Jakarta EKOIN.CO – Stroke masih menjadi penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan data Centers for Disease Control and Prevention (CDC), kasus stroke terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Namun, para ahli kesehatan menyatakan bahwa risiko penyakit ini bisa ditekan dengan perubahan gaya hidup, terutama kebiasaan yang dilakukan di malam hari.
Menurut Dr. Simran Malhotra, M.D., DipABLM, CHWC, dokter spesialis penyakit dalam, banyak faktor risiko stroke yang sebenarnya dapat dimodifikasi. “Hal-hal kecil yang kita lakukan setiap hari bisa berdampak besar dalam menurunkan risiko berbagai penyakit kronis, termasuk penyakit jantung dan stroke,” ujarnya seperti dikutip dari laman Eating Well.
Dr. Malhotra menambahkan bahwa gaya hidup memiliki pengaruh besar terhadap risiko stroke. “Faktor risiko stroke yang dapat dimodifikasi adalah hal-hal yang berada dalam kendali kita, seperti makan makanan utuh tinggi serat, bergerak secara teratur, tidur yang berkualitas, serta menghindari zat-zat berisiko seperti tembakau dan alkohol,” jelasnya.
Bahkan, riset menunjukkan bahwa hingga 84 persen kasus stroke berkaitan langsung dengan gaya hidup. Karena itu, penting untuk memerhatikan aktivitas harian, termasuk rutinitas setelah jam kerja yang sering kali diabaikan.
Makan Larut dan Aktivitas Pasif Picu Risiko
Salah satu kebiasaan yang meningkatkan risiko stroke adalah makan terlalu malam. Kegiatan ini mengganggu ritme sirkadian tubuh, sehingga berdampak buruk pada tekanan darah dan metabolisme.
Ahli gizi spesialis kesehatan kardiovaskular, Michelle Routhenstein, M.S., RD, CDCES, mengungkapkan bahwa makan larut malam bisa menyebabkan gangguan metabolik. “Makan larut malam dapat mengganggu ritme sirkadian tubuh dan berdampak negatif pada tekanan darah serta metabolisme,” tuturnya.
Studi menunjukkan bahwa makan malam setelah pukul 21.00 berhubungan dengan peningkatan risiko stroke, dibandingkan dengan mereka yang makan malam lebih awal. Waktu sarapan yang terlambat pun dapat menimbulkan risiko serupa.
Setelah makan malam, banyak orang tergoda untuk langsung bersantai. Namun, duduk dalam waktu lama setelah makan berisiko meningkatkan potensi stroke, terutama bagi mereka yang sudah duduk seharian di tempat kerja.
Sebuah studi berskala besar menemukan bahwa individu yang tidak aktif secara fisik dan menghabiskan lebih dari delapan jam sehari untuk duduk berisiko mengalami stroke 3,5 kali lebih tinggi.
Alkohol dan Kurang Tidur Tingkatkan Risiko Stroke
Kebiasaan minum alkohol pada malam hari juga menjadi penyumbang besar terhadap risiko stroke. Meski dianggap wajar, konsumsi alkohol dalam jumlah sedang sekalipun dapat memicu peradangan.
“Alkohol meningkatkan peradangan dan merusak sel-sel tubuh,” ungkap Dr. Troy Alexander-El, seorang dokter penyakit dalam. Sebuah studi internasional menunjukkan bahwa bahkan konsumsi alkohol sebanyak lima gelas sekali sebulan cukup untuk meningkatkan risiko stroke.
Mengganti minuman alkohol dengan alternatif seperti teh herbal atau minuman non-alkohol lainnya bisa menjadi pilihan untuk menjaga kesehatan otak dan jantung.
Selain itu, kualitas tidur menjadi komponen penting lainnya yang tidak boleh diabaikan. Begadang karena bekerja, menonton televisi, atau bermain ponsel merupakan kebiasaan yang merugikan bagi kesehatan.
Dr. Malhotra menyebut tidur sebagai fondasi utama umur panjang. Ia mengatakan, “Tidur adalah pilar utama untuk umur panjang dan merupakan kebiasaan gaya hidup yang paling sering diremehkan.”
Penelitian menunjukkan bahwa durasi tidur yang tidak seimbang dapat memicu stroke. Tidur kurang dari lima jam atau lebih dari delapan jam dalam semalam sama-sama meningkatkan risiko, masing-masing sebesar 33 persen dan 71 persen.
Karena itu, menjaga konsistensi waktu tidur dan bangun, termasuk saat akhir pekan, sangat dianjurkan oleh para ahli. Tidur yang cukup dan teratur sangat penting dalam upaya pencegahan stroke.
**
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
**
penting bagi masyarakat untuk mulai memperbaiki gaya hidup sejak dini. Perubahan kecil seperti makan lebih awal, berjalan kaki ringan setelah makan, dan mengurangi konsumsi alkohol dapat berdampak besar terhadap kesehatan jangka panjang.
Selain itu, menjaga kebiasaan tidur yang baik tidak hanya meningkatkan energi, tetapi juga menurunkan risiko penyakit kronis, termasuk stroke. Rutinitas malam yang sehat mampu memelihara fungsi otak dan sistem kardiovaskular secara menyeluruh.
Perlu disadari bahwa gaya hidup sehat tidak memerlukan pengorbanan besar. Konsistensi dalam menerapkan kebiasaan sederhana bisa menjadi kunci keberhasilan mencegah berbagai penyakit.
Dengan informasi yang telah dikaji para ahli, masyarakat diharapkan mampu menerapkan gaya hidup yang lebih baik dan menjaga keseimbangan antara pekerjaan, istirahat, dan aktivitas fisik harian.
Akhirnya, edukasi tentang pentingnya kebiasaan malam hari harus diperluas melalui berbagai platform, agar kesadaran publik terhadap pencegahan stroke semakin meningkat dan angka kejadian dapat ditekan secara signifikan. (*)