Jakarta, EKOIN.CO – Jumlah orang dewasa dengan obesitas di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan, mencapai 21,6 juta orang pada tahun 2022. Angka ini melonjak lebih dari dua kali lipat jika dibandingkan dengan data tahun 2002 yang mencatat sekitar 10 juta kasus. Lonjakan ini menempatkan Indonesia di posisi kelima di antara negara-negara ASEAN, seperti yang disampaikan dalam laporan terbaru Badan Pangan Dunia (FAO) tahun 2024. Peningkatan ini menjadi sorotan serius di tengah tantangan gizi yang lebih luas.
Data FAO menunjukkan bahwa prevalensi obesitas dewasa di Indonesia mencapai 11,2% pada tahun 2022, naik dari 9,3% pada tahun 2012. Laporan tersebut menjelaskan bahwa ledakan kasus ini mencerminkan pergeseran pola makan masyarakat, di mana makanan ultra-olahan dan produk tinggi gula yang rendah serat kini lebih mudah diakses daripada makanan bergizi seimbang. Di samping itu, gaya hidup sedentari atau minim aktivitas fisik juga memperburuk situasi. Pergeseran ini, yang sering kali disebut sebagai “krisis pangan modern”, menunjukkan bahwa masalah gizi di Indonesia tidak lagi sebatas kekurangan makan, tetapi juga “salah makan”.
Meskipun kenaikan prevalensi obesitas juga terjadi secara global, dengan angka dari 12,1% menjadi 15,8% dalam sepuluh tahun, skala kenaikan absolut di Indonesia menimbulkan alarm tersendiri. Hanya dalam dua puluh tahun, jumlah penduduk obesitas di Indonesia bertambah lebih dari 11 juta orang—melebihi jumlah populasi keseluruhan Provinsi Riau. Fenomena ini menunjukkan adanya tantangan serius yang perlu segera ditangani.
Secara ironis, lonjakan obesitas ini kerap terjadi bersamaan dengan masalah gizi lain seperti stunting pada balita dan anemia pada perempuan usia subur. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia menghadapi “masalah gizi ganda”. Kondisi ini mengindikasikan bahwa meskipun akses terhadap kalori tersedia, kualitas nutrisinya sering kali tidak memadai. Makanan tinggi gula dan lemak semakin mendominasi, sementara konsumsi buah dan sayur kian tertinggal. Oleh karena itu, tantangan gizi di Indonesia tidak lagi hanya soal ketersediaan pangan, melainkan juga soal kualitas dan kesadaran masyarakat dalam memilih makanan.