Jakarta, EKOIN.CO – PT PLN (Persero) melalui subholding PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) resmi memulai pembangunan infrastruktur gasifikasi Klaster Nias. Acara peletakan batu pertama dilaksanakan di PLTMG Nias, Kamis (3/7).
Langkah ini merupakan wujud nyata komitmen PLN mendukung program swasembada energi nasional yang diusung Presiden Prabowo Subianto, dengan memanfaatkan sumber daya gas alam yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman P. Hutajulu, menilai proyek ini sebagai bagian penting dari peta jalan transisi energi nasional sesuai Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN).
“Groundbreaking gasifikasi di PLTMG Nias bukan hanya untuk menghadirkan listrik yang andal dan terjangkau, tetapi juga memperkuat ekonomi lokal dan ketahanan energi nasional,” ungkap Jisman.
Ia mengungkapkan bahwa PLN juga telah menyiapkan pengembangan enam klaster gasifikasi di berbagai wilayah strategis seperti Sulawesi-Maluku, Nusa Tenggara, Kalimantan, serta Papua bagian Utara dan Selatan.
PLN Dorong Efisiensi dan Ketahanan Energi Lokal
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, mengatakan proyek ini menunjukkan bagaimana kolaborasi lintas sektor dapat mempercepat transisi energi sekaligus membuka peluang ekonomi bagi masyarakat lokal.
“Melalui sinergi berbagai pihak, kami tidak hanya membangun infrastruktur gasifikasi, tetapi juga membangun masa depan energi yang tangguh dan berkelanjutan,” ujar Darmawan.
Ia menambahkan, sistem kelistrikan Nias saat ini memiliki cadangan daya 20 megawatt, atau sekitar 43% dari beban puncak, cukup untuk menopang berbagai sektor produktif.
Menurutnya, langkah gasifikasi ini diperkirakan dapat menghemat Rp72,4 miliar per tahun dan mencapai Rp153 miliar saat beroperasi penuh, menciptakan ruang investasi baru dan mendorong pertumbuhan konsumsi listrik yang meningkat 11%.
Pertumbuhan ini tercatat sebagai yang tertinggi di wilayah Sumatra dan menjadi indikator positif bagi potensi ekonomi daerah.
Infrastruktur Gasifikasi Didesain Ramah Lingkungan
Direktur Utama PLN EPI, Rakhmad Dewanto, menjelaskan bahwa proyek ini akan melibatkan pembangunan tangki LNG berkapasitas 3.000 meter kubik dengan kemampuan regasifikasi hingga 13 MMSCFD.
Infrastruktur tersebut akan menopang PLTMG dengan kapasitas awal 35 megawatt yang direncanakan meningkat menjadi 59 megawatt pada fase berikutnya.
Rakhmad menyebutkan bahwa proyek ini berpotensi menurunkan emisi karbon sebesar 30%, atau setara 29 ribu ton CO₂ per tahun, dan hingga 47 ribu ton CO₂ saat kapasitas penuh.
“Kami sangat berharap dukungan dari seluruh pemangku kepentingan agar proyek ini berjalan lancar dan memberi manfaat nyata bagi lebih dari 150 ribu pelanggan di Nias,” jelas Rakhmad.
Pengurangan emisi ini dinilai strategis dalam mendukung agenda keberlanjutan dan pengurangan jejak karbon sektor ketenagalistrikan Indonesia.
Dampak Sosial dan Ekonomi di Wilayah Terpencil
Pembangunan ini dipandang membawa dampak positif yang luas bagi masyarakat Nias, termasuk penciptaan lapangan kerja serta peningkatan infrastruktur penunjang ekonomi lokal.
Dengan infrastruktur listrik yang lebih stabil dan efisien, sektor UMKM, perikanan, dan pariwisata di Nias akan memperoleh manfaat langsung dari proyek gasifikasi ini.
PLN juga menargetkan bahwa pasokan gas alam bisa meningkatkan keterjangkauan biaya listrik, mengurangi beban masyarakat, dan memacu pertumbuhan wirausaha baru.
Sinergi antara pemerintah, PLN, dan masyarakat lokal menjadi kunci keberhasilan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan di daerah kepulauan.
Langkah ini juga mendekatkan Indonesia pada target bauran energi bersih dan swasembada listrik di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal).
Proyek gasifikasi PLTMG Nias merupakan bagian dari transformasi strategis sektor energi nasional, yang tidak hanya berfokus pada efisiensi tetapi juga keberlanjutan. Dengan pengembangan infrastruktur ini, PLN menunjukkan komitmen terhadap transisi energi berbasis gas alam sebagai alternatif BBM.
Sinergi antara PLN, pemerintah pusat, dan masyarakat lokal menjadi pilar utama dalam mewujudkan keberhasilan program ini. Keberadaan infrastruktur gasifikasi mampu menjawab tantangan kelistrikan di wilayah kepulauan, sekaligus membuka potensi pertumbuhan ekonomi daerah.
Dengan efisiensi biaya, pengurangan emisi karbon, dan dorongan terhadap UMKM lokal, proyek ini menjadi contoh konkret bagaimana pembangunan energi dapat berperan sebagai katalis kesejahteraan masyarakat. Proyek ini diharapkan menjadi model replikasi untuk wilayah lain di Indonesia.(*)