Jakarta EKOIN.CO – Sejumlah lembaga riset internasional merilis data terbaru mengenai skor IQ rata-rata warga negara di seluruh dunia. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata skor IQ masyarakat Indonesia berada sedikit di bawah Kamboja, menimbulkan sorotan terkait kualitas pendidikan dan pengembangan intelektual di dalam negeri.
Berdasarkan data dari World Population Review, skor IQ rata-rata Indonesia tercatat sebesar 93,2. Sedangkan Kamboja sedikit lebih tinggi dengan skor 94. Sementara itu, data dari International IQ Test mencatat skor Indonesia sebesar 93,18 dan Kamboja di angka 93,97.
Kedua sumber data tersebut menempatkan Indonesia di posisi ke-98 secara global. Di sisi lain, Kamboja menempati urutan ke-94 dalam daftar yang sama. Negara-negara lain yang juga berada di bawah Kamboja dalam peringkat global ini antara lain Arab Saudi, Tajikistan, dan Pakistan.
IQ Rata-rata Negara dan Peringkat Dunia
Data tersebut menunjukkan bahwa peringkat IQ suatu negara dapat menjadi indikator terhadap sistem pendidikan dan perhatian terhadap pengembangan kecerdasan penduduk. China, dalam kedua data tersebut, menempati peringkat pertama sebagai negara dengan skor IQ tertinggi.
Menurut International IQ Test, skor rata-rata IQ warga China mencapai 107,19. Sementara versi World Population Review mencatat skor China sebesar 107. Dua data ini juga menunjukkan konsistensi negara-negara Asia Timur seperti Korea Selatan dan Jepang berada di posisi teratas.
Secara berurutan, versi World Population Review menempatkan Taiwan, Hong Kong, dan Macau sebagai negara dengan skor IQ tertinggi setelah China. Semua wilayah tersebut mencatat angka 107, disusul Korea Selatan dan Jepang yang berada di kisaran skor 106.
Dalam versi International IQ Test, urutan teratas setelah China adalah Korea Selatan dengan skor 106,43, diikuti oleh Jepang dengan 106,4 dan Iran 106,3. Negara-negara lain dalam daftar 10 besar meliputi Singapura, Rusia, Mongolia, Armenia, Australia, dan Spanyol.
Faktor-faktor Pendukung Skor IQ
Sebagaimana dilansir dari laman Nature, negara-negara dengan skor IQ tinggi umumnya memiliki sistem pendidikan yang kuat dan berfokus pada bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM). China, sebagai negara dengan populasi lebih dari 1,4 miliar jiwa, menginvestasikan besar-besaran dalam pendidikan di bidang-bidang tersebut.
IQ atau Intelligence Quotient sendiri merupakan standar pengukuran yang digunakan untuk menilai kecerdasan seseorang dalam berbagai aspek seperti penalaran logis, kemampuan memecahkan masalah, serta daya ingat. Konsep IQ diperkenalkan pada awal abad ke-20 oleh Alfred Binet, dan pertama kali digunakan untuk mengidentifikasi siswa berkebutuhan khusus.
Seiring waktu, penggunaan tes IQ meluas hingga ke dunia kerja. Banyak perusahaan memanfaatkannya sebagai salah satu parameter dalam proses perekrutan maupun promosi karyawan. Selain itu, IQ juga menjadi salah satu aspek dalam penilaian kebijakan pendidikan nasional.
Menurut laman Ebsco, pengujian IQ menjadi penting karena dapat menunjukkan potensi intelektual seseorang. Namun para ahli juga menyarankan agar IQ tidak dijadikan satu-satunya indikator dalam menilai kemampuan seseorang secara keseluruhan.
Perbedaan Data dan Dampaknya bagi Indonesia
Perbedaan skor antara Indonesia dan Kamboja tidak besar secara angka, namun tetap menimbulkan keprihatinan di kalangan pengamat pendidikan. Mengingat Indonesia memiliki populasi lebih dari 270 juta jiwa, angka ini menunjukkan adanya tantangan dalam pemerataan akses dan kualitas pendidikan nasional.
Data dari kedua situs tersebut menjadi cerminan bagi pemangku kebijakan untuk mengkaji kembali pendekatan pendidikan, terutama di daerah tertinggal dan kurang terjangkau. Tingkat kecerdasan masyarakat sangat erat kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan dan daya saing global.
Meski IQ bukan satu-satunya indikator kecerdasan, tetap penting bagi Indonesia untuk memperhatikan aspek ini sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dalam jangka panjang, skor IQ yang lebih tinggi dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan inovasi.
Beberapa negara dengan skor IQ tinggi bahkan menunjukkan korelasi dengan tingkat penguasaan teknologi dan kemajuan pendidikan. Hal ini terlihat pada negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Singapura yang terus berinovasi di berbagai sektor.
Indonesia perlu mengambil pelajaran dari negara-negara tersebut untuk menyusun kebijakan yang berpihak pada peningkatan mutu pendidikan secara merata dan berkelanjutan. Strategi jangka panjang perlu melibatkan reformasi kurikulum dan peningkatan kompetensi tenaga pendidik.
Pemerintah diharapkan memberikan perhatian lebih pada pengembangan kecerdasan anak usia dini, sebagai fondasi penting dalam membentuk kualitas intelektual generasi mendatang. Intervensi pada tahap pendidikan dasar akan sangat menentukan arah perkembangan IQ secara nasional.
Dalam konteks regional, Indonesia bisa bekerja sama dengan negara-negara ASEAN untuk saling bertukar strategi pendidikan dan pengembangan SDM. Dengan begitu, disparitas skor IQ bisa dikurangi dan masyarakat bisa lebih siap menghadapi tantangan global.
Sebagai tambahan, penekanan pada pendidikan karakter dan keterampilan non-akademik juga diperlukan untuk menghasilkan masyarakat yang tidak hanya cerdas secara intelektual, namun juga matang secara emosional dan sosial.
Penting bagi Indonesia untuk terus mengevaluasi kebijakan pendidikan yang berlaku saat ini. Pemerintah perlu lebih aktif melakukan pembaruan kurikulum serta meningkatkan kualitas pengajaran di semua jenjang pendidikan. Upaya peningkatan skor IQ sebaiknya dimulai dari pembentukan lingkungan belajar yang kondusif dan merata di seluruh wilayah.
Program pendidikan berbasis teknologi dan riset harus diperluas agar peserta didik memiliki akses yang sama terhadap ilmu pengetahuan terkini. Hal ini sejalan dengan tren global di mana negara-negara dengan skor IQ tinggi terus memacu inovasi di bidang STEM.
Penting pula bagi masyarakat untuk menyadari bahwa kecerdasan bisa dikembangkan dengan pendekatan yang tepat. Orang tua dan guru memiliki peran strategis dalam membimbing anak-anak agar lebih terasah daya pikir dan logikanya sejak dini.
Pemerataan akses terhadap pendidikan berkualitas menjadi kunci dalam mengurangi kesenjangan IQ antar wilayah. Pembangunan fasilitas pendidikan yang lengkap dan dukungan sumber daya manusia yang kompeten sangat dibutuhkan dalam jangka panjang.
Terakhir, data IQ seharusnya menjadi alat refleksi, bukan sumber stigma. Dengan pendekatan yang lebih inklusif dan berorientasi pada pengembangan potensi, Indonesia bisa meningkatkan daya saing global dan mencetak generasi unggul di masa depan.(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v