Tel Aviv EKOIN.CO – Di tengah ketegangan politik antara Israel dan dunia Islam, berbagai teknologi buatan Israel ternyata telah digunakan secara luas di negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim, termasuk Indonesia. Beberapa inovasi tersebut menyusup dalam kehidupan sehari-hari tanpa banyak disadari asal-usulnya. Produk-produk ini berasal dari startup hingga perusahaan raksasa Israel yang memimpin dalam bidang teknologi digital, otomotif, dan pertanian.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Salah satu teknologi yang paling dikenal secara global adalah Waze, aplikasi navigasi berbasis komunitas. Awalnya dikembangkan oleh perusahaan startup asal Israel, aplikasi ini kemudian diakuisisi oleh Google pada 2013. Meskipun memiliki akar di Israel, Waze telah menjadi alat bantu perjalanan yang digunakan luas di berbagai negara Muslim seperti Turki, Arab Saudi, Malaysia, dan Indonesia.
Aplikasi Waze menawarkan fitur pelaporan lalu lintas secara real-time yang sangat bermanfaat. Pengguna dapat berbagi informasi tentang kemacetan, keberadaan polisi, dan kecelakaan lalu lintas. Keunggulan ini menjadikan Waze favorit di kalangan pengemudi di banyak negara.
Selain aplikasi navigasi, teknologi Israel juga hadir di sektor otomotif. Salah satunya adalah Mobileye, sistem bantuan mengemudi canggih yang kini menjadi bagian dari Intel. Sistem ini digunakan dalam berbagai mobil modern untuk membantu mendeteksi pejalan kaki, menjaga lajur kendaraan, dan memperingatkan risiko tabrakan.
Mobileye telah diterapkan oleh berbagai produsen mobil global dan digunakan di banyak negara, termasuk kawasan Timur Tengah dan Asia Tenggara. Teknologi ini meningkatkan keselamatan berkendara dan menjadi elemen penting dalam pengembangan kendaraan otonom.
Teknologi Digital dan Kesehatan
Inovasi Israel juga menembus bidang komunikasi dan informasi digital. Salah satu contohnya adalah Viber, aplikasi pesan instan yang pernah dikembangkan oleh insinyur Israel Talmon Marco sebelum akhirnya dijual ke perusahaan Jepang, Rakuten. Viber pernah menjadi aplikasi perpesanan populer di Indonesia sebelum tergeser oleh WhatsApp.
Di sektor kesehatan, Israel dikenal dengan teknologi ReWalk, perangkat exoskeleton yang membantu penyandang disabilitas untuk berjalan kembali. Teknologi ini telah digunakan di beberapa rumah sakit di Timur Tengah dan Asia. Di negara-negara dengan akses terbatas terhadap fasilitas rehabilitasi canggih, ReWalk menjadi solusi yang sangat berguna.
Sementara itu, Drip Irrigation, atau sistem irigasi tetes, juga merupakan temuan dari ilmuwan Israel Simcha Blass. Sistem ini menghemat air secara signifikan dan telah diadopsi oleh petani di negara-negara beriklim kering seperti Mesir dan Pakistan, serta petani hortikultura di Indonesia.
Pertanian hingga Keamanan Siber
Dalam sektor pertanian modern, teknologi Israel seperti AgriTask dan sensor tanah pintar membantu petani mengelola ladang secara efisien. Sensor tersebut memungkinkan pemantauan kelembaban tanah dan kebutuhan nutrisi tanaman secara real-time. Teknologi ini makin marak digunakan di Asia Selatan dan Afrika Utara.
Untuk sektor keamanan siber, perusahaan Israel seperti Check Point Software memainkan peran besar dalam menyediakan sistem perlindungan data dan jaringan. Beberapa institusi keuangan dan perusahaan swasta di negara-negara Muslim tanpa sadar menggunakan sistem ini karena efektivitasnya.
Inovasi di bidang keamanan juga mencakup teknologi face recognition atau pengenalan wajah yang dikembangkan oleh startup Israel dan digunakan dalam berbagai aplikasi keamanan di bandara dan tempat publik. Meski kontroversial, sistem ini tetap dipakai karena dianggap sangat efektif.
Beberapa teknologi lainnya mencakup kamera canggih dan sistem radar yang dikembangkan untuk militer namun kemudian diadaptasi untuk keperluan sipil, seperti pengawasan lalu lintas dan keamanan publik. Produk-produk ini telah masuk pasar internasional dan digunakan di berbagai kota besar dunia.
Ketergantungan pada teknologi canggih sering kali membuat pengguna tidak mengetahui asal muasal inovasi yang mereka gunakan. Banyak dari teknologi ini telah melewati tahap akuisisi oleh perusahaan global sehingga mengaburkan jejak asalnya.
Seiring dengan kebutuhan masyarakat dunia terhadap efisiensi dan kecepatan, berbagai produk Israel secara tidak langsung tetap menjadi bagian dari ekosistem digital global. Negara-negara pengguna pun, meskipun memiliki hubungan politik yang rumit dengan Israel, tetap memanfaatkan teknologi tersebut karena nilai praktisnya.
Penggunaan teknologi buatan Israel di negara-negara Muslim menunjukkan betapa kuat dan luasnya jangkauan inovasi negeri tersebut. Hal ini sekaligus menyoroti bagaimana teknologi dapat melampaui batas ideologi dan geopolitik.
Pakar hubungan internasional melihat fenomena ini sebagai bentuk “diplomasi teknologi”, di mana pengaruh sebuah negara menyebar melalui produk dan inovasi, bukan melalui kekuatan militer atau politik. Bahkan, banyak dari teknologi ini kini menjadi standar dalam industri masing-masing.
dari fenomena ini menegaskan bahwa inovasi teknologi seringkali lebih cepat melintasi batas negara daripada perundingan diplomatik. Kebutuhan akan teknologi unggul mendorong negara-negara untuk mengadopsi produk tanpa melihat latar belakang politiknya.
Pemanfaatan teknologi dari berbagai sumber, termasuk dari negara dengan hubungan politik yang sensitif, menunjukkan fleksibilitas dan pragmatisme dalam kebijakan teknologi banyak negara Muslim. Asal teknologi kerap kali menjadi hal kedua dibandingkan dengan manfaat yang bisa diperoleh.
Dalam konteks ini, penting bagi masyarakat untuk memiliki kesadaran informasi terkait asal teknologi yang digunakan. Pengetahuan semacam ini dapat menambah wawasan dan memperkaya perspektif kritis atas teknologi yang digunakan sehari-hari.
Ketika teknologi menjadi alat yang memudahkan hidup, maka keputusan untuk menggunakannya lebih didasarkan pada efektivitasnya daripada asal negaranya. Hal ini membuka ruang diskusi baru tentang etika, kedaulatan digital, dan transparansi informasi.
Masyarakat diharapkan dapat lebih aktif menggali informasi mengenai produk teknologi yang digunakan, termasuk mempertimbangkan dampak geopolitik dan sosial dari pemakaiannya. Kesadaran ini akan memperkuat literasi digital di era informasi saat ini.
Dengan memahami asal-usul teknologi, negara-negara dapat mengambil langkah yang lebih bijak dalam menentukan kerja sama, regulasi, serta kebijakan publik di bidang teknologi. (*)