Jakarta, EKOIN.CO — Siapa sangka, langkah kecil menabung seribu rupiah sehari bisa mengantarkan seorang pemulung barang bekas ke Tanah Suci? Di lingkungan Glagah Ombo, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Legiman (66) membuktikan bahwa tekad dan kesabaran mampu menembus batas mimpi. Dengan penghasilan yang tak seberapa, ia terus mengumpulkan rupiah demi rupiah selama hampir empat dekade untuk mewujudkan impian terbesar hidupnya: menunaikan ibadah haji bersama sang istri.
Tidak ada yang istimewa dari rumah Legiman. Sederhana, namun penuh cerita tentang perjuangan hidup yang menginspirasi. Kini, di usia senjanya, ia dan istri bersiap berangkat ke Tanah Suci bersama kelompok terbang (kloter) 35 Embarkasi Solo (SOC 35), meninggalkan segala kesederhanaan demi menjalankan panggilan Allah. Keberangkatan mereka dijadwalkan pada 11 Mei 2025, bersama jemaah lain dari Kabupaten Semarang dan Grobogan.
Saat ditemui di rumahnya yang sederhana, Jumat (9/5/2025), Legiman bercerita mengenai perjuangan panjangnya untuk bisa menunaikan rukun Islam kelima. “Saya mulai nabung sejak tahun 1986, seribu rupiah per hari,” ujarnya dengan mata berbinar.
Kala itu, Legiman bekerja di Dinas Pekerjaan Umum dengan gaji hanya Rp18.000 per bulan. Menyadari bahwa uang seribu rupiah per hari belum cukup, ia pun berinisiatif mencari penghasilan tambahan dengan memulung barang bekas. “Botol plastik, kardus, apa saja saya kumpulkan. Sebulan bisa dapat tambahan 20-40 ribu, langsung saya tabung ke bank,” ungkap pria yang kini telah memiliki tiga anak, tiga cucu, dan satu buyut ini.
Pada tahun 2012, Legiman mendapat titik terang. Tabungannya sudah mencapai Rp54 juta, cukup untuk mendaftar haji dua orang. “Anak-anak mendukung. Besoknya langsung saya urus semua persyaratan,” tuturnya.
Namun, keberangkatan Legiman sempat terhambat karena masih ada biaya pelunasan yang belum terpenuhi. Tak menyerah, ia terus melanjutkan rutinitasnya sebagai pemulung hingga akhirnya berhasil melunasi biaya keberangkatan. “Saya langsung sujud syukur. Nggak nyangka secepat ini. Rasanya kayak mimpi,” ucap Legiman penuh haru saat mengetahui jadwal keberangkatannya dimajukan ke tahun 2025.
Kini, dengan tas koper di tangan, Legiman dan istri bersiap menuju embarkasi. “Yang penting yakin, jangan menyerah. Allah pasti buka jalan,” pesan Legiman sebelum meninggalkan rumahnya.