Jakarta, EKOIN.CO – Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2025 digelar meriah di Baruna Center, Pantai Kuta, Badung, Bali, Kamis (5/6/2025). Wakil Menteri Pariwisata (Wamenpar) Ni Luh Puspa turut hadir dan memberikan sambutan yang menekankan pentingnya menjaga lingkungan untuk keberlangsungan sektor pariwisata.
Dalam sambutannya, Wamenpar menegaskan bahwa peringatan ini bukan sekadar seremoni tahunan. Ia menyebut kegiatan ini adalah bentuk komitmen nyata pemerintah dalam menghadapi persoalan lingkungan, terutama penanganan sampah yang berdampak besar terhadap kualitas pariwisata.
“Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025 ini bukan hanya seremoni, tetapi wujud komitmen nyata pemerintah Republik Indonesia terhadap penanganan sampah,” ujar Ni Luh Puspa di hadapan ribuan peserta yang memadati kawasan pantai.
Ia juga menekankan bahwa pariwisata berkualitas dan berkelanjutan sangat bergantung pada kelestarian lingkungan. Tanpa ekosistem yang sehat, keindahan alam, budaya, dan keramahan masyarakat tidak akan dapat dinikmati sepenuhnya oleh wisatawan.
“Ini adalah komitmen nyata untuk bagaimana kita bisa benar-benar mencapai Indonesia emas 2045 dengan menjaga lingkungan,” imbuhnya.
Gerakan Bersih Sampah Plastik di Pantai Kuta
Acara ini menjadi bagian dari rangkaian kegiatan yang diselenggarakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan tema global “Ending Plastic Pollution – Hentikan Polusi Plastik”. Salah satu kegiatan utamanya adalah aksi bersih sampah plastik yang melibatkan lebih dari 10 ribu peserta.
Selain di Pantai Kuta, aksi serupa juga dilakukan serentak di berbagai daerah di Indonesia. Gerakan ini menjadi simbol kolaborasi nasional untuk menghentikan pencemaran lingkungan akibat plastik sekali pakai.
Ni Luh Puspa menyampaikan bahwa aksi ini sejalan dengan program unggulan Kemenpar yakni “Gerakan Wisata Bersih”. Program tersebut berfokus pada pengelolaan sampah, edukasi lingkungan kepada pelaku pariwisata dan wisatawan, serta penggunaan energi terbarukan.
“Kami sangat siap untuk terus berkolaborasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup kemudian juga dengan Pemerintah Provinsi Bali dan daerah-daerah lain untuk menciptakan destinasi wisata yang bersih, nyaman dan menyenangkan,” kata Wamenpar.
Wamenpar juga menyebut bahwa kerja sama antara kementerian sudah berjalan sejak lama. Salah satu contohnya adalah aksi bersih pantai di Bali yang dilakukan pada Januari 2025 sebagai respons atas fenomena sampah kiriman yang rutin terjadi.
Menteri Hanif Faisol: Polusi Plastik adalah Tantangan Global
Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq menekankan bahwa peringatan ini merupakan panggilan moral dan aksi kolektif untuk mengatasi polusi plastik. Ia mengingatkan bahwa masalah ini saling berkaitan dengan perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati.
“Ini wujud tanggung jawab kita untuk menjawab tantangan bersama yang meliputi perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati dan polusi. Ketiganya saling berkaitan dan polusi plastik adalah simbol sekaligus akibat dari cara hidup kita yang tidak berkelanjutan,” ujarnya.
Menurut data sistem informasi pengelolaan sampah nasional tahun 2023, Indonesia menghasilkan 56,6 juta ton sampah, dengan sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20 persennya merupakan sampah plastik.
Ironisnya, dari jumlah tersebut, hanya 39,01 persen yang dapat dikelola dengan layak. Selebihnya berakhir di tempat pembuangan akhir atau dibakar secara terbuka yang memperburuk pencemaran lingkungan.
Menteri Hanif juga menyoroti kondisi Bali yang akan kembali mengalami kiriman sampah laut dalam waktu dekat. Ia mengajak semua pihak untuk bergandengan tangan menyelesaikan masalah ini.
Bali Sebagai Etalase Pariwisata Indonesia
“Tidak terkecuali Pulau Bali. Sebentar lagi kita akan kembali kedatangan sampah-sampah laut. Mari kita bergandengan tangan menyelesaikan masalah sampai di pantai-pantai seluruh Indonesia,” ucapnya.
Bali, menurut Hanif Faisol, memiliki posisi strategis karena menjadi wajah Indonesia di mata dunia. Karena itu, Bali diharapkan dapat menjadi pelopor dalam pengurangan plastik sekali pakai di sektor pariwisata.
“Pariwisata yang berkelanjutan bukan pilihan tetapi suatu keharusan dan keniscayaan di tengah tidak menentunya ekonomi global,” ujarnya.
Ia menambahkan, kesadaran menjaga lingkungan bukan hanya kewajiban regulasi, melainkan wujud cinta terhadap tanah leluhur yang diwariskan generasi ke generasi.
Acara tersebut juga dihadiri oleh sejumlah pejabat terkait seperti Staf Ahli Menteri Bidang Manajemen Krisis Fadjar Hutomo, Asisten Deputi Pengembangan Amenitas dan Aksesibilitas Pariwisata Wilayah II Dwi Marhen Yono, serta Direktur Poltekpar Bali Ida Bagus Putu Puja.
Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025 menjadi pengingat pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menjaga ekosistem, terutama di destinasi pariwisata unggulan seperti Bali. Pemerintah pusat hingga daerah perlu bersinergi dalam menanggulangi polusi plastik agar daya tarik wisata Indonesia tidak tergerus oleh kerusakan lingkungan.
Gerakan Wisata Bersih yang diinisiasi Kementerian Pariwisata merupakan langkah strategis dalam memastikan kualitas pengalaman wisata. Edukasi kepada pelaku industri pariwisata dan masyarakat luas menjadi kunci agar perubahan ini bisa berkelanjutan, bukan hanya respons jangka pendek terhadap momen tertentu.
Dengan menjadikan Bali sebagai pionir pengurangan plastik, diharapkan daerah wisata lain ikut mencontoh. Komitmen seperti yang ditunjukkan oleh Ni Luh Puspa dan Hanif Faisol perlu terus diperluas melalui regulasi yang tegas, pengawasan, serta keterlibatan aktif komunitas dan pelaku industri.(*)