Jakarta, EKOIN.CO – Informasi pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di pabrik rokok Gudang Garam kembali menjadi sorotan publik. Ketua Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) sekaligus Presiden Partai Buruh, Said Iqbal, menyebut peristiwa ini sebagai tanda serius bahwa perekonomian nasional sedang tidak baik. Menurutnya, daya beli masyarakat yang melemah menjadi penyebab utama turunnya produksi sehingga mendorong terjadinya PHK.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Iqbal menegaskan, kabar tersebut sudah dikonfirmasi dari anggota KSPI yang berada langsung di lapangan. “Kami baru dapat kabarnya, telah terjadi PHK buruh rokok PT Gudang Garam. (Terkonfirmasi) dari anggota KSPI. (Jumlahnya) lagi di cek,” ujarnya, Sabtu (6/9/2025).
PHK Massal dan Daya Beli Melemah
Menurut Said Iqbal, fenomena PHK di industri rokok tidak bisa dilepaskan dari menurunnya konsumsi masyarakat. Lemahnya daya beli membuat produk rokok nasional sulit terserap di pasar, sehingga perusahaan terpaksa melakukan pengurangan tenaga kerja.
“Ini membuktikan daya beli masyarakat masih rendah sehingga produksi pabrik menurun,” tambahnya.
Di sisi lain, beban pajak tinggi juga menjadi tekanan besar bagi industri rokok nasional. Pajak cukai yang wajib ditanggung membuat harga rokok pabrikan lebih mahal dibandingkan rokok ilegal yang beredar bebas tanpa cukai.
Said menilai, kondisi ini menimbulkan persaingan tidak sehat. Jika tidak segera diatasi, ribuan pekerja lainnya dikhawatirkan menyusul terkena PHK.
Ancaman bagi Industri Rokok Nasional
Said Iqbal menekankan pentingnya campur tangan pemerintah untuk menyelamatkan industri rokok nasional. Menurutnya, keberlangsungan industri ini bukan hanya menyangkut buruh pabrik, tetapi juga rantai ekonomi di berbagai sektor.
“Selamatkan industri rokok nasional, selamatkan puluhan ribu buruh terancam PHK. Tetapi tetap dijaga kampanye kesehatan,” jelasnya.
Ia juga menambahkan, jika industri rokok melemah, dampaknya akan merembet ke sektor lain. Pekerja logistik, sopir, pedagang kecil, suplier, hingga pemilik kontrakan ikut terancam kehilangan mata pencaharian.
“Buruh tembakau, pekerja logistik, sopir, pedagang kecil, suplier, hingga pemilik kontrakan juga akan terkena dampak. Bisa jadi ratusan ribu buruh berpotensi kehilangan pekerjaan,” pungkas Iqbal.
Situasi ini memperlihatkan betapa rapuhnya ketahanan ekonomi di tengah tekanan regulasi, daya beli rendah, serta maraknya peredaran rokok ilegal. Jika tidak ada langkah cepat, industri rokok nasional bisa kehilangan daya saing di pasar domestik.
(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v