LIVERPOOL EKOIN.CO – Mohamed Salah kembali mengangkat suara terkait tragedi kemanusiaan di Gaza setelah kematian Suleiman al-Obeid, mantan pesepakbola Timnas Palestina yang dijuluki “Pele-nya Palestina”. Pemain berusia 41 tahun itu tewas dalam serangan Israel di Gaza selatan saat mengantre bantuan makanan, Kamis lalu. Bergabung di WA Channel EKOIN.
Asosiasi Sepakbola Palestina (PFA) menyebut al-Obeid mencetak lebih dari 100 gol sepanjang kariernya, memperkuat tim nasional dalam 24 pertandingan, dan menjadi simbol harapan di tengah konflik.
UEFA juga menyampaikan belasungkawa pada 8 Agustus, menyebut al-Obeid sebagai talenta yang memberi harapan kepada anak-anak bahkan di masa tergelap. Ucapan ini dikutip Salah di akun X miliknya yang memiliki lebih dari 19 juta pengikut.
Dalam unggahannya, Salah menulis, “Bisakah kalian ceritakan bagaimana dia meninggal, di mana, dan kenapa?” Kalimat ini menjadi sindiran keras yang mempertegas kepeduliannya pada isu kemanusiaan.
Kepedulian Kemanusiaan dari Mohamed Salah
Pemain internasional Mesir itu juga membagikan tangkapan layar unggahan tersebut di Instagram, yang diikuti lebih dari 65 juta orang. Sikap Salah bukan pertama kali, sebab sejak lama ia menyerukan diakhirinya kekerasan di Gaza.
Pada 2023, Salah bahkan memohon para pemimpin dunia untuk bertindak, menyusul ledakan di Rumah Sakit Arab al-Ahli di Kota Gaza yang menewaskan hampir 500 orang. Ia menegaskan bantuan kemanusiaan harus segera masuk.
Dalam video di Instagram kala itu, Salah menyampaikan, “Semua nyawa itu sakral dan harus dilindungi. Pembantaian harus dihentikan. Keluarga-keluarga hancur berantakan.” Pernyataan ini menjadi penegasan bahwa ia memandang kemanusiaan di atas segalanya.
Salah menyoroti bahwa masyarakat Gaza membutuhkan makanan, air, dan perlengkapan medis secara mendesak. Ia menilai situasi yang terjadi bukan hanya krisis politik, melainkan krisis kemanusiaan mendalam.
Menurut PFA, sejak akhir Mei, 421 pesepakbola tewas atau meninggal karena kelaparan di Gaza, termasuk 103 anak-anak. Data ini menambah urgensi isu kemanusiaan yang disuarakan Salah.
Tragedi Olahraga dan Kemanusiaan di Gaza
Selain korban jiwa, PFA juga melaporkan 288 fasilitas olahraga hancur atau rusak parah akibat konflik. Kehancuran ini menandakan runtuhnya ruang publik yang seharusnya menjadi simbol persatuan.
Kantor HAM PBB pada Juli lalu mencatat lebih dari 1.300 warga Palestina tewas saat berusaha mendapatkan bantuan makanan sejak akhir Mei. Angka ini memicu keprihatinan internasional.
Suleiman al-Obeid lahir di Kota Gaza, menikah, memiliki lima anak, dan pernah tampil di kualifikasi Piala Dunia 2014. Jejak kariernya menginspirasi banyak generasi muda.
Di tengah konflik yang tak kunjung mereda, kematian al-Obeid menjadi simbol betapa rapuhnya kehidupan di wilayah tersebut, bahkan bagi mereka yang pernah membawa nama bangsa di kancah internasional.
Salah, yang dikenal rendah hati, tampak konsisten menggunakan platformnya untuk menyoroti isu kemanusiaan. Ia memanfaatkan popularitas global demi mendorong perubahan.
Unggahannya kali ini memperlihatkan keberaniannya menentang narasi diam di dunia olahraga, yang sering kali menghindari isu sensitif. Salah justru menjadikannya sorotan publik.
Banyak penggemar memuji langkah Salah. Mereka menilai, keberaniannya berbicara lantang di tengah situasi politik yang rumit adalah bentuk nyata solidaritas kemanusiaan.
Pernyataan Salah juga mempertegas bahwa olahraga dan kemanusiaan tak bisa dipisahkan. Keduanya memiliki kekuatan membangun jembatan di tengah perbedaan.
Melalui pesan singkat namun tegas, Salah kembali mengingatkan dunia bahwa suara publik figur dapat membawa perubahan arah wacana global terkait kemanusiaan.
Di mata para pendukungnya, suara Salah adalah panggilan moral yang jarang terdengar dari bintang sepakbola dunia. Pesannya menembus batas lapangan hijau.
Kisah ini bukan hanya tentang satu sosok legendaris Palestina yang gugur, melainkan gambaran bahwa kemanusiaan selalu menjadi inti perjuangan hidup di Gaza.
Masyarakat dunia diharapkan lebih peka terhadap isu kemanusiaan.
Organisasi internasional harus mempercepat penyaluran bantuan.
Media global sebaiknya terus mengangkat kisah kemanusiaan di Gaza.
Pemerintah negara-negara besar perlu mengambil sikap jelas.
Publik figur di berbagai bidang dapat meniru langkah Salah.
Kemanusiaan adalah nilai yang harus diutamakan.
Salah memberi contoh bahwa kepedulian tak mengenal batas profesi.
Tragedi Gaza menunjukkan perlunya aksi nyata, bukan sekadar retorika.
Setiap nyawa yang hilang adalah kehilangan bagi dunia.
Pesan Salah menjadi pengingat bahwa kemanusiaan harus menang.
(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v