Jakarta, EKOIN.CO – Pemerintah mendorong komunitas riset di Indonesia untuk terus bergerak menciptakan solusi konkret bagi masyarakat. Hal ini disampaikan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Dr. Fauzan Adzimansyah, dalam kegiatan Hackathon UI Incubate 2025 pada Jumat (4/7), di Swiss-Belhotel Kalibata, Jakarta.
Dr. Fauzan menyatakan pentingnya menjaga keberlangsungan ide riset di perguruan tinggi agar tidak berhenti di ruang laboratorium. Ia menegaskan bahwa keberhasilan riset tidak semata ditentukan dari hasil akhir, namun juga dari bagaimana ide tersebut dikembangkan menjadi karya nyata.
“Ide tetap lebih dulu. Maka, penting bagi universitas untuk menjaga komunitas ide, agar riset tidak hanya berhenti di laboratorium, namun terus bergerak menjadi solusi nyata,” ujarnya di hadapan peserta dan tamu undangan.
Hackathon UI Incubate 2025 menjadi ruang penghubung antara riset dan dunia nyata. Ajang tahunan ini menjaring dan mengembangkan startup berbasis riset dengan pendekatan selektif, dari pembekalan materi hingga presentasi prototipe.
Tahun ini, sebanyak 23 tim startup muda terpilih dari total 439 peserta. Mereka lolos seleksi berlapis dan melangkah ke tahap inkubasi yang didukung penuh oleh Universitas Indonesia.
Universitas Ingin Hasilkan Solusi Berdampak
Wakil Rektor UI Bidang Riset dan Inovasi, Prof. Dr. Hamdi Muluk, M.Si., menggarisbawahi pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam membangun ekosistem inovasi nasional. Ia menekankan bahwa riset yang dikembangkan harus menyentuh kebutuhan nyata masyarakat.
“Hackathon UI Incubate 2025 bukan sekadar ajang kompetisi, tetapi titik temu antara riset akademik dan kebutuhan nyata di lapangan. Kami ingin para inovator muda yang terpilih dapat menjadi contoh bagaimana perguruan tinggi bisa melahirkan karya yang relevan, berdampak, dan mampu menjawab tantangan bangsa,” katanya.
Tim yang lolos inkubasi terbagi dalam dua kategori pendanaan: Problem–Solution Fit (PSF) dan Problem–Market Fit (PMF). Kategori PSF akan menerima dana Rp50 juta, sementara PMF memperoleh Rp100 juta karena telah memiliki MVP dan siap masuk pasar.
Salah satu tim PMF, Temani, hadir dengan inovasi Eye Chat—fitur berbasis teks dan suara untuk asesmen awal psikolog. Produk ini dirancang guna membantu profesional kesehatan mental dengan efisien dan tetap menjaga kerahasiaan pasien.
Ardhata Bapadilla, perwakilan Temani, menyambut baik dukungan UI. “Dengan adanya dukungan pendanaan dan program inkubasi dari UI, semoga Eye Chat bisa dikembangkan menjadi produk yang benar-benar siap digunakan secara profesional,” katanya.
Startup Riset Terpilih Tandatangani Komitmen
Pada puncak acara, 23 startup menandatangani pakta integritas sebagai bentuk komitmen terhadap proses inkubasi lanjutan. Mereka akan mendapat pendampingan teknis, akses pasar, dan pelatihan bisnis dari UI dan mitra profesional.
Startup PSF yang terpilih antara lain ClowSens, SOFIIAA, Oculab, MonQ, MelekAI, MONITRA, MetriSnap, Fronsciers: On-Chain Research Library, Xplodia: IELTS Preparation, TERUMBU, PeriXa Batin, dan Temanmu.
Sedangkan kategori PMF meliputi Lauk.in, Kidlabox, Key Energy, Remier (Geofast), NIVO AI, Pelajari by Bloom.AI, RingkasIn App, PETORJEL, Cargovision, MOLITAV, dan Temani.
UI menyatakan bahwa program ini bukan hanya berorientasi pada pertumbuhan startup, tetapi juga mendorong riset akademik untuk berevolusi menjadi produk atau jasa yang berdampak luas.
Inisiatif Hackathon UI Incubate 2025 menunjukkan keseriusan pemerintah dan perguruan tinggi dalam mendorong riset menjadi solusi nyata. Melalui ekosistem kolaboratif, riset tidak lagi bersifat tertutup, melainkan terbuka dan adaptif terhadap kebutuhan masyarakat.
Dukungan dalam bentuk pendanaan dan inkubasi memperlihatkan upaya konkret dalam menumbuhkan ekosistem startup riset di Indonesia. Langkah ini membuka peluang besar bagi para inovator muda untuk berkontribusi dalam pembangunan nasional.
Kolaborasi antara institusi pendidikan, pelaku bisnis, dan pemerintah menjadi kunci penting dalam menciptakan produk berbasis riset yang relevan dan berdampak sosial. Program seperti ini diharapkan menjadi model yang bisa direplikasi oleh perguruan tinggi lain di Indonesia.(*)