Jepara,EKOIN.CO – Di Rumah Pelayanan Disabilitas Sosial Mental Waluyotomo, Kabupaten Jepara, aktivitas penuh semangat terlihat dari para penghuni yang tengah berkarya mencipratkan warna-warna cerah ke atas selembar kain putih. Cipratan tak beraturan tersebut, justru menjadi pola batik ciprat yang indah dan memikat. Kegiatan ini berlangsung dalam rangka Bakti Sosial Badan Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW) Provinsi Jawa Tengah bertema “Peduli dan Berbagi Berkah bagi Sesama”, pada Selasa, 1 Juli 2025.
Batik ciprat yang dihasilkan penghuni panti tersebut telah mendapat apresiasi dari berbagai pihak, termasuk dari Ketua BKOW Provinsi Jawa Tengah, Nawal Arafah Yasin, yang menyaksikan langsung proses pembuatannya. “Bagus sekali karyanya. Ini karya batik ya. Keren lho warnanya,” puji Nawal saat kunjungan.
Nawal menambahkan bahwa karya para penyandang disabilitas mental tersebut memiliki nilai estetika tinggi dan telah dipasarkan hingga ke luar daerah, termasuk ke Jakarta. Setiap kain batik dikerjakan secara kolaboratif oleh tiga orang, masing-masing menuangkan ekspresi dan perasaan mereka melalui cipratan warna.
Selain batik ciprat, para penghuni juga menciptakan pot dari kain bekas yang dicampur dengan semen. Karya tersebut dinilai tidak kalah menarik dan memiliki nilai ekonomi yang cukup baik. Pot dijual mulai harga Rp50 ribu hingga Rp200 ribu, sementara batik ciprat dihargai Rp165 ribu per lembar.
Pelatihan keterampilan seperti batik ciprat dan pembuatan kerajinan dari barang bekas menjadi bagian dari program kemandirian di panti yang dikelola oleh Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah.
Kepala Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia (PPSLU) Potroyudan Jepara, Nur Chibtiyah, menjelaskan bahwa saat ini ada sekitar 95 orang penyandang disabilitas mental yang aktif mengikuti pelatihan di panti tersebut. Mereka bebas mengekspresikan emosi dalam bentuk karya batik ciprat.
“Di sini sudah ada galerinya. Mereka bisa mengekspresikan galaunya, sedihnya, senangnya ada di batik ciprat. Batiknya laris,” ungkap Nur di sela acara. Penjualan dilakukan melalui pameran maupun media sosial, yang hasilnya digunakan untuk ditabung oleh para penghuni.
Ia menambahkan bahwa selain menjadi media ekspresi, kegiatan tersebut juga memberikan fungsi sosial dan penguatan ekonomi bagi penyandang disabilitas mental. Mereka tidak hanya mendapat pelatihan, tetapi juga memperoleh penghasilan secara mandiri dari hasil karyanya.
Pihak panti berharap karya-karya ini dapat terus mendapat tempat di pasar lokal maupun nasional. Dengan adanya galeri dan promosi melalui berbagai kanal digital, produk mereka semakin dikenal masyarakat luas.
Dukungan dari instansi pemerintahan dan masyarakat dinilai sangat penting untuk keberlanjutan program tersebut, sekaligus menumbuhkan rasa percaya diri para penyandang disabilitas dalam berkarya.
Pelaksana Tugas Sekretaris Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, Endah Dwi Setyorini, menyampaikan bahwa fungsi panti tidak sekadar memberi layanan dasar, tetapi juga berfokus pada pemberdayaan dan pembentukan kemandirian.
“Panti kami tidak hanya melayani orang terlantar tapi mereka juga yang tidak memiliki pekerjaan,” jelas Endah. Program pelatihan keterampilan ini bertujuan agar penghuni panti bisa mandiri dan kembali berdaya di tengah masyarakat ketika mereka selesai menjalani pembinaan.
Kegiatan kreatif seperti pembuatan batik ciprat dan pot dari bahan bekas menjadi sarana terapi yang efektif sekaligus jalan bagi para penyandang disabilitas mental untuk berkarya dan berkontribusi.
Endah menambahkan bahwa seluruh pelatihan dilakukan dengan pendekatan inklusif, memprioritaskan potensi individu dan bukan hanya kondisi keterbatasannya. Oleh sebab itu, keberhasilan karya mereka menjadi bentuk nyata hasil dari pembinaan tersebut.
Kegiatan semacam ini akan terus diperluas agar bisa mencakup lebih banyak warga binaan, dengan harapan bisa menjangkau mereka yang belum memiliki keterampilan atau kesempatan sebelumnya.
Di sisi lain, pemerintah juga akan terus berupaya meningkatkan kapasitas pelatihan serta memperluas kerja sama dengan berbagai sektor, termasuk swasta dan komunitas kreatif.
Melalui program ini, banyak penyandang disabilitas mental yang telah mengalami perubahan positif, baik secara emosional maupun sosial. Mereka menjadi lebih aktif, percaya diri, dan memiliki tujuan hidup yang jelas.
Aktivitas seperti membuat batik ciprat terbukti memberikan manfaat ganda: sebagai terapi psikologis dan sebagai sumber penghasilan yang layak. Hal ini diakui langsung oleh para pendamping dan keluarga mereka.
Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah berharap model ini bisa diterapkan di panti-panti lain di wilayah provinsi maupun nasional, sebagai bagian dari upaya menyeluruh dalam penguatan sosial dan pemberdayaan difabel mental.
Masyarakat juga diharapkan ikut mendukung, baik dengan membeli produk, menyebarkan informasi, maupun menyumbang bahan baku daur ulang untuk kerajinan pot. Dengan kolaborasi, dampak positif program ini bisa meluas.
Selain itu, program ini memperlihatkan bahwa keterbatasan bukan hambatan dalam berkarya. Justru, dari ruang-ruang sederhana seperti Rumah Pelayanan Waluyotomo, lahir karya-karya penuh makna dan inspirasi.
Pentingnya dukungan jangka panjang bagi pelatihan keterampilan difabel mental di panti sosial. Dinas sosial dapat menjadikan pelatihan sebagai kurikulum wajib, dengan pembinaan profesional dan berkelanjutan.
Kerja sama dengan pelaku industri kreatif maupun pasar UMKM akan sangat membantu dalam membuka akses distribusi hasil karya mereka secara lebih luas. Hal ini juga memberi ruang bagi inovasi produk agar bisa lebih variatif dan mengikuti tren pasar.
Kepedulian masyarakat terhadap difabel mental pun harus ditumbuhkan sejak dini, termasuk melalui edukasi publik dan program lintas sektor yang mengusung semangat inklusivitas dan kesetaraan.
Langkah selanjutnya bisa difokuskan pada pembangunan galeri permanen dan digital, agar karya batik dan kerajinan lainnya bisa menjangkau pembeli dari luar daerah tanpa hambatan geografis.
Program semacam ini tidak hanya bermanfaat bagi penyandang disabilitas mental, tetapi juga mengajarkan masyarakat untuk menghargai setiap proses dan hasil karya dari kelompok rentan. Dari tangan mereka, lahir karya yang jujur dan menyentuh.(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di :
https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v