Jakarta, EKOIN.CO – Sebuah studi terobosan menggunakan kecerdasan buatan mengungkapkan bahwa manusia modern (Homo sapiens) melakukan perkawinan campur dengan Neanderthal dalam tiga gelombang berbeda selama 250.000 tahun terakhir. Temuan ini memaksa para ilmuwan menulis ulang sejarah migrasi manusia purba.
Tim peneliti gabungan dari Princeton University dan Southeast University menemukan bukti percampuran genetik pertama terjadi 200.000-250.000 tahun lalu, diikuti gelombang kedua 100.000-120.000 tahun lalu, dan yang terbesar sekitar 50.000-60.000 tahun lalu. “Model kami menunjukkan bahwa tidak ada periode stagnasi panjang,” jelas Joshua Akey, profesor genetika Princeton, seperti dikutip dari IFL Science, Jumat (18/7/2025).
Temuan ini menggugurkan teori lama yang menyatakan interaksi baru terjadi setelah manusia modern keluar dari Afrika 60.000 tahun lalu. “Ini cerita tentang penyebaran manusia yang lebih dinamis dari yang kita duga,” tambah Akey. Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Science ini menggunakan algoritma canggih untuk menganalisis pola genetik purba.
Penelitian mengungkapkan Neanderthal mungkin tidak benar-benar punah, melainkan terserap ke dalam populasi manusia modern yang lebih besar. Proses asimilasi genetik ini terjadi seiring menyusutnya populasi Neanderthal dan meningkatnya migrasi Homo sapiens.
Temuan ini juga menjelaskan mengapa orang non-Afrika modern membawa sekitar 1-4% DNA Neanderthal. Interaksi antarspesies manusia purba ternyata lebih kompleks dan berlangsung lebih lama dari perkiraan sebelumnya.