Jakarta, EKOIN.CO – Tiga mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) berhasil meraih juara pertama dalam ajang MERCATOR LKTIN (Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional) LOGIN (Lomba Geospasial Inovasi Nasional) Tahun 2025, yang diselenggarakan di Yogyakarta pada 1–3 Juni 2025.
Mereka tergabung dalam tim Doa Kamerad, terdiri dari Andrew Ringgas Naoki Hutasoit (Teknik Geodesi dan Geomatika, 2021), serta Rafsan Abdillah dan Hanif Halim Wicaksono (Teknik Geodesi dan Geomatika, 2022). Tim ini mewakili kampus ITB dan sukses menyisihkan 49 tim dari berbagai universitas di seluruh Indonesia.
Kompetisi ini digelar oleh Keluarga Mahasiswa Teknik Geodesi (KMTG) Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM). Dengan tema Geospatial Innovation: Creativity for Supporting National Development, ajang ini menyoroti pemanfaatan teknologi geospasial bagi pembangunan berkelanjutan.
Dari puluhan peserta, hanya 10 tim yang lolos ke babak final dan diundang ke Yogyakarta untuk melakukan presentasi langsung di hadapan dewan juri. Tim Doa Kamerad menampilkan inovasi yang dinilai mampu menjawab tantangan aktual pengembangan karbon berkelanjutan di Indonesia.
Karya mereka berjudul “Pemanfaatan Teknologi Remote Sensing dan Geographic Information System dalam Membangun Sistem Identifikasi Nilai Ekonomi Karbon Guna Peningkatan Kualitas Lingkungan dan Perekonomian Masyarakat Indonesia yang Berkelanjutan” berhasil mencuri perhatian dewan juri.
Gagasan tim ITB berangkat dari keprihatinan terhadap belum adanya proyek nature-based solutions (NBS) yang tercatat di Bursa Karbon Indonesia. Mereka juga mencatat bahwa tingginya biaya pengukuran, pelaporan, dan verifikasi menjadi kendala utama di negara-negara berkembang.
Solusi yang ditawarkan berupa sistem berbasis Remote Sensing dan GIS untuk memberikan estimasi nilai ekonomi karbon dari proyek offset berbasis alam. Estimasi awal ini diharapkan memudahkan proses studi kelayakan sebelum proyek diajukan lebih lanjut.
Harmoni Antara Prestasi dan Keseimbangan
Selain membanggakan prestasi akademik, keberhasilan tim ini juga memperlihatkan kemampuan mereka dalam menjaga keseimbangan. Di tengah kesibukan kuliah dan aktivitas organisasi, mereka menyempatkan waktu untuk mempersiapkan kompetisi ini dengan serius.
Kegiatan ini juga menjadi ajang memperluas jejaring. Seluruh peserta finalis berasal dari berbagai latar belakang dan memiliki minat riset yang beragam. Diskusi lintas kampus menjadi bagian tak terpisahkan dari proses pembelajaran di ajang ini.
Di akhir kegiatan, tim Doa Kamerad mengajak mahasiswa lain untuk aktif mengikuti berbagai ajang kompetisi ilmiah sebagai sarana eksplorasi diri dan kontribusi nyata bagi masyarakat.
Penghargaan yang diraih oleh tim Doa Kamerad menunjukkan bahwa inovasi ilmiah dari mahasiswa tidak hanya relevan secara akademik, namun juga memiliki potensi nyata untuk menjawab tantangan pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Keberhasilan ini hendaknya menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain untuk berani keluar dari zona nyaman dan menggagas solusi berbasis ilmu pengetahuan yang aplikatif.
Selanjutnya, institusi pendidikan tinggi perlu terus mendukung dan memfasilitasi mahasiswa dalam kegiatan kompetitif seperti ini. Dengan memberikan ruang untuk kolaborasi lintas disiplin dan pelatihan intensif, potensi mahasiswa Indonesia dalam menghadirkan terobosan dapat dimaksimalkan. Inovasi berbasis teknologi geospasial seperti ini merupakan peluang penting di era transisi energi dan ekonomi hijau.
Terakhir, penting bagi para pemangku kepentingan seperti pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil untuk memberi perhatian lebih pada proyek-proyek berbasis nature-based solutions. Kolaborasi multisektor akan memperkuat implementasi solusi karbon berkelanjutan yang berdampak langsung bagi lingkungan dan kesejahteraan sosial.(*)