Kairo ,EKOIN.CO – Mesir memulai proyek besar di wilayah gurun barat ibu kota Kairo, dengan membangun kota pertanian modern bernama Jirian. Proyek ini merupakan bagian dari skema Delta Nil Mesir yang bertujuan mengubah 2,5 juta hektare lahan tandus menjadi kawasan subur yang mendukung ketahanan pangan nasional.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Kota Jirian mengambil nama dari kata Arab yang berarti “aliran”. Proyek ini akan dialiri air dari Sungai Nil melalui saluran buatan yang dibangun secara khusus. Pelaksanaannya telah dimulai sejak 2021, dengan fokus pada peningkatan produksi tanaman strategis seperti jagung dan gandum.
Menurut laporan iNews.id, proyek ini tidak hanya bertujuan memperkuat ketahanan pangan, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dalam jumlah besar. Perdana Menteri Mesir, Moustafa Madbouli, mengatakan pembangunan ini akan menyerap sekitar 250.000 tenaga kerja.
Madbouli menyebut proyek Jirian sebagai “revolusi pembangunan dan perkotaan” yang akan menjadi inti dari zona pembangunan baru berskala luas. Ia menambahkan bahwa kawasan ini akan dilengkapi dengan berbagai infrastruktur modern, termasuk kawasan industri dan pusat logistik.
Zona Ekonomi Baru dan Hunian Massal
Lebih lanjut, Madbouli mengungkapkan bahwa zona tersebut diproyeksikan dapat menampung antara 2,5 juta hingga 3 juta kepala keluarga. Skala wilayah pembangunan ini disebut setara dengan empat hingga lima provinsi di Mesir.
Meskipun pemerintah belum mengungkapkan total biaya investasi, proyek ini dikembangkan bersama tiga perusahaan real estat terkemuka di Mesir. Ini merupakan bagian dari rangkaian megaproyek yang diluncurkan Presiden Abdel Fattah Al Sisi dalam beberapa tahun terakhir.
Salah satu proyek besar sebelumnya adalah pembangunan ibu kota administratif baru yang terletak di sebelah timur Kairo. Upaya ini dianggap sebagai strategi jangka panjang Mesir dalam meningkatkan kapasitas perkotaan dan memperkuat ekonomi domestik.
Namun, besarnya skala pembangunan infrastruktur tersebut turut mendorong peningkatan utang luar negeri negara tersebut. Menurut data terbaru, total utang Mesir telah mencapai 155,2 miliar dolar AS hingga akhir 2024, meningkat empat kali lipat sejak 2015.
Dukungan Finansial Internasional
Untuk menjaga stabilitas keuangan, pemerintah Mesir telah mendapatkan suntikan dana dari berbagai lembaga internasional. Dana Moneter Internasional (IMF) dan Uni Eropa menjadi dua entitas utama yang menyalurkan bantuan dalam jumlah besar.
Bulan lalu, Uni Eropa menjanjikan tambahan miliaran dolar untuk mendukung reformasi ekonomi dan proyek pembangunan di Mesir. Dana tersebut diharapkan dapat membantu negara itu menghadapi tekanan fiskal yang terus meningkat.
Meskipun tekanan utang menjadi sorotan, para pejabat pemerintah tetap menyatakan bahwa megaproyek seperti Jirian adalah kunci menuju pertumbuhan berkelanjutan. Proyek ini dinilai penting untuk membuka akses terhadap lahan baru, meningkatkan produksi pangan, dan menciptakan lapangan kerja.
Selain manfaat ekonomi, proyek ini juga memiliki nilai strategis dalam konteks geopolitik. Dengan meningkatnya krisis pangan global, Mesir berupaya memperkuat swasembada melalui perluasan kawasan pertanian.
Tidak hanya sektor pertanian yang dikembangkan, kawasan Jirian juga dirancang untuk menampung fasilitas riset, pendidikan, dan layanan umum. Ini ditujukan agar kota baru tersebut dapat berkembang sebagai komunitas yang mandiri dan terintegrasi.
Keberadaan pusat logistik dalam proyek ini menunjukkan ambisi pemerintah untuk menjadikan Jirian sebagai titik strategis dalam rantai pasok nasional dan ekspor. Ini dapat membantu menghubungkan wilayah barat Mesir dengan pelabuhan utama di utara.
Saluran air buatan yang mengalir dari Sungai Nil akan menjadi infrastruktur vital yang menjamin keberlanjutan sistem irigasi di wilayah yang sebelumnya tandus. Reklamasi tanah dalam proyek ini juga dirancang dengan mempertimbangkan teknologi pertanian terbaru.
Proyek pertanian Jirian diharapkan menjadi model bagi pembangunan kota pertanian lain di wilayah gurun Mesir yang luas. Keberhasilannya bisa mempercepat diversifikasi ekonomi dan mengurangi tekanan penduduk di kota besar seperti Kairo.
Jika berjalan sesuai rencana, kawasan Jirian akan menjadi simbol transformasi Mesir dari negara importir pangan menjadi produsen dengan ketahanan dalam sektor agrikultur. Para pengamat menyebutnya sebagai langkah penting menuju kemandirian ekonomi.
Meski demikian, para analis juga memperingatkan pentingnya transparansi dan pengawasan yang ketat dalam pelaksanaan proyek-proyek besar. Hal ini guna menghindari pembengkakan biaya dan meningkatkan efisiensi investasi publik.
Dalam beberapa tahun terakhir, Mesir telah berupaya mengurangi beban subsidi dan mempercepat reformasi fiskal. Proyek Jirian akan menjadi ujian besar apakah strategi pembangunan masif bisa diiringi dengan pertumbuhan yang inklusif.
dari proyek kota pertanian Jirian menunjukkan ambisi besar pemerintah Mesir dalam membentuk kawasan baru berbasis agrikultur modern. Dengan lokasi yang sebelumnya merupakan gurun tandus, Jirian menjadi bukti bahwa transformasi lanskap bisa dicapai melalui perencanaan terpadu dan kemauan politik yang kuat. Tujuan jangka panjangnya bukan hanya ketahanan pangan, tetapi juga perluasan kawasan pemukiman dan pusat ekonomi baru.
Proyek ini juga mencerminkan tantangan besar yang dihadapi negara berkembang dalam menyeimbangkan pembangunan fisik dengan stabilitas fiskal. Utang luar negeri yang terus meningkat menjadi sisi lain dari investasi besar-besaran yang dijalankan Mesir.
Penting bagi pemerintah Mesir untuk menjaga akuntabilitas dan melibatkan masyarakat dalam proses pengembangan agar kota pertanian seperti Jirian tidak hanya menjadi simbol, tetapi benar-benar memberi dampak nyata. Inovasi teknologi, efisiensi pengelolaan air, dan pelatihan tenaga kerja lokal akan menentukan keberhasilan jangka panjang proyek ini.
Dukungan dari mitra internasional seperti Uni Eropa dan IMF bisa memberikan ruang fiskal dan kepercayaan untuk melanjutkan proyek ini. Namun, kebijakan fiskal dan tata kelola yang hati-hati tetap dibutuhkan agar pembangunan tidak membebani generasi masa depan.
Dengan pendekatan kolaboratif dan visi jangka panjang, Jirian bisa menjadi model yang menginspirasi negara lain di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara dalam membangun ketahanan pangan melalui integrasi teknologi dan lingkungan.(*)