Jakarta, EKOIN.CO – Suasana Labtek VIII Institut Teknologi Bandung (ITB) pada Selasa (17/6/2025) pagi terasa berbeda dari biasanya. Bukan hanya dipenuhi mahasiswa Teknik Telekomunikasi yang antusias, tetapi juga hadirnya sosok yang telah menapaki panggung internasional: Achmad Husni Thamrin. Ia bukan sekadar alumnus, tetapi panutan yang menunjukkan bahwa ilmu teknik bisa membawa seseorang ke ruang-ruang kelas di universitas top dunia.
Di tengah dinamika perkembangan teknologi global, kehadiran alumni seperti Husni menjadi jembatan penting antara dunia akademik dan realitas industri serta riset internasional. Mahasiswa tak hanya mendengar teori dari buku, tetapi menyerap pengalaman nyata yang membawa makna lebih luas. Inilah salah satu tujuan utama kegiatan Community Based Research (CBR), sebagai bagian dari program kolaborasi akademik internasional SOI Asia yang menghubungkan ITB dengan berbagai universitas di Asia.
Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) dari Program Studi Teknik Telekomunikasi mendapatkan pemaparan langsung tentang pentingnya pengalaman global dari alumnusnya, Achmad Husni Thamrin. Kegiatan tersebut berlangsung pada Selasa (17/6/2025) di Labtek VIII ITB, dalam rangkaian program Community Based Research (CBR) yang merupakan bagian dari jaringan akademik internasional SOI Asia.
Achmad Husni Thamrin merupakan lulusan Teknik Elektro ITB angkatan 1992 dan kini aktif sebagai dosen di Keio University, Jepang. Dalam paparannya, ia menyampaikan pesan mendalam mengenai pentingnya memperluas cakrawala melalui studi dan riset di luar negeri.
Beliau menegaskan bahwa mahasiswa ITB memiliki bekal kuat untuk bersaing secara global, namun dibutuhkan keberanian untuk melangkah keluar dari zona nyaman akademik di dalam negeri.
“Kita tidak bisa hanya puas bersaing di dalam negeri. Dunia ini besar, dan kalian harus bisa menunjukkan taring kalian di sana,” ujar Husni dalam sesi tersebut.
Menurutnya, peluang beasiswa, program pertukaran mahasiswa, serta proyek riset kolaboratif harus dimanfaatkan sebagai pijakan awal dalam membentuk jejaring global dan kemampuan adaptif yang dibutuhkan di dunia kerja internasional.
Menembus Sekat Akademik Lokal
Pesan Pak Husni menjadi refleksi penting bagi mahasiswa Teknik Telekomunikasi yang hadir. Ia menekankan bahwa keberhasilan di tingkat global tidak semata-mata karena kemampuan teknis, melainkan juga karena kecakapan berkomunikasi dan kolaborasi lintas budaya.
Sebagai akademisi yang berkiprah di Jepang, Pak Husni menceritakan pengalamannya bekerja di lingkungan internasional yang menuntut pemikiran terbuka, kedisiplinan tinggi, serta kemampuan menjembatani berbagai perbedaan budaya.
“Di luar negeri, tidak cukup hanya pintar secara teknis. Kalian harus bisa menyampaikan ide, berkolaborasi lintas tim, dan menghargai cara kerja yang berbeda,” tuturnya.
Dalam program CBR ini, mahasiswa ITB dilatih untuk menyusun riset berbasis kebutuhan masyarakat yang inovatif dan aplikatif. Kehadiran alumni seperti Pak Husni menjadi penguat semangat bahwa riset lokal pun bisa membuka jalan ke panggung global.
Program SOI Asia sendiri telah menjadi wadah pengembangan kapasitas mahasiswa di berbagai negara Asia, dengan dukungan berbagai institusi pendidikan tinggi ternama.
Inspirasi Langsung dari Dunia Internasional
Di penghujung kegiatan, mahasiswa menyampaikan antusiasmenya atas kesempatan berdialog langsung dengan Pak Husni. Mereka mengaku lebih termotivasi untuk merancang masa depan akademik dan profesional dengan perspektif lebih luas.
Bagi mahasiswa, mendengar langsung kisah perjalanan alumni menjadi pendorong untuk lebih berani mengambil langkah besar dalam pengembangan diri dan karier internasional.
Kegiatan seperti ini dinilai memperkaya ekosistem akademik ITB, dengan membuka jendela wawasan baru yang tidak selalu diperoleh di ruang kelas atau dari buku teks.
Kehadiran alumni yang sukses di kancah internasional diyakini mampu membentuk budaya akademik yang lebih dinamis dan terhubung dengan perkembangan dunia nyata.
Kegiatan Community Based Research di ITB pada 17 Juni 2025 menjadi momentum penting bagi mahasiswa untuk memahami pentingnya keterlibatan global dalam proses belajar. Melalui kehadiran Achmad Husni Thamrin, mahasiswa memperoleh gambaran nyata tentang bagaimana ilmu pengetahuan dan jaringan internasional dapat membawa dampak besar pada karier dan kontribusi sosial.
Pesan-pesan yang disampaikan memperlihatkan bahwa dunia akademik tidak boleh hanya berkutat pada pencapaian lokal, melainkan harus menjangkau kerja kolaboratif lintas batas. Mahasiswa ditantang untuk tidak hanya menjadi ahli dalam bidangnya, tetapi juga menjadi pribadi yang terbuka, komunikatif, dan tangguh dalam menghadapi tantangan global.
Dengan dorongan alumni yang telah berkiprah di luar negeri, ITB terus membangun budaya belajar yang tidak hanya fokus pada laboratorium, tetapi juga pada pengembangan kapasitas global dan pengabdian masyarakat sebagai bagian integral dari pendidikan tinggi.(*)