bali, — EKOIN.CO – Provinsi Bali kembali mencatat peningkatan tajam kunjungan wisatawan mancanegara pada Desember 2024, mencapai 551.100 orang, naik 16,5% dibanding November 2024 (472.900), dengan turis Australia menyumbang 24,8% dari total kunjungan .
Pertumbuhan positif ini juga membuat tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang meroket 63,7% pada Desember, naik dari 59,6%, sementara hotel non‑bintang mencapai 44,2% .
Namun demikian, ada peringatan keras tentang overtourism. Menurut Fodor’s Travel, Bali menduduki puncak “No List 2025” akibat pariwisata yang berlebihan, menurunnya kualitas budaya dan lingkungan, serta “bencana sampah plastik” .
Kendati terjadi ledakan kunjungan, okupansi hotel justru menurun di beberapa wilayah. PHRI Bali menyebut para wisatawan kini memilih vila atau kos ilegal, sehingga mengurangi pendapatan hotel resmi .
Selain itu, banyak penginapan ilegal muncul di Desa Cemagi, Kabupaten Badung. Pemerintah setempat menggandeng kaling (ketua lingkungan) untuk memeriksa identitas tamu dan memasang CCTV demi menjaga keamanan dan pajak daerah .
Kemacetan, banjir, dan pengelolaan sampah juga semakin menjadi persoalan. Asosiasi pariwisata Bali mendesak DPRD dan Pemprov segera menuntaskan pengaturan infrastruktur dan regulasi agar sektor pariwisata tidak terbebani masalah sosial dan lingkungan.
Menteri Sandiaga Uno menggarisbawahi tingginya potensi Bali Utara, khususnya Buleleng, namun terkendala akses. Tol penghubung antar wilayah kini dalam proses tender, lengkap dengan rencana pembangunan bandara baru di utara pulau .
Menurut Badan Pusat Statistik, sepanjang Januari–Agustus 2024, jumlah wisatawan asing meningkat 22,6% (4,46 juta orang), dan investasi asing di sektor pariwisata-tema properti tercatat mencapai USD 142 juta hingga Juni 2024 .
Meski pendapatan meningkat dan investasi membanjir, Bali menghadapi tantangan serius: ketergantungan ekonomi pada pariwisata, tekanan lingkungan, dan erosi budaya lokal .
Strategi menuju 2045 menekankan ekowisata, diversifikasi destinasi, teknologi serta kolaborasi lintas pihak agar pertumbuhan tetap berkelanjutan, serta pengembangan wisata ke wilayah perbukitan dan utara sebagai alternatif .
Di samping viral beach selfies yang berisiko kecelakaan di beberapa spot, pihak kepolisian Karangasem gencar mengimbau wisatawan mengambil foto dengan aman melalui kampanye “Selfies vs Safety”.
Saran dan Kesimpulan
Wisata Bali harus segera memperbaiki pengaturan okupansi dan akomodasi agar pendapatan tidak bocor ke sektor ilegal.
Diversifikasi destinasi, termasuk Bali Utara dan daerah pedalaman, penting untuk mengurangi tekanan pada kawasan padat.
Penegakan regulasi lingkungan, seperti pengelolaan sampah dan larangan plastik sekali pakai, wajib ditingkatkan melalui kolaborasi masyarakat dan bisnis.
Investasi di infrastruktur fisik (tol, bandara) dan teknologi digital (CCTV, literasi digital pariwisata) wajib dituntaskan untuk mendukung ekowisata berkelanjutan.
Kesadaran wisatawan soal budaya dan keselamatan harus ditingkatkan melalui edukasi dan kampanye publik di lokasi wisata.
(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v