ROMA, EKOIN.CO – Asosiasi Pelatih Sepak Bola Italia (AIAC) secara resmi menyerukan agar Israel ditangguhkan dari seluruh kompetisi internasional yang berada di bawah naungan UEFA dan FIFA. Permintaan ini muncul di tengah konflik berkepanjangan di Gaza yang telah menewaskan puluhan ribu orang, termasuk kalangan atlet. Ikuti berita terkini di WA Channel EKOIN.
Dalam surat yang dikirimkan kepada Federasi Sepak Bola Italia (FIGC), AIAC menyebut desakan ini sebagai sebuah “kewajiban moral” bagi dunia olahraga internasional. FIGC sendiri saat ini dipimpin oleh Gabriele Gravina, yang juga menjabat sebagai wakil presiden UEFA.
“AIAC secara bulat percaya bahwa, mengingat pembantaian harian dengan ratusan korban meninggal di antara pelatih, manajer, dan atlet, maka sangat perlu Israel dikecualikan sementara dari kompetisi olahraga,” demikian isi pernyataan resmi AIAC.
Asosiasi tersebut menaungi lebih dari 18 ribu pelatih, mulai dari Serie A hingga level amatir. Meski keputusan itu tidak melibatkan seluruh anggota, AIAC menegaskan bahwa langkah ini mewakili suara mayoritas komunitas pelatih sepak bola di Italia.
AIAC Tegaskan Sikap Moral Sepak Bola
Wakil Presiden AIAC, Giancarlo Camolese, menekankan bahwa pihaknya tidak bisa berpura-pura buta terhadap penderitaan yang terjadi di Gaza.
“Kita bisa saja hanya fokus bermain, tapi kami merasa itu tidak benar. Dunia sedang terbakar, dan banyak orang seperti warga Palestina yang menderita,” ujarnya.
Francesco Perondi, wakil presiden AIAC lainnya, menambahkan pernyataan tegas. “Ketidakpedulian adalah hal yang tak bisa diterima,” katanya.
AIAC juga menyinggung preseden yang pernah terjadi pada 2022, ketika UEFA dan FIFA menjatuhkan sanksi kepada Rusia setelah invasi ke Ukraina. Kala itu, banyak negara Eropa menolak menghadapi Rusia di berbagai turnamen internasional.
Namun, berbeda dengan situasi saat ini, hingga kini belum ada satupun federasi sepak bola di Eropa yang menolak bertanding melawan Israel. AIAC menilai kondisi di Gaza justru jauh lebih parah dan membutuhkan sikap tegas dari dunia sepak bola.
Italia dan Israel di Jalur Kualifikasi
Tim nasional Italia dijadwalkan berhadapan dengan Israel dalam dua pertandingan kualifikasi Piala Dunia. Laga pertama akan berlangsung di Hungaria pada 8 September dengan status lokasi netral karena faktor keamanan, sementara pertandingan kedua dijadwalkan pada 14 Oktober di Udine, Italia.
Tahun lalu, stadion yang sama di Udine juga sempat menjadi pusat perhatian. Dalam laga UEFA Nations League, pertandingan Italia diwarnai protes pro-Palestina yang menyebabkan pihak keamanan menempatkan penembak jitu di atap stadion. Meski situasi sempat tegang, laga berlangsung tanpa insiden serius.
Konflik Gaza yang semakin berkepanjangan telah memunculkan desakan moral dari berbagai pihak. AIAC menilai olahraga tidak bisa dilepaskan dari kemanusiaan, dan sepak bola memiliki kewajiban untuk menegakkan nilai solidaritas.
Menurut laporan terbaru, korban jiwa akibat perang di Palestina telah melampaui 62 ribu orang dalam 22 bulan terakhir. Kondisi ini juga diperparah dengan peringatan PBB terkait potensi kelaparan besar-besaran di Gaza, yang digambarkan sebagai krisis kemanusiaan terburuk sejak pecahnya konflik.
AIAC berharap sikap mereka dapat mendorong federasi lain di Eropa maupun dunia untuk menyuarakan hal serupa. “Kami tidak menentang pertandingan atau olahraga itu sendiri. Kami menolak keheningan di tengah tragedi,” tegas salah satu pengurus AIAC.
Bagi komunitas sepak bola Italia, isu ini bukan sekadar soal jadwal pertandingan, melainkan menyangkut nilai-nilai universal yang harus dijaga. Mereka menilai sepak bola memiliki kekuatan simbolis untuk menyuarakan keadilan dan solidaritas.
Meski belum ada keputusan resmi dari UEFA maupun FIFA, seruan AIAC menambah tekanan bagi federasi internasional untuk mempertimbangkan kembali posisi Israel dalam kompetisi sepak bola dunia.
Seruan AIAC menandai sikap tegas komunitas sepak bola Italia dalam merespons tragedi kemanusiaan di Gaza. Mereka menilai olahraga harus berpihak pada nilai moral dan kemanusiaan, bukan hanya permainan di lapangan.
Jika merujuk pada kasus Rusia, langkah FIFA dan UEFA terhadap Israel bisa menjadi preseden penting dalam dunia sepak bola modern. Namun, hingga kini keputusan masih berada di tangan otoritas tertinggi olahraga tersebut.
Situasi ini membuka ruang diskusi global mengenai batas antara olahraga dan politik, terutama ketika konflik menelan banyak korban sipil. AIAC menegaskan bahwa diam berarti mengabaikan penderitaan.
Apapun hasil akhirnya, desakan ini sudah menorehkan pesan kuat: sepak bola bisa menjadi alat diplomasi moral di tengah perang.
Federasi dunia kini ditantang untuk membuktikan apakah solidaritas kemanusiaan akan benar-benar diutamakan. ( * )
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v