Bali, EKOIN.CO – Seni budaya Indonesia terus memikat perhatian wisatawan mancanegara dari berbagai penjuru dunia. Kekayaan tradisi yang hidup di setiap daerah menghadirkan keunikan tersendiri, mulai dari pertunjukan tari yang memukau hingga karya kerajinan tangan bernilai tinggi. Di antara berbagai ekspresi budaya tersebut, sejumlah seni tradisional menempati posisi teratas dalam hal popularitas di mata turis asing.
Tari Tradisional Jadi Daya Tarik Utama
Di Pulau Bali, tari tradisional seperti Tari Kecak, Tari Legong, dan Tari Barong menjadi magnet kuat bagi wisatawan. Pertunjukan tari biasanya digelar di pura atau tempat wisata budaya menjelang sore hari. Wisatawan asal Eropa dan Australia kerap mengabadikan momen pertunjukan tersebut.
Tari Kecak, misalnya, dikenal luas karena memadukan cerita Ramayana dengan nyanyian dan gerakan tangan yang khas. Tidak sedikit pengunjung menyebutnya sebagai pertunjukan budaya yang tidak terlupakan.
Menurut I Wayan Sugiarta, seniman tari di Ubud, minat wisatawan terhadap pertunjukan tradisional Bali terus meningkat. “Setiap malam kursi penonton penuh. Mereka datang bukan sekadar melihat, tapi benar-benar menikmati alur cerita dan ekspresi penari,” ujarnya saat ditemui pada Sabtu (15/6/2025).
Selain di Bali, pertunjukan Reog Ponorogo di Jawa Timur juga kerap menarik perhatian turis. Di acara-acara kebudayaan internasional, kelompok Reog kerap diundang untuk tampil sebagai wakil Indonesia.
Batik: Warisan Budaya Dunia
Batik menjadi ikon kebudayaan Indonesia yang telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia. Kain batik asal Yogyakarta, Solo, dan Pekalongan banyak dicari wisatawan asing karena coraknya yang unik dan nilai sejarahnya yang dalam.
Di kawasan Malioboro, wisatawan asal Belanda dan Jepang terlihat antusias memilih motif batik untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Beberapa bahkan mengikuti workshop membatik sebagai bagian dari paket wisata budaya.
“Batik tidak hanya cantik, tapi ada cerita di balik motifnya. Saya suka yang motif parang karena punya makna filosofi,” kata Marie Duval, turis asal Prancis, saat mengunjungi galeri batik di Yogyakarta.
Wayang Kulit dan Filosofi Kehidupan
Wayang kulit, salah satu bentuk seni pertunjukan tertua di Indonesia, juga mendapat tempat istimewa di hati para pelancong mancanegara. Pementasan wayang kulit yang digelar semalam suntuk sering dikemas secara khusus untuk wisatawan, termasuk penerjemahan narasi dalam bahasa Inggris.
Di Museum Wayang di Kota Tua Jakarta, jumlah pengunjung asing terus meningkat. Mereka tertarik pada filosofi dan simbolisme yang terkandung dalam tokoh-tokoh wayang.
“Turis kagum dengan nilai moral dan etika yang diangkat dalam kisah Mahabharata dan Ramayana,” ujar Rahmat Santosa, kurator museum.
Angklung dan Kolaborasi Musik Dunia
Angklung, alat musik bambu asal Jawa Barat, juga telah dikenal secara global. UNESCO mencatat angklung sebagai salah satu warisan budaya dunia. Di Saung Angklung Udjo, Bandung, turis asing diajak berpartisipasi langsung dalam memainkan lagu dengan angklung.
“Musik angklung mudah dipelajari dan menyenangkan. Anak-anak sampai orang tua senang memainkan lagu dengan iringan bambu,” kata Yoon Ji-hoon, turis asal Korea Selatan.
Kolaborasi angklung dengan musisi mancanegara bahkan sempat digelar di beberapa panggung konser internasional, termasuk di Berlin dan Tokyo.
Upacara Adat yang Mengundang Rasa Ingin Tahu
Upacara Ngaben di Bali, sebagai bentuk kremasi tradisional, menarik perhatian wisatawan karena ritualnya yang unik dan sakral. Meski merupakan kegiatan keagamaan, banyak turis yang diundang menyaksikan prosesi sebagai bagian dari pembelajaran budaya.
“Ini pertama kalinya saya melihat upacara seperti ini. Sangat spiritual dan penuh penghormatan,” kata Lotte Andersen, turis asal Denmark.
Selain Ngaben, upacara Kasada Suku Tengger di Gunung Bromo dan tradisi Ma’Nene di Toraja juga menjadi destinasi budaya populer.
Wisata Budaya Dukung Ekonomi Lokal
Minat tinggi terhadap seni budaya berdampak langsung pada ekonomi kreatif masyarakat lokal. Pengrajin, penari, hingga pemandu wisata budaya merasakan manfaat dari kunjungan wisatawan yang menghargai budaya.
Di Desa Wisata Nglanggeran, Yogyakarta, paket wisata edukasi budaya dan pertunjukan seni berhasil meningkatkan pendapatan warga. Menurut data Kemenparekraf, sektor seni budaya berkontribusi signifikan terhadap pariwisata berkelanjutan.
“Kami terus dorong wisata budaya agar menjadi tulang punggung ekonomi daerah,” kata Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Peningkatan Promosi Budaya di Luar Negeri
Pemerintah Indonesia aktif mempromosikan budaya lewat Kedutaan Besar RI dan pusat budaya di luar negeri. Pameran batik, pertunjukan wayang, dan festival kuliner digelar secara rutin.
KBRI Tokyo, misalnya, mengadakan Pekan Budaya Indonesia setiap tahun, yang selalu dipenuhi pengunjung Jepang. Demikian pula dengan Pusat Budaya Indonesia di London dan New York yang memperkenalkan seni budaya Nusantara.
Antusiasme Generasi Muda Asing
Generasi muda dari berbagai negara juga menunjukkan ketertarikan terhadap seni budaya Indonesia. Di beberapa universitas, seni tari dan gamelan diajarkan sebagai mata kuliah pilihan.
“Mahasiswa kami belajar gamelan dan menari Tari Saman. Mereka menikmati proses belajarnya,” ujar Prof. Linda Chan, dosen seni di Universitas Melbourne.
Beberapa mahasiswa bahkan memilih Indonesia sebagai tujuan pertukaran pelajar untuk memperdalam wawasan budaya.
Pemerintah sebaiknya terus memperkuat diplomasi budaya agar lebih banyak seni tradisi Indonesia dikenal dunia. Pelestarian budaya lokal perlu disertai dengan inovasi tanpa menghilangkan esensi nilai leluhur.
Sektor pariwisata budaya memerlukan dukungan infrastruktur, promosi digital, dan pelatihan SDM agar pengalaman wisatawan semakin berkesan. Penerapan teknologi, seperti realitas virtual, bisa menjadi sarana promosi efektif di era digital.
Pelibatan komunitas lokal menjadi kunci utama keberhasilan wisata budaya. Masyarakat perlu diberdayakan sebagai pelaku utama, bukan sekadar objek wisata.
Kerja sama antara sektor publik dan swasta penting untuk menciptakan ekosistem budaya yang berkelanjutan dan inklusif. Dukungan regulasi serta insentif finansial akan memacu pelaku seni dan budaya untuk berkembang lebih jauh.
Akhirnya, kesadaran akan nilai budaya harus terus ditanamkan sejak dini, baik di sekolah maupun keluarga. Semakin kuat akar budaya bangsa, semakin tinggi pula apresiasi dari dunia luar.(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v