Jakarta, EKOIN.CO – Ketua Senat Akademik Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Edy Tri Baskoro, M.Sc., Ph.D., menegaskan peran strategis perguruan tinggi teknik dalam menjawab tantangan nasional dan global. Hal itu disampaikannya pada peringatan 105 Tahun Pendidikan Tinggi Teknik Indonesia yang berlangsung di Aula Barat ITB, Ganesha, Kamis (3/7/2025).
Dalam sambutannya, Prof. Edy mengangkat isu situasi global yang kian tidak menentu, terutama konflik di kawasan Timur Tengah. Ia menjelaskan bahwa konflik tersebut berdampak signifikan terhadap Indonesia, baik dari sisi ekonomi, sosial, hingga keamanan.
“Dampak yang paling langsung akan kita rasakan adalah kenaikan harga energi, instabilitas ekonomi, serta potensi ancaman terhadap keamanan dalam negeri,” ujar Prof. Edy di hadapan sivitas akademika dan tamu undangan.
Melalui pidatonya, ia menyerukan pentingnya penguatan fondasi sains dan teknologi di Indonesia. Menurutnya, sektor tersebut harus menjadi mesin utama transformasi untuk menjawab tantangan masa depan.
“Penguatan fondasi sains dan teknologi menjadi krusial sebagai mesin utama transformasi ekonomi, ketahanan nasional, dan keberlanjutan pembangunan,” tegasnya.
Dorong Transformasi Ilmu dan Kemandirian Teknologi
Prof. Edy menggarisbawahi bahwa perguruan tinggi teknik perlu tampil sebagai pusat inovasi, penghasil riset strategis, dan pencetak talenta unggul di bidang teknik dan sains. Namun, tantangan internal seperti keterbatasan anggaran masih menjadi hambatan besar.
Ia menekankan perlunya pengelolaan yang cerdas dan inovatif terhadap sumber daya yang tersedia. Menurutnya, kunci keberhasilan terletak pada kemampuan institusi dalam membentuk budaya ilmiah yang unggul.
Dua hal utama yang harus menjadi fokus, menurut Prof. Edy, adalah penguatan budaya ilmiah serta afirmasi terhadap sains, teknik, dan rekayasa. Kebijakan akademik pun harus diarahkan ke penciptaan iklim yang kondusif dan inklusif.
“Kebijakan ke depan harus menciptakan iklim akademik yang kondusif, inovatif, dan inklusif, yang menumbuhkan rasa cinta terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi,” ucapnya.
Dengan hal tersebut, perguruan tinggi teknik Indonesia akan lebih siap berkontribusi dalam berbagai tantangan zaman, baik lokal maupun global.
Visi Menuju Institusi Kelas Dunia
Lebih lanjut, Prof. Edy menyampaikan bahwa upaya kolaboratif dari seluruh pemangku kepentingan diperlukan agar pendidikan tinggi teknik mampu menjawab tantangan strategis. Visi Generasi Emas 2045 menjadi motivasi besar bagi lembaga seperti ITB.
Ia menyebut bahwa perguruan tinggi teknik harus menjadi agen perubahan dalam pembangunan manusia dan hilirisasi hasil riset. Transformasi hasil penelitian ke produk nyata menjadi salah satu fokus utama ke depan.
“Perguruan tinggi teknik harus mempercepat hilirisasi hasil riset ke dalam produk nyata yang memberikan nilai tambah ekonomi nasional,” jelasnya.
Sebagai bagian dari langkah konkret, Senat Akademik ITB telah merumuskan norma baru dalam pengelolaan penelitian dan kerja sama. Pendekatan berbasis luaran ini akan difokuskan pada empat domain utama.
“Yakni kebutuhan spesifik daerah, kebutuhan strategis nasional, masalah global, serta frontiers in sciences and emerging technology,” lanjut Prof. Edy.
Target Strategis dan Ajak Kolaborasi
Dalam rangka mencapai posisi institusi kelas dunia, ITB menargetkan masuk dalam 150 besar QS World University Rankings pada 2030. Menurutnya, target ini bukan semata soal peringkat, melainkan soal peningkatan mutu secara menyeluruh.
“Ini bukan sekadar ambisi peringkat, melainkan cerminan dari tekad kita meningkatkan kualitas pendidikan, penelitian, dan kontribusi global,” ujarnya.
Sebagai penutup, Prof. Edy mengajak seluruh elemen untuk bersama-sama mewujudkan peran nyata ITB dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurutnya, keberhasilan misi ini membutuhkan partisipasi kolektif seluruh civitas akademika.
“Kita semua harus bergerak bersama menegaskan peran ITB sebagai institusi unggul yang berkontribusi nyata terhadap peradaban global,” pungkasnya.
Peringatan 105 Tahun Pendidikan Tinggi Teknik menjadi momentum penting bagi ITB untuk menegaskan posisi strategisnya di tengah dinamika nasional dan global. Dalam pidatonya, Prof. Edy menyampaikan arah kebijakan dan langkah konkret untuk penguatan pendidikan teknik di Indonesia. Tantangan global, terutama terkait geopolitik dan ekonomi, menuntut respon cepat dan sistematis dari perguruan tinggi teknik.
Dengan penekanan pada penguatan budaya ilmiah, inovasi kebijakan, dan hilirisasi hasil riset, ITB menargetkan posisi yang lebih signifikan di panggung dunia. Langkah-langkah strategis seperti Norma Pengelolaan Penelitian hingga visi masuk QS 150 Dunia 2030 menjadi penanda keseriusan transformasi pendidikan tinggi teknik nasional.
Kolaborasi lintas sektor dan keterlibatan aktif seluruh pemangku kepentingan menjadi syarat mutlak dalam menghadapi era ketidakpastian. Prof. Edy percaya, dengan semangat gotong royong dan inovasi, perguruan tinggi teknik Indonesia mampu menjadi katalis pembangunan yang kokoh.(*)