Jakarta, EKOIN.CO – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) meluncurkan program pengabdian masyarakat berbasis riset di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Program ini menyasar ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK).
Kegiatan tersebut dilaksanakan melalui kolaborasi antara BRIN, Universitas Gadjah Mada (UGM), Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Gunungkidul, serta PT BPR Bank Daerah Gunungkidul (BDG). Pemanfaatan bahan pangan lokal menjadi pendekatan utama.
Fokus program ini adalah penggunaan tempe dan pisang sebagai sumber pangan bergizi. Kegiatan meliputi pelatihan, produksi, hingga distribusi makanan tambahan bagi ibu hamil secara rutin dan terukur.
Diah Prasetyorini, Ketua IDI Cabang Gunungkidul, menyampaikan bahwa stunting harus dicegah sejak masa kehamilan. “Kita harus mulai mengintervensi ibu-ibu yang hamil agar gizi mereka terpenuhi sehingga melahirkan bayi dengan gizi yang cukup agar tidak stunting,” ujarnya, Selasa (24/6).
Menurut Diah, salah satu indikator kekurangan gizi pada ibu hamil adalah anemia dan KEK. Intervensi gizi sejak dini menjadi kunci penting dalam memutus rantai stunting di wilayah tersebut.
Tiga Tujuan Utama Program
Digna Niken Purwaningrum dari UGM menambahkan bahwa kegiatan ini dirancang untuk meningkatkan status gizi ibu hamil dengan pendekatan lokal. “Bahan seperti tempe dan pisang tidak hanya mudah didapat, tetapi juga memiliki nilai gizi tinggi dan disukai oleh ibu hamil,” katanya.
Ia menekankan bahwa program ini bertujuan meningkatkan kesadaran gizi, mengembangkan keterampilan pengolahan pangan, serta memberdayakan perempuan dalam produksi pangan rumah tangga.
Pelaksanaan program akan berlangsung selama enam bulan dengan lokasi intervensi di Kalurahan Karangduwet dan Karangasem, Kapanewon Paliyan. Daerah ini dipilih karena tingkat KEK dan anemia yang tinggi.
Dini Ariani dari PRTPP BRIN menjelaskan, “Program ini adalah sarana pengaplikasian hasil riset dari Kelompok Riset Teknologi Protein Alternatif.” Tahapan kegiatan dilakukan secara sistematis dan terukur.
Mulai dari pengembangan produk pangan lokal, pengujian kandungan gizi, hingga pelatihan kepada kader posyandu dan pelaku UMKM menjadi bagian dari proses pemberdayaan yang dilakukan BRIN bersama mitra.
Distribusi Rutin dan Evaluasi Gizi
Setelah pelatihan, peserta akan dilibatkan dalam produksi makanan tambahan untuk ibu hamil sasaran. Distribusi dilakukan dua kali seminggu selama 12 minggu.
Pemantauan gizi dilakukan dengan mengukur berat badan, lingkar lengan atas, dan kadar hemoglobin ibu hamil di awal dan akhir program. Evaluasi ini penting untuk mengukur efektivitas intervensi yang diberikan.
Dini menyebutkan bahwa program ini tidak hanya fokus pada aspek kesehatan, tetapi juga pemberdayaan masyarakat sebagai penyedia PMT berkelanjutan. Hal ini diharapkan memberi dampak ganda pada gizi dan ekonomi keluarga.
Ketua Tim CSR PT BPR Bank Daerah Gunungkidul, Darmi Agus Saputra, mengatakan bahwa keterlibatan mereka adalah bentuk kontribusi terhadap kesejahteraan daerah. “Kami siap berkolaborasi dengan pihak manapun guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat Gunungkidul yang cerdas, tangguh, dan tingkat ekonominya maju,” ujarnya.
Harapan akan Dampak Berkelanjutan
Program ini menargetkan pengurangan prevalensi stunting secara berkelanjutan. Selain itu, keberhasilan model ini bisa direplikasi di daerah lain yang memiliki tantangan serupa dalam hal gizi ibu dan anak.
Melalui pendekatan berbasis potensi lokal dan riset, kolaborasi BRIN dan mitra menjadi contoh pengabdian masyarakat yang integratif. Harapannya, masyarakat Gunungkidul dapat mandiri secara pangan dan ekonomi.
Model ini menunjukkan pentingnya sinergi antara sains, komunitas, dan sektor swasta dalam mengatasi isu kesehatan. Penguatan dari berbagai pihak dinilai sebagai kunci keberhasilan jangka panjang dalam menurunkan stunting.(*)