Paris EKOIN.CO – Presiden Prancis Emmanuel Macron mendesak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu agar segera menghentikan perang di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 62 ribu warga Palestina sejak Oktober 2023. Seruan penghentian perang itu disampaikan Macron lewat balasan surat resmi yang ia kirim pada Selasa (26/8), menyusul kritik Netanyahu terhadap rencana Prancis mengakui negara Palestina. Gabung WA Channel EKOIN di sini.
Macron menilai agresi Israel di Gaza tidak hanya menimbulkan korban besar, tetapi juga merusak citra Israel di mata dunia. Ia menyebut bahwa perang yang berkepanjangan ini hanya menyeret rakyat Israel ke jalan buntu tanpa solusi nyata.
Dalam suratnya, Macron menegaskan: “Saya dengan sungguh-sungguh menyerukan kepada Anda untuk mengakhiri perlombaan putus asa dari perang permanen yang mematikan dan ilegal di Gaza, yang hanya mencoreng martabat negara Anda serta menjerumuskan rakyat Anda ke jalan buntu.”
Macron desak Netanyahu akhiri perang
Surat Macron tersebut juga menanggapi tuduhan Netanyahu yang menuding Prancis menyuburkan antisemitisme melalui rencana pengakuan Palestina. Macron menolak keras tuduhan itu dan menilai Netanyahu telah menjadikan isu antisemitisme sebagai alat politik.
“Tuduhan tidak bertindak menghadapi wabah yang sedang kami perangi dengan segenap kemampuan adalah hal yang tidak dapat diterima dan merupakan penghinaan terhadap Prancis secara keseluruhan,” tulis Macron.
Ia menambahkan bahwa perjuangan melawan antisemitisme tidak boleh dijadikan senjata politik. Menurutnya, hal tersebut hanya akan memperburuk hubungan antara Israel dan Prancis.
Surat balasan atas protes Netanyahu
Balasan Macron muncul setelah Netanyahu lebih dulu mengirimkan surat protes pada pertengahan Agustus. Dalam surat itu, Netanyahu menolak keras rencana Prancis yang akan secara resmi mengakui Palestina pada sidang PBB September mendatang.
Netanyahu menyatakan bahwa antisemitisme di Prancis melonjak sejak rencana tersebut diumumkan. “Seruan Anda untuk mengakui negara Palestina justru menyiram bensin ke api antisemitisme. Itu bukan diplomasi, melainkan bentuk kompromi dengan Hamas yang sedang kami perangi di Gaza,” tulis Netanyahu.
Meski mendapat tekanan dari Israel, Macron tetap menyampaikan komitmennya untuk mendorong pengakuan resmi terhadap Palestina. Ia menilai langkah itu merupakan bagian penting dari upaya mencapai perdamaian jangka panjang di Timur Tengah.
Surat menyurat antara Macron dan Netanyahu ini mencerminkan meningkatnya ketegangan diplomatik antara Paris dan Tel Aviv di tengah konflik Gaza yang semakin memburuk. Sementara itu, korban sipil di Gaza terus bertambah setiap harinya, membuat tekanan internasional terhadap Israel semakin besar.
Konflik Gaza kembali menyeret hubungan diplomatik Prancis dan Israel ke titik tegang. Desakan Macron agar Netanyahu menghentikan perang menunjukkan tekanan global yang terus meningkat terhadap Israel.
Surat Macron juga memperlihatkan upaya Prancis untuk menegaskan posisinya sebagai kekuatan diplomatik Eropa yang berperan aktif dalam penyelesaian konflik Timur Tengah.
Respons keras terhadap tuduhan antisemitisme dari Netanyahu memperlihatkan bahwa Paris tidak ingin dicap pasif dalam melawan diskriminasi, sekaligus menolak penggunaan isu tersebut untuk kepentingan politik.
Dengan agenda pengakuan Palestina yang akan dibawa ke sidang PBB September mendatang, Prancis berpotensi memperkuat posisi negara-negara pendukung solusi dua negara.
Namun, apakah langkah ini akan mengubah dinamika perang di Gaza atau justru menambah ketegangan baru, masih akan ditentukan oleh respons Israel dan komunitas internasional. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v