Tangerang EKOIN.CO – Pemain asal Korea Selatan mengalami penurunan peminat dari klub-klub peserta Super League 2025/2026 di Indonesia. Hingga Jumat, 2 Agustus 2025, baru satu pemain asal Korea Selatan yang terdaftar membela klub peserta kompetisi kasta tertinggi tersebut. Pemain tersebut adalah Bae Sin Yeong yang sudah membela Persita Tangerang sejak tahun 2021.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Jumlah tersebut menjadi penurunan signifikan dibanding musim sebelumnya, saat tercatat lima pemain asal Korea Selatan bermain di Liga 1 Indonesia. Beberapa klub yang sebelumnya dikenal rutin menggunakan jasa pemain asal Korea, kini tidak lagi melanjutkan tren tersebut. Salah satunya adalah Arema FC yang tahun ini tidak merekrut pemain Korea Selatan.
Penurunan Minat Klub terhadap Pemain Korea
Minimnya minat klub terhadap pemain Korea Selatan ini dianggap bisa dipahami dari perspektif manajemen klub. Menurut laporan yang dikutip dari sejumlah sumber olahraga nasional, para pemain asal Korea Selatan tidak memberikan dampak signifikan terhadap performa tim di Liga Indonesia dalam beberapa musim terakhir. Hal ini berbeda dibandingkan kontribusi para pemain asal Jepang.
Dari sisi performa, kontribusi para pemain Korea Selatan dianggap tidak sebanding dengan ekspektasi yang diharapkan klub. Hal ini membuat beberapa klub lebih selektif dan mempertimbangkan kembali merekrut pemain dari negara tersebut. Ditambah lagi, persaingan ketat di Liga Indonesia membuat klub membutuhkan pemain asing yang bisa langsung memberi pengaruh positif.
Faktor lain yang juga ikut berperan adalah peran agen pemain. Agen-agen yang membawa pemain Korea ke Indonesia dinilai mulai mengecewakan klub-klub karena pemain yang dibawa tidak memenuhi standar. Akibatnya, kepercayaan klub terhadap pemain dari Korea Selatan mulai menurun.
Dibandingkan dengan awal tahun 2000-an, situasi ini menunjukkan kontras. Saat itu, pemain asal Korea Selatan sempat bersaing ketat dengan pemain Jepang di Liga Indonesia. Salah satu contoh adalah Yoo Jae Hoon, yang dua kali membawa Persipura Jayapura meraih gelar juara Liga Indonesia.
Masalah Bahasa dan Komunikasi
Masalah bahasa juga menjadi faktor penentu. Banyak pemain Korea Selatan yang datang ke Indonesia tidak menguasai bahasa Inggris. Situasi ini menyulitkan komunikasi antara pelatih dan pemain, terutama dalam sesi latihan maupun pertandingan. Meski bahasa sepak bola bersifat universal, tidak semua instruksi bisa disampaikan hanya dengan bahasa tubuh atau istilah umum dalam sepak bola.
Pelatih yang mengalami kendala komunikasi tersebut cenderung memilih mencari pemain asing lain yang bisa berkomunikasi lebih lancar. Hal ini membuat permintaan terhadap pemain asal Korea Selatan menurun, karena pelatih menghindari risiko salah pengertian dalam strategi permainan.
Meski demikian, penurunan jumlah pemain Korea Selatan di Liga 1 musim ini bukan sesuatu yang baru. Sejak dulu, jumlah pemain asal Korea di Indonesia memang fluktuatif. Ada masa di mana pemain Korea Selatan cukup banyak, namun juga ada musim di mana jumlahnya sangat minim, seperti yang terjadi pada musim 2025/2026 ini.
Sebagian pengamat meyakini bahwa tren ini tidak akan stagnan dan masih bisa berubah di masa mendatang, tergantung pada penampilan dan kualitas pemain Korea Selatan di liga-liga lain yang menjadi referensi klub-klub Indonesia.
Selain itu, perubahan dalam kebijakan perekrutan pemain asing oleh klub juga bisa berdampak terhadap kemungkinan meningkatnya jumlah pemain Korea Selatan di musim-musim selanjutnya. Namun untuk musim ini, tampaknya pemain asal negeri ginseng harus puas dengan keterwakilan yang sangat minim.
Persaingan dengan pemain dari negara lain seperti Jepang, Brasil, dan Eropa Timur juga turut memperkecil peluang pemain Korea Selatan direkrut klub Liga 1. Klub lebih tertarik pada pemain dari negara-negara tersebut yang secara historis lebih konsisten memberi kontribusi besar.
Meskipun hanya satu pemain Korea yang terdaftar musim ini, tidak menutup kemungkinan klub akan merekrut pemain asal Korea lainnya pada paruh musim jika diperlukan. Bursa transfer tengah musim bisa menjadi kesempatan pemain Korea untuk kembali hadir di Liga Indonesia.
Namun tantangan tetap besar, mengingat klub-klub kini lebih berhati-hati dalam merekrut pemain asing. Mereka hanya menginginkan pemain yang sudah terbukti kualitasnya dan bisa langsung nyetel dengan tim.
Beberapa klub bahkan mulai memperluas jaringan pencarian pemain ke benua lain seperti Afrika dan Amerika Selatan, yang dinilai menawarkan kualitas dengan harga lebih bersaing. Ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi pemain Korea Selatan untuk bisa bersaing.
Adapun Bae Sin Yeong, satu-satunya pemain Korea di Liga 1 musim ini, menjadi perhatian publik dan pengamat. Performa sang gelandang bersama Persita Tangerang akan menjadi tolok ukur penting bagi masa depan pemain Korea di Liga Indonesia.
Jika Bae mampu menunjukkan performa cemerlang, bukan tidak mungkin kepercayaan terhadap pemain Korea Selatan bisa bangkit kembali pada musim berikutnya. Hal ini menjadi motivasi tersendiri bagi pemain berusia 31 tahun tersebut.
Selain itu, peran federasi sepak bola Korea Selatan dan agen-agen pemain juga dinilai penting dalam memulihkan citra pemain Korea di mata klub-klub Indonesia. Mereka perlu mengirim pemain berkualitas tinggi untuk memulihkan reputasi yang menurun.
Seiring waktu, klub-klub Indonesia akan terus mengevaluasi kebutuhan pemain asing. Bila situasi dan performa berubah, maka pemain Korea Selatan bisa kembali menjadi opsi utama di bursa transfer mendatang.
dari kondisi ini menunjukkan bahwa dinamika perekrutan pemain asing di Indonesia selalu berubah seiring kebutuhan klub, performa pemain, dan pertimbangan ekonomi.
Ke depan, penting bagi pemain Korea untuk lebih siap menghadapi tantangan bermain di luar negeri, termasuk mempelajari bahasa Inggris dan membuktikan kemampuan mereka di liga-liga Asia lainnya.
Klub Indonesia juga bisa membuka ruang seleksi lebih luas, namun tetap mengedepankan kualitas demi kemajuan tim. Rekrutmen berbasis statistik dan rekam jejak bisa menjadi solusi.
Jika semua pihak melakukan evaluasi dan peningkatan, peluang pemain Korea Selatan kembali diminati klub Indonesia tetap terbuka.
bagi pemain Korea Selatan adalah meningkatkan kemampuan komunikasi, memperbaiki performa, dan memilih agen yang benar-benar memahami kebutuhan klub-klub di Asia Tenggara. ( * )