Jakarta EKOIN.CO – Jet tempur karya anak bangsa yang dikembangkan bersama Korea Selatan direncanakan mampu melampaui tingkat produksi dalam negeri sebesar 65 persen.
Pada Senin, 27 Juli 2025, sebuah laporan menyebut bahwa jet tempur KF‑21 Boramae yang dikembangkan oleh PTDI bersama industri kedirgantaraan Korea Selatan bakal mencapai tingkat lokal content (TKDN) hingga 65 persen, melebihi kapasitas produksi saat ini Saat ini proyek pengembangan berada dalam tahap ramp‑up menuju produksi masal dengan target penguasaan teknologi yang signifikan.
Sebagai bagian dari strategi kekuatan industri pertahanan nasional, kerja sama diharapkan memperkuat kemandirian dalam hal desain, rakitan, dan sistem avionik. Meskipun demikian, detail terkait jumlah unit produksi massal maupun jadwal pengiriman masih dalam pembahasan kedua belah pihak di awal tahap pelaksanaan proyek. Industri dalam negeri diyakini akan mendapatkan manfaat dari transfer teknologi dalam bentuk perangkat radar, sistem senjata, dan elektronika penerbangan.
Dalam pameran pertahanan IDEF 2025 di Turki pada Senin, 28 Juli 2025, Indonesia juga menandatangani kontrak pengadaan jet tempur siluman KAAN bersama fregat milik Turki, menandai ekspansi alutsista yang semakin beragam Selain itu, PTDI menunjukkan ketertarikan untuk memodifikasi pesawat CN‑235 yang dimiliki TNI AU dengan sistem avionik Turki, memperkuat kemampuan logistik dan dukungan udara.
Dalam konteks ranking global, Angkatan Udara Indonesia hingga Juli 2025 menempati posisi antara peringkat 21 dan 28 di dunia dengan skor TruVal Rating (TvR) sebesar 40,0 serta cadangan armada sekitar 260 unit . Keberadaan jet Boramae dengan TKDN tinggi diyakini dapat meningkatkan posisi Indonesia di masa depan, terutama dengan peran strategis sebagai sumber kekuatan industri dan operasional udara nasional.
Saat ini industri dirgantara Indonesia juga terlibat dalam program modernisasi pesawat tempur seperti Rafale dan F‑15EX, sementara sebagian besar jet KF‑21 diharapkan diproduksi di dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan TNI AU tanpa tergantung pasokan luar negeri. Strategi ini menargetkan peningkatan jumlah kapasitas produksi lokal secara bertahap.
Rencana Proyek dan Kolaborasi Industri
Pengembangan jet KF‑21 menekankan kerja sama dengan pihak Korea Selatan dalam aspek desain dan manufaktur. Pemerintah Indonesia menyetujui pendanaan awal proyek sekaligus memprioritaskan pengembangan sistem avionik oleh pihak lokal. Namun, peran Indonesia dalam teknologi radar dan electronic warfare masih terbatas, karena sebagian komponen dikembangkan oleh pihak ketiga
Meski begitu, proyek ini dipandang sebagai jalan menuju mandiri teknologi penerbangan tempur. Indonesia berharap mampu meningkatkan faktor-to-local dari sekitar 14 persen saat ini, mengingat sebagian alutsista seperti CN‑235 sudah dimodifikasi industri dalam negeri
Tantangan dan Kendala Transfer Teknologi
Beberapa pihak menyampaikan bahwa meskipun KF‑21 merupakan produksi kolaboratif, komponen utama seperti mesin dan avionik masih dikuasai oleh pihak asing. Hal ini menimbulkan kekhawatiran mengenai efektivitas transfer teknologi penuh ke Indonesia Sementara itu, ada keterlambatan pembayaran oleh pihak Indonesia karena keterbatasan akses dari komponen Amerika dan Eropa kepada mitra lokal.
Dengan keterlibatan banyak pihak, pengawasan transfer teknologi menjadi krusial agar keuntungan bagi industri dalam negeri tidak setengah hati. Namun demikian, tingkat lokal content yang ditargetkan tetap melebihi ambang industri alutsista lokal saat ini.
Implikasi Strategis dan Masa Depan
Keberhasilan meningkatkan TKDN hingga 65 persen diyakini akan memicu kemandirian pertahanan dan menekan biaya impor. Industri dalam negeri dapat memperluas kapasitas produksi dan meningkatkan kemampuan ekspor ke negara-negara mitra regional.
Selain itu, keberadaan jet Boramae sebagai simbol kemandirian dirgantara nasional dapat meningkatkan rasa percaya diri nasional dan mendukung kebijakan bebas aktif dalam diplomasi. Jika berhasil sesuai target, Indonesia akan menjadi contoh dalam pengembangan alutsista berorientasi lokal.
Namun kesuksesan ini tetap bergantung pada kesinambungan kolaborasi, pendanaan pemerintah, serta kesiapan sumber daya manusia di industri dan TNI AU. Tanpa itu, target tingkat lokal tidak akan tercapai sesuai harapan.
Dampak terhadap Peringkat Dan Kapasitas AU
Dengan produksi dalam negeri yang meningkat dan modernisasi armada, Indonesia berpotensi naik ke posisi lebih tinggi di peringkat kekuatan udara global di masa depan. Statistik saat ini menunjukkan Indonesia berada di sekitar posisi peringkat 21 hingga 28.
Jika proyek KF‑21 dan pengadaan jet modern lainnya berjalan lancar, Indonesia dapat memperkaya bauran armada aviator TNI AU dan meningkatkan skor TvR lebih tinggi dari current score 40,0. Proyeksi tersebut realistis jika target produksi lokal terus ditingkatkan serta armada baru siap operasi dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan.
Proyek jet tempur KF‑21 perlu terus didorong agar mencapai target kandungan lokal 65 persen, sebagai fondasi industri pertahanan nasional. Keberhasilan ini berpotensi mengurangi ketergantungan impor sekaligus memperpendek waktu pemeliharaan dan perbaikan.
Penguatan transfer teknologi menjadi kunci agar produksi jet tempur tidak hanya bersifat rakitan, tetapi juga mencakup kemampuan desain dan integrasi sistem secara penuh. Keterlibatan tenaga ahli lokal harus diprioritaskan agar kompetensi dirgantara nasional semakin berkembang.
Koordinasi antar lembaga pemerintah dan industri harus diperkuat agar kontrak dan pelaksanaan proyek berjalan lancar tanpa keterlambatan pembayaran atau hambatan teknis. Hal ini juga mencakup pengawasan terhadap jadwal pengiriman dan aspek legalitas proyek.
Secara strategis, peningkatan produksi domestik jet tempur ini dapat meningkatkan posisi Indonesia dalam panggung pertahanan regional dan global. Armada udara yang lebih modern dan beragam akan mendukung pertahanan nasional serta misi bantuan kemanusiaan.
Jika semua target tercapai, Indonesia akan berada pada jalur mandiri dalam produksi alutsista dan menjadi inspirasi bagi negara berkembang lain dalam upaya kemandirian teknologi militer (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v