Jakarta, EKOIN.CO — Transformasi pendidikan tinggi menjadi landasan utama dalam menghadapi tantangan global di kawasan Asia Tenggara. Hal ini mengemuka dalam forum menteri pendidikan tinggi se-ASEAN yang digelar di Langkawi, Malaysia, pada Kamis (19/6).
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia, Fauzan, hadir mewakili Indonesia dalam acara bertajuk ASEAN Higher Education Ministers Roundtable: Envisioning the Next Decade and Beyond. Forum ini membahas arah baru pendidikan tinggi kawasan.
“Pendidikan tinggi harus melampaui pencapaian akademik dan berperan sebagai kekuatan penggerak bagi ketahanan kawasan, kemajuan inklusif, dan inovasi,” tegas Fauzan dalam sesi pleno.
Fauzan juga menyampaikan komitmen Indonesia terhadap penyusunan ASEAN Leader Declaration on Higher Education, sebuah dokumen strategis yang akan dibawa ke pertemuan kepala negara ASEAN. Deklarasi ini memperbarui Deklarasi Kuala Lumpur 2015.
Dalam pernyataannya, Fauzan mengatakan, “Indonesia mendukung penuh inisiatif mengembangkan Deklarasi ASEAN yang baru di bidang pendidikan tinggi yang spesifik dan searah dengan perubahan dinamika yang berakar dari teknologi, perubahan iklim, dan ketidakpastian global.”
Penguatan Kolaborasi Pendidikan Tinggi ASEAN
Forum tersebut menjadi momentum untuk mendorong kolaborasi antara negara anggota ASEAN. Fokus pembahasan meliputi peningkatan daya saing kawasan, pemerataan akses, serta integrasi pendidikan tinggi dengan industri dan kebutuhan masa depan.
Fauzan juga memperkenalkan program nasional Diktisaintek Berdampak sebagai upaya strategis Indonesia. Inisiatif ini menitikberatkan pada sinergi kampus, industri, dan komunitas lokal.
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi menargetkan peningkatan Angka Partisipasi Kasar (APK) perguruan tinggi Indonesia menjadi 38,04% pada tahun 2029. Saat ini, berdasarkan data BPS 2024, APK baru mencapai 32%.
Program Diktisaintek Berdampak berfokus pada pengembangan riset terapan, keterampilan digital, dan relevansi kurikulum dengan tantangan global. Program ini juga menjawab visi Asta Cita Presiden Republik Indonesia.
Pertemuan Bilateral Indonesia-Malaysia
Di sela kegiatan, Wamen Fauzan melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Pendidikan Tinggi Malaysia, YB Dato’ Seri Diraja Dr. Zambry Abdul Kadir. Keduanya membahas kerja sama pendidikan tinggi antarnegara.
Pembahasan meliputi finalisasi naskah kerja sama pendidikan tinggi yang akan menjadi dasar hukum dan teknis dalam pelaksanaan berbagai program bilateral. Penekanan diberikan pada pertukaran mahasiswa dan kolaborasi riset.
“Melalui visi bersama dan aksi kolaboratif, kita dapat membangun ekosistem pendidikan tinggi ASEAN yang inklusif, inovatif, dan berdampak,” ujar Fauzan menutup pertemuan.
Fauzan juga menyerukan pentingnya kerja sama regional di tengah dunia yang berubah cepat. Menurutnya, generasi muda perlu dibekali keterampilan masa depan agar dapat beradaptasi dan berkontribusi pada pembangunan kawasan.
Forum ini menjadi tonggak penting dalam penguatan identitas ASEAN sebagai komunitas pembelajar yang tangguh. Komitmen bersama diharapkan membawa pendidikan tinggi ASEAN menjadi lebih responsif dan kolaboratif.
Pertemuan ASEAN Higher Education Ministers Roundtable di Langkawi menegaskan urgensi pembaruan sistem pendidikan tinggi yang tidak hanya adaptif terhadap teknologi, tetapi juga responsif terhadap tantangan global. Kehadiran Wamen Fauzan mencerminkan posisi strategis Indonesia dalam membentuk arah kebijakan regional.
Program Diktisaintek Berdampak yang disampaikan dalam forum tersebut menjadi contoh konkret pendekatan baru dalam menjawab kesenjangan akses, mutu pendidikan, dan relevansi dengan kebutuhan industri. Inisiatif ini juga menegaskan komitmen pemerintah terhadap pemerataan pendidikan dan penguatan daya saing bangsa.
Melalui sinergi kawasan dan komitmen bersama, ASEAN diharapkan mampu membentuk ekosistem pendidikan tinggi yang inklusif dan berkelanjutan. Kolaborasi regional ini diyakini akan menjadi fondasi bagi ketahanan dan pertumbuhan kawasan di masa depan.(*)