Jakarta, EKOIN.CO – Universitas Indonesia (UI) kembali mengukuhkan Guru Besar di bidang ilmu penginderaan jauh dalam kehutanan. Prof. Dr. Rokhmatuloh., S.Si., M.Eng., resmi menyandang gelar Guru Besar ke-33 dari UI dalam sebuah upacara pengukuhan di Balai Sidang UI, Depok, pada Rabu (25/6).
Dalam pidato ilmiahnya, Prof. Rokhmatuloh menyoroti tantangan besar yang dihadapi Indonesia dalam menjaga kelestarian hutan. Ia menyebut alih fungsi lahan dan kebakaran hutan sebagai ancaman serius bagi keanekaragaman hayati.
Namun demikian, ia juga menyampaikan optimisme terhadap pemulihan kondisi hutan di Indonesia. Menurutnya, kebijakan seperti perhutanan sosial dan REDD+ menjadi titik terang dalam upaya konservasi dan restorasi hutan secara nasional.
“Potensi hutan kita bukan hanya pada kayunya, tapi juga dari hasil non-kayu yang sangat besar. Semua ini hanya bisa dikelola optimal jika pendekatannya berbasis data dan berkelanjutan,” ujar Prof. Rokhmatuloh dalam sambutannya.
Ia juga menekankan pentingnya peran penginderaan jauh dalam mendukung manajemen hutan berbasis bukti, yang menurutnya menjadi kunci utama dalam memastikan keseimbangan ekologis dan ekonomi.
Transformasi Teknologi dan Pengelolaan Hutan
Lebih lanjut, Prof. Rokhmatuloh menjelaskan integrasi teknologi seperti Artificial Intelligence (AI), Machine Learning (ML), dan cloud computing dalam penginderaan jauh. Menurutnya, teknologi ini telah merevolusi pengelolaan kehutanan di era industri 4.0.
Ia mencontohkan penggunaan drone dan citra resolusi tinggi yang mampu memantau tutupan lahan secara lebih presisi dan efisien. Teknologi ini juga memberikan keleluasaan dalam pengambilan kebijakan yang cepat dan adaptif.
“Google Earth Engine kini memberikan akses ke ribuan petabyte data satelit. Ini membuka peluang besar bagi riset lintas waktu dan wilayah,” jelasnya dalam presentasi ilmiah.
Pemanfaatan big data dan AI, lanjutnya, memungkinkan peningkatan akurasi dalam pemantauan hutan secara real-time. Platform digital juga meningkatkan transparansi dalam pengelolaan sumber daya alam.
Ia menambahkan bahwa Deep Learning (DL) kini telah diterapkan dalam klasifikasi tutupan lahan dan pemetaan vegetasi secara otomatis, yang sebelumnya membutuhkan waktu dan sumber daya besar.
Kecerdasan Buatan untuk Konservasi
Dalam paparannya, Prof. Rokhmatuloh mengulas berbagai algoritma, termasuk Convolutional Neural Network (CNN) dan U-Net, yang digunakan untuk memetakan batas hutan dan mendeteksi regenerasi pasca-kebakaran.
Analisis data time-series dengan AI memungkinkan deteksi deforestasi lebih dini. Hal ini dinilai krusial untuk tindakan pencegahan dan perencanaan konservasi jangka panjang.
“DL telah membuka paradigma baru. Kini kita bisa memodelkan pertumbuhan pohon, estimasi stok karbon, hingga habitat satwa dengan akurasi tinggi,” tuturnya.
Selain itu, ia menegaskan bahwa teknologi penginderaan jauh tidak hanya berfungsi sebagai alat pelaporan, tetapi juga menjadi alat penegakan hukum lingkungan yang efektif.
Dengan pendekatan ilmiah ini, menurutnya, Indonesia dapat memperkuat strategi mitigasi perubahan iklim sekaligus memperkuat posisi sebagai salah satu negara megabiodiversitas dunia.
Latar Belakang dan Dukungan Akademik
Prof. Rokhmatuloh merupakan lulusan Departemen Geografi FMIPA UI tahun 1996. Ia melanjutkan pendidikan pascasarjana di Chiba University, Jepang, hingga meraih gelar doktor pada 2007.
Dalam prosesi pengukuhan tersebut, hadir pula sejumlah tokoh penting dari berbagai instansi dan lembaga. Kepala BIG Prof. Dr. rer.nat. Muh Aris Marfai, S.Si., M.Sc. turut memberikan apresiasi atas kontribusi ilmiah Prof. Rokhmatuloh.
Wakil Dekan Fakultas Geografi UGM Dr. Sigit Heru Murti juga menyampaikan dukungan terhadap kolaborasi akademik antaruniversitas dalam bidang kehutanan berbasis data.
Direktur SDM BIG, Dr. rer. nat Sumaryono, M.Sc., mengatakan bahwa pemanfaatan penginderaan jauh menjadi salah satu indikator utama dalam peta jalan nasional pemantauan hutan.
Turut hadir pula tokoh dari sektor swasta dan militer, termasuk Direktur Utama Golden Energy Mines Dr. Ir. Hartana serta Mayjen TNI Dr. dr. Sutan Finekri Arifin A dari UNHAN dan RSPAD Gatot Soebroto.
Pengukuhan Prof. Dr. Rokhmatuloh sebagai Guru Besar UI mencerminkan pentingnya kontribusi akademisi dalam menjaga keberlanjutan lingkungan hidup. Melalui pendekatan berbasis teknologi, upaya konservasi hutan Indonesia kini bergerak menuju sistem yang lebih presisi dan adaptif.
Integrasi penginderaan jauh, big data, dan kecerdasan buatan telah membuka peluang besar dalam pemantauan, pemetaan, hingga perencanaan konservasi yang lebih sistematis. Dukungan pemerintah, akademisi, dan sektor industri memperkuat ekosistem kehutanan yang berkelanjutan.
Dengan pemanfaatan teknologi canggih dan kolaborasi lintas sektor, Indonesia diharapkan mampu mempertahankan statusnya sebagai paru-paru dunia. Upaya ini juga mendukung target nasional dalam pengurangan emisi karbon dan pemulihan ekosistem hutan tropis yang kian terancam.(*)