Jakarta, EKOIN.CO – Sebanyak 342 mahasiswa lintas program studi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) mengikuti kegiatan kuliah lapangan di kawasan pesisir Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat. Kegiatan berlangsung di Pantai Citepus dan Pantai Karang Hawu selama beberapa hari pada pertengahan Juni 2025.
Kegiatan ini merupakan bagian dari pembelajaran dua mata kuliah di Program Studi Oseanografi, yaitu Oseanografi Lingkungan dan Ekowisata Bahari. Tujuannya adalah untuk mendalami kondisi fisik, sosial, dan ekologi pesisir secara langsung.
Mahasiswa diajak melakukan pengamatan terhadap dinamika pantai, potensi wisata bahari, serta melakukan pengukuran parameter oseanografi seperti suhu, salinitas, dan oksigen terlarut. Mereka juga menilai kualitas sanitasi kawasan pesisir.
Para dosen pendamping, seperti Dr. Ivonne Milichristi Radjawane, Dr. Karina Aprilia Sujatmiko, dan Dr. Iwan Pramesti Anwar, memandu seluruh rangkaian kegiatan. Selain itu, sejumlah asisten praktikum turut terlibat aktif mendampingi di lapangan.
Mahasiswa dari program studi lain seperti Teknik Kelautan, Meteorologi, dan Teknik Lingkungan juga berpartisipasi. Setiap kelompok bertanggung jawab atas satu area studi yang berbeda untuk mendapatkan gambaran menyeluruh.
Analisis Lapangan dan Interaksi Sosial
Dalam proses observasi, mahasiswa menggunakan beberapa metode penilaian kawasan pantai seperti Indeks Kesesuaian Wisata (IKW), Coastal Scenic Evaluation System (CSES), serta pendekatan SWOT. Tujuannya untuk mengidentifikasi tantangan dan peluang pengembangan kawasan ekowisata.
Ekosistem yang menjadi fokus meliputi pantai terbuka dengan vegetasi alami, daerah berarus kuat, serta area yang rawan terhadap rip current dan potensi bahaya lainnya. Mahasiswa juga mewawancarai warga untuk memahami persepsi lokal terhadap kegiatan wisata.
“Pengalaman ini sangat memperkaya, kami tidak hanya belajar mengukur suhu dan salinitas, tetapi juga memahami bagaimana aktivitas wisata bisa berdampak pada keseimbangan ekosistem pesisir,” ujar Nadiya, salah seorang mahasiswi peserta kuliah lapangan.
Aspek sosial dan ekonomi masyarakat sekitar juga ditelaah secara rinci. Mahasiswa mendata kontribusi ekonomi warga terhadap aktivitas wisata dan mencatat tantangan lingkungan seperti limbah, pencemaran, dan keterbatasan pengelolaan.
“Kegiatan ini bukan hanya soal mengukur kualitas air atau morfologi pantai, tetapi juga tentang bagaimana kita memahami kondisi sosial-ekologis secara utuh dan bagaimana peran masyarakat lokal turut diperhitungkan,” ujar Dony Andry, Koordinator Asisten Oseanografi Lingkungan.
Rutin Tiap Tahun, Kolaboratif dan Praktis
Mahasiswa mengaku kegiatan ini memperkuat kolaborasi lintas disiplin dan memupuk keterampilan kerja lapangan. Setiap kelompok diwajibkan menyusun laporan ilmiah dan infografis untuk menyampaikan hasil analisis mereka secara sistematis.
Pengambilan data dilakukan secara menyeluruh, dari pengamatan vegetasi, pemetaan topografi pantai, hingga analisis keberlanjutan aktivitas wisata. Data yang dikumpulkan juga akan digunakan sebagai bahan pembelajaran untuk tahun akademik berikutnya.
“Kuliah lapangan ini memberi kesempatan untuk menerapkan ilmu secara langsung. Kami jadi lebih sadar akan pentingnya menjaga keseimbangan antara pembangunan dan konservasi,” ujar Rizky, mahasiswa Teknik Kelautan.
ITB berencana menjadikan kegiatan serupa sebagai program tahunan dengan lokasi berbeda-beda. Hal ini untuk memperluas pemahaman mahasiswa terhadap karakteristik pesisir di berbagai daerah Indonesia.
Program ini juga merupakan wujud komitmen ITB dalam membentuk lulusan yang tidak hanya unggul secara akademik, namun juga peka terhadap isu lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.
Kuliah lapangan yang digelar di kawasan Pelabuhan Ratu, Sukabumi, menandai penguatan metode pembelajaran kontekstual berbasis lapangan bagi mahasiswa ITB. Dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu, kegiatan ini berhasil menggabungkan teori akademik dan praktik langsung di lingkungan nyata.
Partisipasi aktif mahasiswa dan keterlibatan masyarakat lokal menjadi unsur penting dalam menjembatani ilmu pengetahuan dengan kebutuhan sosial-ekologis. Interaksi ini membuka ruang diskusi lintas generasi tentang tata kelola kawasan pesisir yang bijak dan berkelanjutan.
Ke depan, ITB berkomitmen untuk terus menghadirkan pendekatan pembelajaran serupa. Dengan begitu, mahasiswa tidak hanya memahami persoalan kelautan secara teknis, tetapi juga memaknai pentingnya keseimbangan antara sains, masyarakat, dan alam secara menyeluruh.(*)