Jakarta, EKOIN.CO – Laporan terbaru Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) mengungkap Indonesia menempati peringkat ketujuh importir kapas terbesar dunia dengan proyeksi impor 2 juta bal (435.000 ton) pada tahun pemasaran 2025/2026. Data ini menempatkan Indonesia sejajar dengan negara industri tekstil seperti Vietnam dan Bangladesh.
“Kapas bisa menjadi pintu masuk diplomasi dagang dengan AS,” ujar Ketua Bidang Industri APINDO Adhi Lukman, merujuk pada peluang peningkatan impor kapas AS yang kini berkontribusi 32,6% dari total impor kapas Indonesia senilai US$48,64 juta. Langkah ini dinilai strategis mengingat surplus perdagangan Indonesia-AS mencapai US$17,88 miliar pada 2024.
Ironisnya, di balik ketergantungan impor yang besar, produksi kapas lokal justru terus merosot. Data Kementerian Pertanian menunjukkan produksi 2020 hanya 127 ton dari lahan 703 hektar – turun 54,6% dibanding tahun sebelumnya. Padahal, Indonesia memiliki varietas unggul seperti Kanesia 8 dan 9 yang mampu berproduksi 1,5-2,8 ton/ha di Sulawesi Selatan dan NTB.
“Petani lebih memilih jagung atau kedelai karena dianggap lebih menguntungkan,” jelas Kepala Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (BSIP) dalam laporan terpisah. Minimnya insentif dan dukungan teknis membuat adopsi varietas unggul kapas stagnan di tingkat petani.