SAN FRANCISCO, EKOIN.CO – Ledakan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) di tahun 2025 menciptakan lonjakan kekayaan yang belum pernah terjadi sebelumnya, melahirkan puluhan miliarder baru hanya dalam hitungan bulan. Dari pendiri startup AI hingga insinyur papan atas, semuanya berlomba memanfaatkan peluang emas yang mengubah peta ekonomi global.
(Baca Juga : Ledakan AI Global)
Pendanaan besar-besaran bagi raksasa AI seperti Anthropic, Safe Superintelligence, OpenAI, dan Anysphere mendorong valuasi hingga miliaran dolar AS. CB Insights mencatat, terdapat 498 unicorn AI dengan total valuasi US$2,7 triliun, di mana 100 di antaranya lahir setelah 2023.
“Selama lebih dari 100 tahun data, kami belum pernah melihat penciptaan kekayaan sebesar dan secepat ini,” ujar Andrew McAfee, peneliti utama MIT, Selasa (12/8/2025).
(Baca Juga : Pasar Saham AI)
Gelombang Kekayaan AI di Wall Street
Kenaikan harga saham Nvidia, Meta, Microsoft, dan perusahaan infrastruktur AI mempercepat akumulasi kekayaan pribadi dalam skala masif. CEO Nvidia Jensen Huang kini masuk daftar 10 orang terkaya dunia, menggeser nama besar seperti Bill Gates. Elon Musk lewat xAI dan Mark Zuckerberg lewat Meta AI juga memimpin investasi agresif di sektor ini.
Bloomberg mencatat, empat perusahaan AI swasta terbesar pada Maret 2025 telah melahirkan 15 miliarder dengan total kekayaan US$38 miliar. Angka ini terus bertambah seiring bermunculannya unicorn baru.
(Baca Juga : Miliarder Baru AI)
Mira Murati, mantan CTO OpenAI, mendirikan Thinking Machines Lab pada Februari dan mengamankan pendanaan US$2 miliar pada Juli. Valuasi perusahaannya kini mencapai US$12 miliar. Anysphere juga mencatat lonjakan valuasi dari US$9,9 miliar menjadi US$20 miliar hanya dalam beberapa minggu.
Merambah Indonesia: Data Center Panen Besar
Di Indonesia, Otto Toto Sugiri dan Marina Budiman ikut merasakan ledakan kekayaan berkat industri data center yang menopang teknologi AI. Saham DCI Indonesia (DCII) milik mereka naik 561,35% sepanjang tahun, mengerek nilai aset secara signifikan.
(Baca Juga : Data Center Indonesia)
Forbes mencatat kekayaan Toto melonjak dari US$2,21 miliar pada 2024 menjadi US$12,5 miliar, sedangkan Marina naik dari US$1,32 miliar menjadi US$9,1 miliar. Pertumbuhan ini sejalan dengan permintaan besar terhadap kapasitas data center berbasis GPU untuk AI.
Fenomena serupa juga mengubah wajah San Francisco. Kota ini kini memiliki 82 miliarder, melampaui New York yang hanya 66. Harga properti pun melesat, dengan penjualan rumah di atas US$20 juta terbanyak sepanjang sejarah.
Pasar sekunder memberi peluang bagi pemegang saham menjual kepemilikan mereka, termasuk di OpenAI yang kabarnya menyiapkan penjualan saham dengan valuasi US$500 miliar. Aktivitas merger, akuisisi, dan IPO pun memanas, mencatat 73 transaksi besar sejak 2023.
Ledakan kekayaan AI memicu pergeseran pusat kemakmuran global. Dari Bay Area hingga Jakarta, momentum ini diprediksi akan membentuk generasi miliarder baru yang siap mengubah peta industri teknologi dunia.
Ledakan AI tahun 2025 menjadi katalis pertumbuhan kekayaan global dalam skala masif. Fenomena ini memunculkan ratusan unicorn baru dan puluhan miliarder hanya dalam waktu singkat.
Gelombang ini mempengaruhi sektor teknologi, infrastruktur, hingga pasar properti di berbagai belahan dunia.
Di Indonesia, pemain besar data center menjadi pemenang utama.
Pergerakan saham perusahaan teknologi menjadi indikator kuat pertumbuhan nilai aset.
San Francisco kembali menjadi pusat kekayaan, mengulang sejarah masa dot-com.
Pelaku bisnis sebaiknya memanfaatkan tren AI untuk memperkuat posisi di pasar.
Investor disarankan mengamati pergerakan valuasi startup teknologi.
Pemerintah perlu menyiapkan regulasi yang mendukung inovasi AI.
Masyarakat dapat memanfaatkan peluang kerja baru di sektor ini.
Pengembangan infrastruktur digital menjadi kunci keberlanjutan pertumbuhan kekayaan AI.
(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v