ANKARA, EKOIN.CO – Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan menegaskan negaranya tidak akan membiarkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan kelompoknya menyeret kawasan Timur Tengah ke dalam bencana lebih besar demi memperpanjang kekuasaan politiknya. Pernyataan tegas itu disampaikan di tengah meningkatnya ketegangan militer di Jalur Gaza.
dalam pernyataan Erdoğan. Menurutnya, Turki akan memanfaatkan seluruh kekuatan diplomasi dan sumber daya nasional untuk menghentikan kekejaman yang terjadi di Gaza.
Turki Tolak Rencana Pendudukan Militer Gaza
Presiden Erdoğan mengungkapkan hal itu pada Senin (11/8) usai rapat Kabinet di Ankara, saat Israel mempersiapkan operasi militer yang disebut-sebut akan menduduki Gaza secara penuh.
“Kami tidak akan membiarkan Netanyahu dan jaringan pembantaiannya menjerumuskan kawasan kami ke dalam bencana yang lebih besar hanya untuk memperpanjang kelangsungan politik mereka,” tegas Erdoğan, dilansir dari Daily Sabah, 12 Agustus 2025.
Netanyahu sebelumnya mengumumkan rencana penguasaan penuh Jalur Gaza dengan kontrol militer. Namun, kabinet keamanannya hanya memberikan persetujuan untuk menguasai wilayah Kota Gaza secara langsung.
Dukungan Internasional dan Krisis Kemanusiaan
Rencana Israel ini memicu gelombang penolakan global, termasuk dari negara Barat dan organisasi internasional. Mereka menilai langkah tersebut akan memperparah krisis kemanusiaan yang telah berlangsung berbulan-bulan di Gaza.
Erdoğan menegaskan Turki sudah mengerahkan seluruh sumber daya dan kapasitas diplomatik demi menghentikan kekerasan. “Kami telah mengerahkan semua sumber daya negara kami dan seluruh kapasitas diplomatik kami,” ujarnya.
Presiden Turki itu menambahkan, negaranya telah memberi respons paling jelas terhadap apa yang disebutnya sebagai “kebiadaban dan penindasan” oleh “negara teroris Israel” terhadap rakyat Palestina.
Bangsa Turki, kata Erdoğan, tidak akan meninggalkan Gaza sendirian dalam menghadapi bencana kemanusiaan ini.
Latar Belakang Konflik Gaza
Konflik terbaru di Gaza meletus setelah serangan kelompok militan Palestina ke wilayah selatan Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyebabkan 251 orang disandera, menurut data Israel.
Israel membalas dengan blokade total, serangan udara, dan operasi militer di seluruh Jalur Gaza. Kedua pihak sempat menyepakati gencatan senjata pada 19 Januari 2024, disertai pertukaran sandera dan tahanan.
Setidaknya 20 dari 50 sandera yang tersisa di Gaza diyakini masih hidup, sementara sebagian besar telah dibebaskan lewat negosiasi diplomatik maupun operasi militer Israel.
Operasi Militer Berlanjut
Namun, pada 2 Maret 2024, Israel kembali melakukan blokade total terhadap Gaza dengan alasan menekan kelompok militan Palestina agar menerima usulan gencatan senjata dari Amerika Serikat. Setelah kesepakatan gencatan berakhir, operasi militer dilanjutkan pada 18 Maret 2024.
Sumber medis Palestina melaporkan, hingga Senin (11/8), korban tewas di Gaza sejak Oktober 2023 telah mencapai 61.499 orang, mayoritas anak-anak dan perempuan. Korban luka-luka tercatat 153.575 orang.
Turki Dorong Diplomasi
Erdoğan menyampaikan, diplomasi intensif akan terus dilakukan untuk mencegah bencana kemanusiaan lebih besar. Ia menegaskan pentingnya bantuan kemanusiaan tanpa hambatan, serta perlindungan warga sipil sesuai hukum internasional.
Turki juga aktif membangun komunikasi dengan negara-negara kawasan, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan berbagai organisasi kemanusiaan dunia untuk mengakhiri kekerasan.
Pesan Tegas ke Dunia
Presiden Erdoğan menutup pernyataannya dengan seruan kepada dunia internasional agar tidak diam melihat penderitaan rakyat Gaza. “Bangsa kita juga tidak akan meninggalkan Gaza sendirian,” katanya.
Menurutnya, setiap negara memiliki tanggung jawab moral untuk mencegah bencana kemanusiaan lebih lanjut, tanpa memandang perbedaan politik atau agama.
Pernyataan tegas Presiden Erdoğan menunjukkan komitmen Turki dalam menghentikan bencana kemanusiaan di Gaza. Dukungan diplomatik dan kemanusiaan terus digencarkan demi mencegah meluasnya konflik.
Israel tetap melanjutkan operasi militer meski menuai penolakan global. Situasi ini menunjukkan perlunya aksi bersama komunitas internasional.
Dengan meningkatnya korban sipil, tekanan diplomatik menjadi opsi penting untuk menghentikan pertumpahan darah.
Turki menempatkan posisi aktif dalam jalur diplomasi sekaligus aksi kemanusiaan langsung.
Krisis Gaza menjadi ujian bagi solidaritas global dan komitmen terhadap perdamaian.
Negara-negara dunia perlu meningkatkan tekanan diplomatik terhadap Israel.
Bantuan kemanusiaan harus dijamin sampai ke warga sipil Gaza.
Gencatan senjata jangka panjang harus segera diwujudkan.
Media internasional perlu terus memberitakan situasi Gaza agar perhatian global tetap terjaga.
Kerja sama multilateral diperlukan untuk menyelesaikan akar masalah konflik.
(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v