Jakarta – EKOIN.CO – Keluhan nyeri punggung merupakan salah satu gangguan kesehatan yang paling umum dialami oleh masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan usia. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI dan berbagai studi kesehatan, lebih dari 70% orang dewasa pernah mengalami nyeri punggung minimal satu kali dalam hidupnya. Gangguan ini bisa berasal dari berbagai penyebab, mulai dari kebiasaan sehari-hari yang kurang tepat hingga kondisi medis serius.
Nyeri punggung umumnya muncul di bagian bawah atau tengah punggung, dan bisa bersifat ringan hingga mengganggu aktivitas harian. Dalam beberapa kasus, rasa nyeri bahkan menyebar ke bagian tubuh lain seperti pinggul, paha, atau betis.
Menurut dr. Yulita Pradipta, Sp.KFR, dari RSUP Persahabatan Jakarta, penyebab nyeri punggung yang paling sering adalah postur tubuh yang buruk, terutama saat duduk terlalu lama atau mengangkat beban berat dengan posisi yang salah. “Kebiasaan kerja di depan komputer tanpa jeda atau tidak didukung kursi ergonomis sangat berisiko memicu nyeri punggung kronis,” jelasnya.
Beberapa penyebab medis lain juga dapat menyebabkan nyeri punggung, seperti saraf terjepit (hernia nukleus pulposus), skoliosis, osteoporosis, infeksi tulang belakang, hingga penyakit ginjal. Oleh karena itu, penting untuk tidak mengabaikan nyeri punggung yang berlangsung lebih dari dua minggu.
Di kalangan usia muda, nyeri punggung sering dipicu oleh gaya hidup kurang gerak atau olahraga tanpa pemanasan yang cukup. Sedangkan pada usia lanjut, faktor degeneratif atau penurunan kepadatan tulang menjadi penyebab utama.
Data dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan menunjukkan peningkatan pengobatan terkait nyeri punggung sejak pandemi COVID-19, karena banyak masyarakat bekerja dari rumah dalam posisi tidak ergonomis. Hal ini juga diperparah oleh kurangnya edukasi mengenai cara duduk atau berdiri yang benar.
Salah satu solusi yang mulai banyak dilirik masyarakat adalah penggunaan obat herbal. Beberapa tanaman tradisional seperti jahe merah, daun sirsak, temulawak, dan kunyit telah dikenal memiliki efek antiinflamasi yang dapat membantu meredakan nyeri otot dan sendi.
Menurut Prof. Dr. Ir. Tjandrawati Mozef, M.Si., peneliti herbal dari Universitas Indonesia, kombinasi jahe merah dan temulawak dalam bentuk kapsul atau seduhan cukup efektif mengurangi peradangan ringan pada area punggung. “Namun, penggunaannya tetap harus disesuaikan dosisnya dan tidak boleh menggantikan obat dokter untuk kasus berat,” ujarnya.
Selain itu, terapi alternatif seperti akupunktur, pijat refleksi, atau bekam juga menjadi pilihan masyarakat dalam meredakan nyeri punggung. Beberapa pasien mengaku merasakan perbaikan setelah beberapa kali sesi terapi tersebut.
Untuk pencegahan, ahli kesehatan menyarankan masyarakat untuk melakukan stretching ringan setiap satu jam saat duduk bekerja, serta memastikan posisi duduk tegak dengan sandaran punggung yang baik.
Olahraga teratur seperti berenang, yoga, dan pilates juga terbukti membantu memperkuat otot punggung dan mengurangi risiko nyeri. Menurut pelatih yoga tersertifikasi, Devi Anggriani, latihan pernapasan dan gerakan ringan dapat membantu mengembalikan fleksibilitas tulang belakang.
Jika nyeri punggung disertai gejala lain seperti mati rasa di kaki, hilangnya kendali buang air, atau demam tinggi, masyarakat disarankan segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan. Gejala-gejala ini bisa menandakan kondisi serius yang memerlukan penanganan cepat.
Kementerian Kesehatan juga tengah mendorong program edukasi gaya hidup sehat melalui posyandu dan puskesmas untuk mencegah gangguan muskuloskeletal seperti nyeri punggung. Edukasi ini mencakup teknik ergonomi, pola makan bergizi, dan pengenalan tanaman obat keluarga (TOGA).
Beberapa perusahaan juga mulai memberikan fasilitas ergonomi bagi karyawannya, seperti kursi kerja khusus, meja berdiri, dan waktu istirahat lebih fleksibel untuk mengurangi risiko nyeri punggung akibat kerja berjam-jam di depan komputer.
Sementara itu, masyarakat tetap diimbau untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan sebelum mencoba pengobatan herbal. Beberapa bahan alami bisa berinteraksi dengan obat resep atau memiliki efek samping jika digunakan berlebihan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah mengakui pentingnya pengobatan tradisional dalam menunjang layanan kesehatan konvensional, termasuk dalam manajemen nyeri kronis seperti nyeri punggung.
Di Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga telah mengeluarkan daftar obat herbal terstandar (OHT) yang aman dikonsumsi, termasuk untuk pengelolaan nyeri otot dan sendi.
Salah satu produk herbal yang banyak digunakan masyarakat adalah jamu berbahan dasar jahe, kayu manis, dan lada hitam. Jamu ini dipercaya membantu melancarkan sirkulasi darah dan mengurangi ketegangan otot.
Menurut penelitian LIPI tahun 2022, senyawa aktif dalam jahe seperti gingerol dan shogaol memiliki efek analgesik dan antiperadangan, yang membantu meredakan nyeri otot dan sendi secara alami.
Namun penting diingat bahwa pengobatan herbal hanya membantu meredakan gejala dan bukan mengatasi penyebab utama. Oleh karena itu, evaluasi menyeluruh tetap dibutuhkan jika nyeri berlangsung lama.
Praktisi pengobatan tradisional, H. Sukirman di Yogyakarta mengatakan, ramuan daun sirsak rebus dan kunyit asam banyak digunakan sebagai resep turun-temurun dalam pengobatan nyeri punggung di pedesaan.
Bahkan beberapa klinik herbal modern kini menawarkan konsultasi berbasis kombinasi pengobatan medis dan tradisional. Ini dilakukan untuk menjembatani kebutuhan masyarakat yang menginginkan penyembuhan holistik.
Dalam praktik sehari-hari, pola tidur yang salah juga dapat memperparah nyeri punggung. Dokter menyarankan penggunaan bantal penyangga pinggang atau tidur miring dengan posisi bantal di antara lutut.
Pemilihan kasur yang tidak terlalu empuk atau terlalu keras juga menjadi perhatian utama. Kasur yang menopang lekuk alami tulang belakang akan membantu mempercepat pemulihan.
Konsumsi makanan tinggi kalsium dan vitamin D seperti susu, ikan laut, dan sayuran hijau juga penting untuk menjaga kekuatan tulang belakang, terutama bagi wanita di atas usia 40 tahun.
Beberapa pasien juga memanfaatkan minyak herbal seperti minyak kayu putih atau minyak zaitun untuk pijatan ringan di area punggung yang nyeri. Penggunaan ini lebih bersifat membantu sementara dan tidak menggantikan terapi utama.
Apabila nyeri punggung timbul mendadak setelah aktivitas berat atau olahraga, metode kompres dingin di awal dan hangat di hari berikutnya dapat mengurangi pembengkakan dan mempercepat pemulihan jaringan otot.
Penanganan nyeri punggung yang komprehensif memerlukan kerjasama antara pasien, tenaga medis, dan dukungan lingkungan. Edukasi menjadi kunci utama agar masyarakat tidak mengabaikan gejala yang bisa menjadi awal penyakit kronis.
Dengan perubahan gaya hidup yang lebih aktif dan sehat, disertai pemeriksaan rutin, nyeri punggung dapat diminimalisir risikonya dan tidak menjadi beban produktivitas.
Saran penting bagi masyarakat adalah menjaga postur tubuh saat bekerja, membatasi duduk terlalu lama, serta menggunakan alat bantu ergonomis. Aktivitas fisik ringan setiap hari dan peregangan otot sangat dianjurkan.
Konsumsi herbal bisa menjadi pelengkap pengobatan medis jika digunakan secara bijak dan disesuaikan dengan kondisi tubuh. Pilihan bahan alami lokal seperti jahe merah, temulawak, dan kunyit sudah terbukti aman dan bermanfaat dalam jangka panjang.
Masyarakat juga sebaiknya tidak mudah percaya pada produk herbal tanpa izin edar atau janji penyembuhan instan. Konsultasi dengan ahli herbal bersertifikasi atau tenaga medis tetap menjadi langkah terbaik.
Kampanye edukasi tentang kesehatan tulang belakang perlu ditingkatkan melalui media sosial, sekolah, tempat kerja, dan layanan kesehatan primer agar kesadaran masyarakat meningkat.
Penting untuk diingat bahwa nyeri punggung bukan hal sepele. Jika diabaikan, gangguan ini bisa mengarah pada komplikasi serius yang membatasi aktivitas harian bahkan menyebabkan kecacatan. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v