teknologi dan AI, kebijakan yang mendukung penguasaan ilmu dasar diharapkan dapat menjadi fondasi pembangunan berkelanjutan dan berdaya saing tinggi.
Dukungan dari tokoh global seperti Huang dan Musk terhadap penguasaan fisika dan matematika memberikan dorongan moral bagi negara-negara berkembang untuk fokus pada ilmu dasar, bukan sekadar mengejar tren teknologi terkini.
Mereka juga mengingatkan bahwa pemahaman mendalam tentang alam semesta menjadi kunci dalam menciptakan teknologi yang mampu berinteraksi secara harmonis dengan dunia nyata, khususnya di bidang robotika.
Pendekatan ini diyakini dapat menciptakan teknologi yang tidak hanya canggih, tetapi juga aman, efisien, dan berdaya guna dalam menyelesaikan berbagai masalah praktis.
dari pernyataan ini memperlihatkan bahwa penguasaan ilmu dasar tetap vital dalam merancang masa depan teknologi dan industri global, bukan hanya penguasaan tools teknologi modern semata.
Kebijakan Indonesia yang mulai mengadopsi pendekatan ini menunjukkan bahwa negara berkembang pun melihat pentingnya ilmu fundamental sebagai alat strategis pembangunan.
Dorongan untuk memperkuat STEM di Indonesia juga menjadi langkah preventif agar negara tidak tertinggal dalam perlombaan teknologi global, khususnya AI dan robotika.
Masyarakat diharapkan dapat menyadari pentingnya pendidikan sains sejak dini, sebagai bekal untuk masa depan karier dan kontribusi terhadap pembangunan nasional.
bagi generasi muda adalah untuk mengejar pendidikan di bidang STEM secara serius, karena tantangan masa depan membutuhkan pemahaman mendalam tentang sains dan teknologi.
Selain itu, institusi pendidikan diharapkan mengembangkan kurikulum yang lebih menekankan integrasi antara teori dasar dan aplikasi praktis dalam kehidupan nyata.
Industri juga dapat berperan dengan mendukung penelitian berbasis sains dan teknologi, serta menyediakan ekosistem inovasi bagi talenta muda Indonesia.
Pemerintah dapat memperluas akses pendidikan sains dengan memberikan insentif kepada sekolah dan universitas yang menonjolkan pendidikan STEM secara komprehensif.
Sinergi antara tokoh global, pemerintah, industri, dan masyarakat menjadi kunci dalam mewujudkan masa depan berbasis ilmu pengetahuan yang berkelanjutan dan inklusif. (*)