Anchorage EKOIN.CO – Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyambut Presiden Rusia Vladimir Putin dengan karpet merah di Bandara Internasional Ted Stevens, Anchorage, Alaska, Jumat, 15 Agustus 2025 siang waktu setempat. Momen ini menjadi sorotan dunia karena berlangsung di tengah perang berkepanjangan di Ukraina, dengan kehadiran jet tempur AS F-22 di kedua sisi jalur penyambutan.
Gabung WA Channel EKOIN
Trump turun dari Air Force One dan berdiri menunggu kedatangan Putin. Keduanya kemudian berjabat tangan sambil tersenyum, berfoto dengan latar belakang pesawat tempur, menandai awal pertemuan puncak yang diyakini dapat mempengaruhi jalannya konflik paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia II.
Gencatan Senjata Jadi Fokus Pertemuan
Pertemuan di Alaska ini memicu reaksi beragam, khususnya dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan sekutu-sekutu Eropanya. Mereka khawatir Trump dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk membekukan konflik dan secara informal mengakui kendali Rusia atas sekitar 20 persen wilayah Ukraina.
Menanggapi kekhawatiran tersebut, Trump menegaskan bahwa tujuannya bukan untuk mengambil keputusan atas nama Ukraina. “Saya di sini bukan untuk bernegosiasi demi Ukraina, saya di sini untuk mempertemukan mereka,” ujar Trump dalam pernyataan kepada media saat menaiki Air Force One, dilansir Reuters, Sabtu, 16 Agustus dini hari.
Ketika ditanya apa yang menjadi tolok ukur keberhasilan, Trump menyatakan, “Saya ingin melihat gencatan senjata segera. Saya tidak akan senang jika tidak hari ini. Saya ingin pembunuhan dihentikan.”
Delegasi AS yang mendampingi Trump terdiri dari Menteri Luar Negeri Marco Rubio, utusan khusus untuk Rusia Steve Witkoff, Menteri Keuangan Scott Bessent, Menteri Perdagangan Howard Lutnick, Menteri Pertahanan Pete Hegseth, dan Kepala Staf Susie Wiles. Sementara dari pihak Rusia hadir ajudan kebijakan luar negeri Yury Ushakov dan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov.
Putin Nilai Diplomasi Barat Gagal
Bagi Putin, pertemuan ini adalah momen strategis untuk menunjukkan bahwa upaya Barat mengisolasi Rusia tidak berhasil. Dalam pernyataan yang dikutip CNN melalui juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, Putin melihat kesempatan ini sebagai bukti bahwa Rusia telah kembali menempati posisi penting di meja diplomasi internasional.
Selain simbol politik, pertemuan ini juga menjadi ajang penguatan citra pribadi kedua pemimpin. Trump berharap keberhasilan mencapai gencatan senjata dapat memperkuat posisinya sebagai tokoh perdamaian dunia, bahkan berpotensi membawanya meraih Hadiah Nobel Perdamaian.
Bagi Rusia, hanya dengan menghadiri pertemuan ini, Putin sudah dapat mengklaim kemenangan diplomasi. Momen foto bersama diapit jet tempur AS akan menjadi simbol yang dapat dimanfaatkan dalam narasi domestik maupun internasional.
Sementara itu, situasi di medan perang Ukraina terus menegang meski ada harapan perundingan damai. Gencatan senjata yang diupayakan Trump masih belum pasti tercapai, mengingat adanya kepentingan politik, militer, dan ekonomi dari berbagai pihak yang terlibat.
Kedua pemimpin dijadwalkan melanjutkan pembicaraan dalam sesi bilateral tertutup sebelum bergabung dengan delegasi masing-masing. Sumber Gedung Putih menyebut agenda akan mencakup isu keamanan Eropa, kerja sama kontra-terorisme, hingga stabilitas pasar energi global.
Pertemuan ini juga menjadi sorotan di media sosial, dengan warganet memperdebatkan apakah langkah Trump adalah terobosan diplomasi atau risiko besar bagi aliansi AS di Eropa. Banyak pihak menilai hasil konkret dari pertemuan ini akan sangat menentukan arah kebijakan luar negeri AS dan masa depan Ukraina.
Sejumlah analis memprediksi bahwa meskipun gencatan senjata dapat dicapai, tantangan implementasinya akan sangat besar. Faktor ketidakpercayaan antara pihak-pihak yang berkonflik, ditambah pengaruh negara-negara lain, membuat peluang perdamaian jangka panjang tetap rapuh.
Trump dan Putin dijadwalkan menggelar konferensi pers bersama setelah seluruh agenda pertemuan selesai. Dunia kini menunggu apakah kata “gencatan senjata” benar-benar akan terwujud atau hanya menjadi bagian dari retorika politik internasional. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v