Klaten, EKOIN.CO- Warung Si Jum di Jalan Dr Wahidin Sudirohusodo, Ploso Arum, Kecamatan Klaten Utara, menjadi teladan kebaikan. Selama delapan tahun terakhir, warung ini rutin membagikan sekitar 170 porsi makanan gratis setiap hari bagi masyarakat tanpa memandang status sosial. Inisiatif ini lahir sejak 2016 dari komunitas peduli duafa yang dipelopori Andre Aditya dan kawan-kawan.
Gabung WA Channel EKOIN
Antrean warga terlihat mengular setiap kali pintu warung dibuka selepas waktu zuhur. Beragam kalangan datang, mulai dari pekerja harian, pedagang, buruh, hingga mahasiswa yang merantau. Menu sederhana seperti nasi, sayur, ikan, tempe, tahu, kerupuk, buah, dan minuman disajikan layaknya prasmanan di acara hajatan.
Seorang buruh bernama Joko (40) yang datang bersama anaknya mengaku sangat terbantu. “Saya antre makan gratis. Ini sudah lebih dari tiga tahun buka tapi hari besar dan Minggu tutup,” ujarnya, Kamis (4/9/2025). Menurutnya, warung ini bukan sekadar tempat makan, tetapi juga wadah berbagi, bahkan dirinya kadang ikut menitipkan sedekah.
Warung Gratis Jadi Perekat Persaudaraan
Kisah serupa datang dari Lukman, seorang tukang pijat. Ia mengetahui tentang warung gratis ini dari ustaznya. “Alhamdulillah di sini bisa makan bareng, persaudaraan ketemu dengan siapa saja,” katanya sambil tersenyum. Kehadiran warung ini baginya lebih dari sekadar pemenuhan kebutuhan perut, melainkan ruang untuk menjalin silaturahmi.
Suasana kebersamaan begitu terasa di dalam warung. Pengunjung yang tidak saling mengenal bisa duduk semeja, berbagi cerita, dan menikmati hidangan bersama. Bagi banyak orang, warung Si Jum menghadirkan rasa tenang karena ada jaminan makan siang meskipun kondisi ekonomi terbatas.
Andre Aditya, pendiri warung, menuturkan awalnya kegiatan hanya berupa program nasi Jumat gratis. Namun antusiasme masyarakat mendorongnya untuk membuka setiap hari mulai 2018. Saat pandemi COVID-19 melanda, jumlah penerima manfaat semakin meningkat, sehingga warung ini menjadi tumpuan harapan banyak orang.
Dukungan Relawan dan Donatur Lokal
Saat ini, warung mampu menyajikan 150–170 porsi per hari. “Paling satu jam setelah dibuka sudah habis,” jelas Andre. Pengunjung terbanyak berasal dari kalangan pekerja lapangan, seperti tukang becak, pedagang asongan, hingga pekerja pasar.
Meski awalnya dibiayai secara mandiri, perlahan banyak masyarakat ikut terlibat. “Akhirnya banyak yang ikut, jemaah ngaji, para relawan, termasuk warga sekitar sini ada yang memberikan bahan mentah tahu, sayur dan lainnya. Bahkan ada yang datang dari luar kota membawa sayur,” terang Andre.
Dapur warung dikelola oleh empat hingga lima orang juru masak, sementara pelayanan dilakukan para santri dari pondok binaan Andre. “Ini sekaligus pembelajaran untuk memuliakan orang lain,” tambahnya. Dengan demikian, warung tidak hanya memberi makan, tapi juga mendidik generasi muda untuk peka terhadap sesama.
Kini, warung Si Jum telah menjadi ikon kepedulian di Klaten. Setiap piring nasi yang tersaji bukan hanya mengenyangkan, tapi juga menguatkan solidaritas sosial. Banyak orang menyebutnya sebagai bukti nyata bahwa kepedulian bisa tumbuh menjadi budaya jika dilakukan konsisten.
(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v