Jakarta, EKOIN.CO – Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali menggelar pameran dan presentasi proyek mahasiswa dalam rangkaian mata kuliah Pengenalan Rekayasa dan Desain (PRD), yang merupakan mata kuliah wajib untuk seluruh mahasiswa tahun pertama. Kegiatan ini berlangsung di kampus ITB Jalan Ganesha, Kota Bandung, sejak awal Juni 2025 dan melibatkan ribuan mahasiswa dari berbagai fakultas dan sekolah.
Dalam pameran tersebut, mahasiswa menampilkan hasil akhir proyek mereka dalam bentuk maket, prototipe, poster digital, dan media interaktif. Proyek-proyek yang dipamerkan mencerminkan pendekatan yang beragam, mulai dari solusi teknologi tepat guna hingga inovasi desain ramah lingkungan.
Dekan Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan ITB, Prof. Iwan Sudradjat, menuturkan bahwa pameran ini bukan hanya ajang unjuk karya. “Ini bagian dari proses pendidikan yang menekankan pentingnya empati, kerja tim, dan pemecahan masalah yang relevan dengan kondisi nyata di masyarakat,” ujarnya saat ditemui di sela kegiatan, Selasa (17/6).
Setiap tim mahasiswa mengerjakan proyek berdasarkan permasalahan nyata yang dikaji melalui observasi dan wawancara lapangan. Topik yang diangkat pun beragam, mulai dari isu transportasi di daerah pinggiran, pengelolaan sampah di permukiman, hingga akses air bersih di desa terpencil.
Kegiatan ini menjadi ajang refleksi bagi para dosen untuk melihat bagaimana pendekatan pendidikan multidisiplin dan berbasis proyek mampu membentuk karakter mahasiswa sebagai calon profesional yang adaptif dan berpikir kritis.
Kolaborasi Multidisiplin dan Inovasi Kontekstual
Salah satu mahasiswa peserta, Clara Safira dari Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, menjelaskan bahwa ia dan timnya mengembangkan sistem pengelolaan limbah dapur berbasis kompos otomatis. “Kami mengangkat isu rumah tangga urban dan mencoba menawarkan solusi kecil yang bisa diterapkan secara luas,” ujarnya.
Proyek lainnya datang dari mahasiswa Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, yang membuat prototipe sistem pemantauan kualitas udara berbasis Internet of Things (IoT) untuk kawasan padat penduduk. Sistem ini dirancang dengan antarmuka sederhana agar dapat digunakan oleh masyarakat umum.
Proses pembelajaran dalam mata kuliah PRD melibatkan tahapan yang lengkap, dari identifikasi masalah, eksplorasi ide, pengembangan dan pengujian solusi, hingga penyempurnaan yang dilakukan secara iteratif. Hal ini mendorong mahasiswa tidak hanya berpikir teknis, tetapi juga membangun empati terhadap kondisi sosial.
“Melalui PRD, mahasiswa ditantang untuk keluar dari zona nyaman, mengamati masyarakat, dan menawarkan solusi dengan daya guna tinggi,” kata Dr. Aditya Putra, dosen pengampu PRD di Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara.
Pameran PRD juga menjadi ruang diskusi aktif antara mahasiswa, dosen, dan masyarakat umum yang datang berkunjung. Beberapa karya bahkan mendapat perhatian dari pihak industri dan lembaga sosial yang tertarik menjajaki kerja sama lebih lanjut.
Bagian dari Gerakan ITB Berdampak
Kegiatan PRD juga merupakan bagian dari program “ITB Berdampak”, sebuah gerakan institusional yang bertujuan meningkatkan relevansi pendidikan tinggi terhadap tantangan zaman. Melalui pendekatan ini, ITB berharap dapat mencetak lulusan yang memiliki visi sosial dan kontribusi nyata.
“ITB bukan hanya mencetak insinyur atau desainer, tetapi manusia yang mampu membaca zaman dan memberi solusi,” ujar Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITB, Prof. Berkah Fajar.
Ia menambahkan, PRD menjadi cerminan dari bagaimana kampus mendidik mahasiswa sejak tahun pertama untuk tidak hanya berpikir akademis, tetapi juga humanis dan solutif. “Dari sini kita bisa melihat benih-benih pemimpin masa depan yang siap turun tangan, bukan sekadar pandai teori,” tambahnya.
Menurut Prof. Berkah, PRD adalah bentuk konkret dari bagaimana pendidikan tinggi bisa berjalan selaras dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan sekitar. Ia menyebutkan bahwa setiap proyek yang dipamerkan telah melalui validasi lapangan dan beberapa berpotensi dikembangkan lebih lanjut.
Pameran PRD juga mendapat sambutan positif dari para orang tua mahasiswa dan alumni yang hadir dalam kegiatan ini. Mereka mengapresiasi bagaimana kurikulum ITB berhasil mendorong mahasiswa berpikir kritis sekaligus kreatif sejak dini.
Melalui pameran proyek PRD, ITB berhasil menunjukkan bahwa pendidikan tinggi tidak hanya berorientasi pada capaian akademik, tetapi juga pada kontribusi nyata terhadap masyarakat. Setiap hasil karya mahasiswa adalah cerminan dari kemampuan berpikir sistematis dan empatik yang diasah sejak tahun pertama.
Dengan mendorong mahasiswa terlibat langsung dalam persoalan sosial dan lingkungan, ITB menunjukkan relevansi pendidikan teknik dan desain dalam menjawab tantangan zaman. Proyek-proyek yang dipamerkan mencerminkan pendekatan solutif yang menyentuh aspek kehidupan sehari-hari masyarakat.
Program ini tidak hanya mengasah keterampilan teknis, tetapi juga membentuk karakter dan kepedulian sosial yang mendalam. ITB, melalui PRD, menegaskan komitmennya mencetak lulusan yang tidak hanya pintar, tetapi juga peka dan berdaya guna bagi Indonesia dan dunia.(*)