JAKARTA, EKOIN.CO – Penjualan mobil di Indonesia pada Juli 2025 menunjukkan fakta mengejutkan. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), beberapa merek hanya mencatatkan penjualan di angka satu digit untuk distribusi dari pabrikan ke diler (wholesales). Kasus terendah dialami Kia yang hanya berhasil menjual 3 unit.
(Baca Juga : Mobil Listrik Terbaru Indonesia)
Maxus menempati posisi kedua terendah dengan penjualan 6 unit, disusul Volvo Cars sebanyak 10 unit, dan Volkswagen (VW) yang mencatatkan 17 unit. Angka ini kontras dengan brand lain yang mampu menjual hingga ribuan unit.
Penjualan Mobil Paling Rendah Juli 2025
Selain penjualan wholesales, data juga mencatat penjualan ritel (diler ke konsumen). Menariknya, tidak ada merek mobil yang menjual di bawah 10 unit pada saluran ritel. Penjualan terendah di segmen ini dicatatkan Volvo Cars sebanyak 10 unit.
(Baca Juga : Penjualan Mobil Bekas Naik)
Seres terjual 15 unit, Volkswagen 16 unit, dan Kia mencatat 18 unit di pasar ritel. Meski tidak serendah wholesales Kia, angka tersebut tetap jauh di bawah rata-rata pasar otomotif nasional.
Sementara itu, data wholesales total Juli 2025 mencapai 60.552 unit, sedangkan penjualan ritel nasional berada di angka 62.770 unit. Perbedaan ini menunjukkan masih adanya stok mobil di diler yang belum terserap pasar.
Kondisi ini memperlihatkan persaingan ketat di pasar otomotif nasional. Brand besar dengan jaringan luas tetap mendominasi, sementara brand tertentu harus berjuang keras menarik minat konsumen.
(Baca Juga : Tren Pasar Mobil Indonesia)
Kia Jadi Mobil Paling Sepi Peminat
Kia, yang berada di bawah grup Hyundai Motor asal Korea Selatan, menempati posisi paling rendah dalam distribusi wholesales dengan hanya 3 unit. Kondisi ini terbilang jarang terjadi bagi merek internasional.
Maxus, merek otomotif asal Tiongkok, juga menghadapi tantangan serupa dengan hanya mengirimkan 6 unit ke diler. Sementara itu, Volvo Cars yang dikenal sebagai produsen mobil premium asal Swedia, hanya mampu mengirimkan 10 unit, diikuti Volkswagen 17 unit.
Di sisi penjualan ritel, gap antara wholesales dan retail untuk beberapa merek cukup signifikan. Kia yang wholesales-nya hanya 3 unit, ternyata mampu menjual 18 unit ke konsumen. Hal ini bisa mengindikasikan bahwa stok lama masih tersisa di diler.
(Baca Juga : Analisis Penjualan Mobil)
Sebaliknya, Seres yang wholesales-nya nol pada Juli 2025, tetap berhasil menjual 15 unit secara ritel. Volkswagen dan Volvo Cars pun mencatatkan penjualan ritel sedikit lebih tinggi daripada wholesales mereka.
Fakta ini menunjukkan bahwa strategi distribusi dan penjualan mobil di Indonesia sangat beragam, tergantung pada kondisi stok, permintaan, dan promosi yang dilakukan merek terkait.
Gaikindo menyebutkan, fluktuasi penjualan seperti ini umum terjadi, terutama bagi merek yang fokus pada segmen pasar tertentu. Misalnya, mobil premium yang pasarnya relatif kecil namun memiliki margin keuntungan tinggi.
(Baca Juga : Strategi Pemasaran Mobil)
Bagi pabrikan seperti Kia dan Maxus, angka ini menjadi sinyal untuk melakukan evaluasi strategi. Persaingan dengan brand Jepang yang menguasai sebagian besar pasar menjadi tantangan tersendiri.
Di sisi konsumen, rendahnya penjualan bisa berarti pilihan model yang terbatas atau harga yang kurang kompetitif dibandingkan merek lain. Hal ini sering menjadi faktor utama dalam keputusan membeli mobil di Indonesia.
Selain itu, faktor aftersales seperti ketersediaan suku cadang dan jaringan bengkel juga memengaruhi tingkat kepercayaan pembeli. Merek dengan layanan purna jual yang kuat cenderung lebih disukai masyarakat.
(Baca Juga : Purna Jual Mobil)
Secara keseluruhan, data Juli 2025 menunjukkan bahwa walau pasar otomotif Indonesia masih tumbuh, tidak semua brand bisa menikmati peningkatan penjualan. Sebagian justru mengalami penurunan signifikan.
Jika tren ini berlanjut, beberapa merek mungkin harus mempertimbangkan strategi baru, baik dari segi pemasaran, model yang ditawarkan, maupun kebijakan harga.
Industri otomotif nasional tetap menjadi arena kompetisi sengit. Brand yang adaptif dan responsif terhadap kebutuhan pasar berpeluang lebih besar untuk bertahan dan berkembang.
- Data Gaikindo Juli 2025 menunjukkan perbedaan tajam antara penjualan wholesales dan ritel.
- Kia menjadi merek dengan penjualan wholesales terendah, hanya 3 unit.
- Merek lain seperti Maxus, Volvo Cars, dan VW juga mencatat angka rendah.
- Penjualan ritel sedikit lebih baik, namun tetap di bawah rata-rata pasar.
- Persaingan ketat dan strategi distribusi menjadi faktor utama perbedaan angka.
- Pabrikan perlu memperkuat strategi pemasaran dan promosi.
- Perluasan jaringan diler dan aftersales akan meningkatkan kepercayaan konsumen.
- Evaluasi harga dan penawaran model dapat menarik minat pembeli.
- Kolaborasi dengan leasing bisa memperluas pasar potensial.
- Riset pasar mendalam akan membantu memahami kebutuhan konsumen.
(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
.